
Oleh: Rika Dwi Ningsih
Aktivis Dakwah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata rezeki memiliki makna segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan), makanan (sehari-hari), nafkah, penghidupan, pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan), keuntungan, kesempatan mendapat makan.
Sedangkan dalam Islam rezeki memiliki makna segala kenikmatan yang dapat kita rasakan dalam kehidupan kita, hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ dalam hadits yang di riwayatkan oleh muslim:
يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ
“Hamba berkata, 'Harta-hartaku.' Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim no. 2959)
Banyak dari kita menyangka bahwa seluruh harta benda yang kita miliki adalah rezeki kita padahal dalam hadits di atas jelas disebutkan bahwa rezeki adalah apa yang kita makan, apa yang kita pakai dan apa yang kita sedekahkan. Selain dari ketiga itu bukanlah bagian dari rezeki kita meskipun kita memilikinya, penjabaran dari ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
Rezeki Makanan
Semua makanan dan minuman yang telah kita konsumsi adalah rezeki yang kita dapat, bukan makanan yang ada di kulkas, di meja dan yang masih di kemasannya. Makanan yang statusnya belum masuk kedalam tubuh kita sejatinya belum tentu rezeki kita meskipun makanan dan minuman tersebut telah kita beli yang seolah menjadi milik kita. Karena bisa saja makanan tersebut nanti akan jatuh, basi, terkontaminasi ataupun hilang sehingga kita tidak dapat menikmatinya.
Rezeki dalam makanan sejatinya akan membentuk sel-sel tubuh, membangun tulang dan mengganti organ tubuh yang rusak. Makanan memberi tubuh kita energi untuk bergerak, beraktivitas termasuk beribadah pada Allah ﷻ. Adapun rezeki yang kita makan dan minum haruslah yang baik dan mendatangkan kebaikan, sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 168)
Rezeki Pakaian
Pakaian mau sebanyak apapun yang kita miliki, sejatinya hanya pakaian yang kita pakai sajalah rezeki kita. Jadi, pakaian baru yang belum sempat kita pakai ataupun yang masih terpajang di lemari masih belum tentu rezeki kita, meskipun kita merasa pakaian tersebut telah kita beli dan menjadi milik kita.
Rezeki Harta
Segala harta benda, berupa uang, rumah dan kendaraan yang kita pakai adalah rezeki kita, meskipun kita merasa barang tersebut bukan punya kita. Seperti halnya kita dipinjami kendaraan, rumah ataupun diberikan uang, dan semua harta tersebut dapat kita manfaatkan untuk keperluan dan kemaslahatan diri kita maka itulah rezeki kita. Oleh karena itu, mau sebanyak apapun uang, kendaraan ataupun tempat tinggal yang kita miliki sejatinya hanya yang kita gunakan saja yang menjadi rezeki kita.
Dari ketiga hal tersebut telah jelas bahwa rezeki kita adalah segala sesuatu yang dapat kita ambil manfaat daripadanya, bukan tabungan yang menumpuk, koleksi kendaraan yang banyak, ataupun stok makanan yang kita miliki. Karena justru tabungan sejati adalah apa yang kita sedekahkan kepada orang yang membutuhkan dengan cara yang baik, itulah harta sesungguhnya yang menjadi bekal perjalanan panjang kita kelak di akhirat.
Allah ﷻ berpesan kepada umat-Nya:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui. (QS. Ali 'Imran: 92)
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261)
Semoga kita tidak termasuk orang yang zalim, menumpuk makanan sampai jadi penyakit. Menimbun baju sampai kita susah mencarinya. Menumpuk uang di bank sampai meninggal dan melupakan beramal dengannya. Naudzubillah hi min zalik!
0 Komentar