
Oleh: Muslihah
Sahabat Surga Cinta Qur'an
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَا عْلَمُوْۤا اَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَاَ نَّ لِلّٰهِ خُمُسَهٗ وَ لِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنِ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۙ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِا للّٰهِ وَمَاۤ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَا نِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِ ۗ وَا للّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Anfal 8: Ayat 41)
Ini adalah ayat pertama dalam juz 10, yang mengharuskan kaum muslim mengetahui peruntukan harta rampasan perang. Ya, perang dalam Islam itu salah satu perintah Allah dalam mendakwahkan agama-Nya agar tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Namun demikian, perang dalam Islam jangan disamakan dengan perang yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina. Yang membombardir rakyat sipil sampai perempuan dan anak-anak bahkan rumah sakit. Seakan mereka mau menghabisi rakyat Palestina hingga tak ada satu sel pun yang bisa tumbuh. Tak berperikemanusiaan.
Perang dalam Islam adalah dalam rangka menjunjung tinggi syariat Allah, agar manusia menegakkan hukum dan aturan yang telah ditetapkan. Sebab keberadaan aturan merupakan bentuk kasih sayang Allah terhadap manusia agar jauh dari kerusakan dan kebinasaan. Sebagaimana tata tertib dalam sebuah perusahaan adalah dipatuhi untuk terciptanya ketertiban.
Demikian pula dengan perang. Jika orang yang memusuhi agama Allah dibiarkan, maka mereka akan berlaku sewenang-wenang di muka bumi. Kerusakan dan kebinasaan terjadi di hampir setiap penjuru dunia. Hampir mirip dengan fakta dewasa ini sebab aturan Sang Pencipta yang banyak diabaikan. Seakan manusia boleh memilih aturan mana yang disukai boleh dilaksanakan. Sementara yang lain boleh ditinggalkan.
Shalat, puasa dengan senang hati menjalankan dan mendakwahkan. Akan tetapi, jihad (perang), potong tangan bagi pencuri, hukum tajam bagi pezina dan qishash dengan ringan ditinggalkan. Padahal perintah puasa ditulis oleh Allah dengan kalimat كتب عليكم kutiba alaikum. Sama halnya dengan kewajiban perang dan qishash pun diawali kalimat yang sama كتب عليكم kutiba alaikum. Lalu mengapa yang satu ditaati, disebarkan, didakwahkan dan dipastikan pengamalannya namun yang lain diabaikan?
Firman Allah dalam Al-Qur'an surah At Taubah ayat 41 di atas, menegaskan bahwa tidak semua harta hasil kemenangan perang diperuntukkan bagi anggota pasukan. Namun, seperlimanya menjadi Hak Allah dan Rasul-Nya, sesuai yang tertera. Meskipun pada saat ini Rasulullah sudah tak bersama kita, bukan berarti kewajiban akan hal ini tidak perlu diterapkan.
Yang namanya kewajiban tidak pernah hilang sampai ada ayat yang menghapusnya. Mengingat Rasulullah telah kembali ke haribaan-Nya, maka orang beriman tinggal menjalankan semua yang telah Baginda rintis tata cara pelaksanaan kewajiban itu. Termasuk bagaimana menerapkan perang terhadap orang kafir dalam sebuah institusi negara. Walaupun seluruh dunia tiada yang menjalankan, bukan berarti kewajiban itu menjadi gugur.
Maka selama hayat masih dikandung badan, setiap kewajiban yang telah Allah bebankan kepada orang beriman akan tetap wajib dilaksanakan. Karena hukum wajib itu maka jika ditinggalkan akan berakibat dosa. Jika seseorang meyakini sebuah kewajiban itu boleh ditinggalkan, hati-hati dengan keyakinan semcam ini. Khawatirnya akan dicatat oleh Allah sebagai golongan orang yang kafir, sebab mengingkari sebuah kewajiban, atau minimal dzolim atau fasik. Padahal dua yang terakhir pun bukan pilihan menuju surga. Nauzubillah.
Di sisi lain perang dalam Islam adalah cara Sang Maha Pencipta yang sudah pasti memahami secara detil karakter dan kecenderungan manusia ketika kafir, tak akan berhenti melakukan kerusakan sebelum nyawa terpisah dari raga, atau azab menyapa. Sedangkan di sisi orang beriman, selain merupakan salah satu kewajiban yang wajib dilaksanakan dalam institusi negara Islam, juga menjadi ujian bagi mereka. Akankah patuh kepada Allah ataukah lebih mendahulukan hawa nafsu dan takut terhadap kematian.
Yang jelas, menjalankan setiap perintah Allah terlebih yang wajib, itu pasti menyimpan kebaikan besar bagi orang beriman pada khususnya dan untuk seluruh makhluk di dunia pada umumnya. Wallahualam.
0 Komentar