
Oleh: Sifi Nurul Islam
Muslimah Peduli Umat
Ironis, deradikalisasi yang sering didengungkan oleh pemerintah ternyata tidak mampu mencegah terjadinya tindak kekerasan di dunia pendidikan. Justru kekerasan yang berujung kematian sering menerpa dunia pendidikan. Inilah akibat dari miskonsepsi radikalisme yang terjadi di dunia pendidikan.
Bukannya mencegah dan menanggulangi tindakan kekerasan, justru deradikalisasi malah menyasar ajaran Islam. Ajaran Islam disasar, disisir, dan direduksi agar tidak menaungi dunia pendidikan. Walhasil, terciptalah generasi yang kasar, keras, jauh dari Islam, dan membahayakan dunia pendidikan.
Belum lama ini viral video kemarahan keluarga korban santri kepada pria yang mengantarkan jenazah pulang ke Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim).
Video itu beredar di media sosial hingga grup WhatsApp. Korban santri itu diketahui meninggal dunia pada Jumat siang 23 Februari 2024.
Fakta Terkait Santri Yang Meninggal
Seorang santri di salah satu pondok pesantren di Kediri, kembali ke rumah orang tuanya dalam kondisi meninggal dunia di Desa Kendung Lembu, Kecamatan Karangharjo, Banyuwangi.
Sejumlah kejanggalan ditemukan pihak keluarga saat jenazah tersebut tiba di rumah duka, dengan diantar pihak perwakilan pondok pesantren. Kematian korban yang masih berusia 14 tahun tersebut kini mengundang tanda tanya.
Menurut kakak kandung korban Mia Nur Khasanah (22) Kejanggalan itu diantaranya, perwakilan pesantren menyatakan korban meninggal akibat terjatuh dari kamar mandi, selain itu kain kafan korban tidak boleh dibuka.
"Ada darah yang menembus kain kafan adik saya. Ada juga luka lebam, luka bekas sundutan rokok, luka jeratan di leher dan hidung patah, pihak pondok menutup-nutupi peritiwa ini," ujar Mia, Senin 26 Februari 2024.
Sementara itu, aparat kepolisian Resor Kediri Kota, Jawa Timur menangkap empat santri salah satu pondok pesantren di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, terkait kasus teman mereka yang meninggal dunia akibat dugaan penganiayaan.
Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengemukakan polisi menindaklanjuti laporan keluarga. Kendati laporannya di Banyuwangi, Polres Kediri Kota tetap menindaklanjuti dengan melakukan olah tempat kejadian perkara serta pemeriksaan sejumlah saksi.
"Kasus ini terjadi di salah satu pondok pesantren di Mojo, Kabupaten Kediri. Kami tetapkan empat tersangka dan kami lakukan penahanan untuk proses penyelidikan lebih lanjut," kata Bramastyo.
Menelisik Penyebab Kekerasan Marak Terjadi di Dunia Pendidikan
Kekerasan di dunia pendidikan hari ini seolah-olah menjadi budaya. Tentunya ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan, tetapi ini terjadi karena kondisi yang telah turun-temurun diwariskan di generasi sebelumnya. Ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, senioritas atau praktik di mana orang yang lebih tua atau senior di suatu organisasi atau lingkungan masyarakat diberikan kekuasaan atau pengaruh yang berlebihan atas orang-orang yang lebih muda atau junior. Kekerasan di dunia pendidikan marak terjadi karena senioritas.
Budaya senioritas, yakni senior selalu benar, jika senior salah kembali ke pasal satu, ini telah menjadi budaya di dunia pendidikan. Jadi, senior sudah biasa mengerjai, melakukan perpeloncoan pada juniornya. Bahkan, perpeloncoan yang terjadi tidak hanya sekadar candaan, tetapi sudah mengarah pada kekerasan dan mempermalukan korban. Hal ini seolah menjadi hal biasa yang diamini di berbagai jenjang lembaga pendidikan.
Kedua, dendam. Para senior yang dulu dikerasi dan dipeloncokan oleh kakak kelasnya seolah memelihara dendam itu. Alhasil, mereka lampiaskan pada junior yang baru masuk ke sekolah. Dendam ini terpelihara dan terkadang dibalas lebih kejam daripada yang ia dapatkan dulu. Contoh: Dulu saya diperlakukan begini, lalu mereka pun mencoba melakukan hal yang sama pada juniornya. Bahkan, lebih dari itu. Sedihnya, teman-teman yang ada di sekitarnya juga kurang tahu dan tidak menegur. Jadi, masalah sepele bisa jadi masalah besar yang berujung kematian.
Ketiga, kurang pengawasan dan guru cenderung abai. Seharusnya ketika penyambutan siswa baru, santri baru, atau peserta didik baru guru harus memberikan edukasi pada para senior agar tidak melakukan tindakan kekerasan yang melampaui batas. Tetapi, karena kurang pengawasan dan kontrol dari guru, hal ini kerap terjadi. Guru sering kecolongan terhadap kasus-kasus kekerasan dan perpeloncoan yang menimpa junior. Tiba-tiba, jatuh korban, guru baru tahu. Apalagi di pondok pesantren atau sekolah kedinasan, yakni guru terkadang tidak 24 jam membersamai santri atau peserta didik.
Keempat, lemahnya akidah dan pemahaman Islam. Dalam Islam itu haram menyakiti saudara sesama Muslim maupun non-Muslim. Tidak boleh ada budaya senioritas dan dendam yang turun-temurun sebagaimana terjadi di dunia pendidikan saat ini. Islam mengajarkan untuk rendah hati dan tidak sombong. Hormat dan menghargai kepada yang lebih tua, sayang dan mencintai terhadap yang lebih muda. Walhasil tidak akan ada budaya yang memelihara dendam, dengki, dan hasad yang diwariskan jika memiliki pemahaman Islam yang benar.
Kelima, penerapan kapitalisme sekuler telah menyebabkan kerusakan secara fundamental. Secara dasar rusak, walhasil melahirkan banyak kebijakan yang lemah dan generasi-generasi yang lemah. Hukum pun yang narasinya indah, tetap tidak bisa menegakkan keadilan di negeri ini. Akibatnya tindak kekerasan subur dan terpelihara. Hidup was-was dan jauh dari rasa aman, karena sistem sekuler telah menciptakan manusia bejat yang merusak.
Nyatanya, haram melukai saudara sesama Muslim. Hukumannya jelas, yakni qisas. Yang memukul tanpa hak, akan dipukul. Yang membunuh tanpa hak, akan dibunuh pula. Dalam Islam nyawa sangat dihargai, yang berani menghilangkan nyawa manusia harus membayar dengan nyawanya atau dengan diyat dari anggota keluarganya jika mereka ridha, nyawa saudaranya dibalas diyat bukan dengan nyawa tersangka.
Inilah pemeliharaan jiwa dan akal yang nyata oleh syariat Islam. Bukan seperti kapitalisme sekuler hari ini yang tidak menghargai nyawa manusia. Bahkan, dengan bebasnya mereka melakukan pembunuhan secara sadis pada manusia, tetapi tidak ada hukum yang membuat manusia-manusia tersebut itu jera.
Wallohua'lam bisshowab

0 Komentar