
Oleh: Diaz
Penulis Lepas
Pernah ga sih kita merasa bahwa dahulu kita sangat bodoh dalam ilmu agama, sehingga kita minder dalam beribadah kepada Allah ﷻ dan merasa diri tidak sesoleh orang lain saat sholat berjamaah di masjid?
Anehnya ketika itu, sholat rasanya begitu khusyuk bahkan hingga berlinang air mata ketika mengingat begitu rendah dan jauhnya diri ini dari Allah ﷻ, sehingga keadaan itu memotivasi kita untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik meskipun hijrah berat dijalani.
Namun setelah kita mulai belajar ilmu agama dan semakin tau tentang Islam, justru rasa khusyuk tersebut perlahan hilang. Diri ini semakin merasa tau tentang Islam hingga seolah sudah bisa menilai orang lain dan membaca kesalahan orang dalam melaksanakan ibadah.
Rasa khusyuk dan linangan air mata seolah pudar dan hati menjadi keras dalam menerima perbedaan terkait masalah furuiyah, merasa diri, kelompoknya, ibadahya lebih baik dari orang lain sehingga rasa yang dahulu dirasakan ketika pertama hijrah seolah tidak berbekas.
Itulah fitnah ilmu, ketika diri ini sudah ngaji maka diri merasa tidak pantas lagi bergaul dengan orang yang masih melakukan maksiat, atau diri merasa lebih tinggi dari orang lain, hal itu sangat berbahaya karena sifat tersebutlah yang menjadi cikal-bakal iblis terlahir.
Allah ﷻ berfirman:
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى ...
“... Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Diaah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm: 32)
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Begitupun dengan sifat minder yang bukan memotivasi kita menjadi lebih baik namun justru menjadikan kita malu untuk belajar dan berputus asa. Merasa diri tidak pantas berkumpul dengan orang sholeh, tidak pantas sholat karena kurang ilmu dan tidak menimba ilmu karena malu.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.” (QS. Az-Zumar: 54)
Merasa lebih baik dari orang lain dan merasa putus asa merupakan kedua hal yang menjadi fitnah ilmu dan merupakan sifat tercela. Satu sisi membuat orang sombong dan di sisi lain membuat orang berputus asa, karena itu wajib hukumnya seorang muslim introspeksi diri setiap harinya.
Allah ﷻ berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Rasulullah ﷺ berpesan:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ
“Koreksi lah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhias lah (dengan amal saleh) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak).” (HR Tirmidzi)
Wallahu A'lam Bishawab.
0 Komentar