KHILAFAH DAN HIZBUT TAHRIR


Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Ada seorang netizen yang berkomentar pada tab komunitas akun YouTube Ahmad Khozinudin Channel, yang menyatakan setuju dan sependapat dengan Syariah & Khilafah, tetapi tidak untuk HT (Hizbut Tahrir). Komentar itu ditulis tanpa dijelaskan alasannya.

Memang tidak bisa dipungkiri, HT (Hizbut Tahrir) adalah Partai Politik Global yang pertama kali secara terorganisir memperkenalkan ide Khilafah ke tengah kaum muslimin. Meski Khilafah adalah ajaran Islam, HT lah yang memperkenalkan kembali ide ini dan memperjuangkannya secara masif ditengah umat.

HT bahkan telah menetapkan misi melanjutkan kehidupan Islam dengan menegakkan kembali Khilafah, untuk menerapkan syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru alam. Sejak didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, HT telah menyebar diberbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia.

Ide Khilafah, bisa dikatakan ide paling kuat yang menantang kapitalisme global diberbagai belahan negeri kaum muslimin. Khilafah, telah menjadi arus mainstream gerakan perubahan sekaligus perlawanan terhadap new kolonialisme dan kapitalisme global di bawah kepemimpinan Amerika.

Karena itulah, diberbagai negara HT dilarang oleh penguasa yang telah menjadi antek kapitalisme global. Di inggris, negara yang menjunjung demokrasi ini pun sekarang telah membungkam aktivitas dakwah HT.

Padahal, HT telah dikenal secara luas sebagai gerakan intelektual, pemikiran, politik, tanpa kekerasan dan tanpa senjata. HT bukanlah milisi, melainkan partai politik yang bergerak secara pemikiran dan politik.

Penerimaan umat pada ide syariah & Khilafah, tidak lepas dari aktivitas dakwah HT. Dalam berbagai narasi kritiknya, HT selalu menawarkan ide syariah sebagai solusi yang diimplementasikan melalui institusi Khilafah.

Adapun keengganan terhadap HT yang mengusung Khilafah, biasanya disebabkan oleh:

Pertama, karena adanya ketidakpahaman atau kurangnya informasi dan interaksi dengan HT, dan banyaknya informasi keliru yang diperoleh terkait HT, sehingga terjadi mis informasi dan mis persepsi yang menjadikan tumbuh sikap enggan bahkan benci terhadap HT, kendati telah setuju dengan ide Syariah & Khilafah.

Kedua, karena adanya kampanye masif dan kebijakan represif dari rezim yang menjadi antek kapitalisme, yang takut Islam memimpin umat ini. Karena itu, masyarakat dicekoki dengan berbagai fitnah, tuduhan, adu domba dan berbagai hoax tentang HT.

Ketiga, karena adanya orang munafik yang tidak mampu menolak argumentasi syariah & khilafah, tetapi menolak HT selaku pengembannya. Motifnya bisa karena ketakutan kepemimpinan ditengah umat akan beralih ke HT, juga karena kedengkian terhadap aktivis HT.

Semestinya, dengan pendekatan objektif umat mengindera aktivitas dakwah dan karakter individu HT. Di Indonesia misalnya, kita semua bisa mengenal HT dengan mengajukan sejumlah pertanyaan sebagai berikut :
  • Apakah aktivis HT ada yang terjerat kasus korupsi seperti korupsi import daging sapi, korupsi BTS, korupsi bail out Century, korupsi BLBI, korupsi benih jagung, korupsi di Kemenpora, korupsi Hambalang, korupsi e KTP, dan berbagai korupsi lainnya?
  • Apakah, aktivis HT tersangkut kasus narkoba? Kasus pembunuhan? Kasus pelecehan seksual? Kasus perampokan? Kasus penipuan? Kasus penggelapan?
  • Apakah, aktivis HT tidak peduli dengan kenaikan BBM? Tidak peduli pemilu curang? Tidak peduli kebaikan TDL ? Tidak peduli dengan UU omnibus law? Tidak peduli dengan berbagai kebijakan zalim penguasa?

Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.

Kalaupun ditemukan kasus, itu juga tidak dipandang sebagai kesalahan HT secara organisasi. Sebagai organisasi politik, sangat manusiawi ada kesalahan aktivis didalamnya.

Semestinya, saat ini umat membersamai HT, ikut memikul tanggungjawab mendakwahkan Khilafah, hingga kaum muslimin benar-benar memiliki Khalifah dan menerapkan hukum Al Qur'an dan as Sunnah.

Semestinya, kaum muslimin segera mengkaji Khilafah bersama HT dan menjadikan perjuangan penegakan Khilafah sebagai arus utama visi perubahan umat Islam.

Posting Komentar

0 Komentar