
Oleh: Rani Ummu Askar
Aktivis Muslimah
Didapati sebuah video yang memperlihatkan seorang siswa dianiaya oleh sejumlah temannya viral di media sosial, aksi perundungan itu terjadi di SMPN 13 Balikpapan, Kalimantan Timur. Sabtu (2/3/2024).
Guru BK SMPN 13 Balikpapan, Reina membenarkan aksi perundungan tersebut. Mereka mengatakan, aksi bullying itu terjadi pada Selasa (27/2/2024), saat jam istirahat. Reina mengatakan, motif perundungan ini dipicu tindakan korban yang mengirim gambar asusila kepada keluarga S. (TribunNews.com, 8/3/2024).
Potret Buram Pendidikan
Maraknya aksi bullying, tawuran, narkoba, hingga aborsi yang terjadi di kalangan para pelajar saat ini makin tak terbendung. Hampir setiap hari di berbagai media selalu ada berita tentang kenakalan remaja. Seperti fenomena gunung es, kasus kenakalan remaja yang muncul dipermukaan hanya sebagian kecil dari banyaknya kasus yang terjadi di berbagai wilayah.
Sungguh amat disayangkan sekali. Para pelajar yang semestinya menjadi cikal bakal peradaban, justru kondisinya sangat jauh dari harapan. Bukankah tujuan daripada pendidikan seharusnya adalah untuk membentuk karakter yang berkepribadian Islam?
Namun, yang terjadi saat ini jauh dari pendidikan yang unggul. Alih-alih tidak terlibat dalam kasus bullying, para pelajar begitu lekat dengan aktivitas contek-mencontek supaya mendapatkan nilai tinggi. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum, sebagian pelajar ada yang berani menggadaikan kehormatan diri demi eksistensi diri. Miris sekali.
Mandulnya peran pengajar hari ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pengajar semestinya memberikan edukasi serta keteladanan untuk para pelajar, mendampingi mereka dalam proses pembinaan dalam sebuah instansi pendidikan. Bukan merusak moral mereka demi melampiaskan nafsu durjana.
Mengapa Outfit Dunia Pendidikan Saat Ini Semakin Bobrok?
Begitu kompleks permasalahan yang terjadi pada generasi muda kita. Demikian itu, merupakan potret buram dunia pendidikan yang tidak berlandaskan aqidah Islam.
Ditambah sekulerisme yang berpandangan bahwa agama hanya dicukupkan dalam aktivitas ibadah saja, sementara dalam hal bersosialisasi, pergaulan, muamalah termasuk juga pendidikan, agama tidak perlu dilibatkan.
Hal ini sejalan dengan peta pendidikan saat ini yang menempatkan mata pelajaran agama, diposisi yang sangat rendah. Dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya diberi porsi lebih banyak. Dalam sepekan, mata pelajaran agama Islam hanya 90 menit. Jelas ini sangat kurang jika pelajar hanya mendapatkan pendidikan agama Islam dari sekolah saja.
Apalagi buku cetak/modul yang dibagi untuk siswa tidak semua berisi materi tentang agama Islam, tetapi disisipi materi tentang agama lain yang semestinya tidak perlu dipelajari oleh seorang muslim. Ini menyeret kesimpulan bahwa seolah-olah para pendidik dan pelajar tidak diberikan ruang bebas untuk mempelajari agama Islam secara menyeluruh.
Belum lagi biaya pendidikan hari ini sangatlah mahal. Karena dalam sistem kapitalis, tak ada yang gratis. Bila kita ingin dapatkan sesuatu yang bermanfaat maka harus merogoh kantong dalam-dalam. Karenanya kapitalisme pasti akan melahirkan orang-orang yang individualis dan melakukan sesuatu hanya karena kepentingan tertentu.
Sistem Islam Melahirkan Generasi Cemerlang
Tentu sangat berbeda dengan sistem Islam yang memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat agar mendapatkan pendidikan secara gratis. Mengingat agama merupakan dasar dari pembentukan karakter. Karena dengan bekal aqidah yang kuat, para pelajar tidak akan gampang melakukan perbuatan kriminal. Sebab Islam memberikan cara pandang yang jauh. Yakni hidup untuk Sang Maha Hidup.
Dengan begitu, memberikan kesadaran kepada setiap orang bahwa ia hanya seorang hamba yang wajib tunduk patuh pada Sang Maha Raja (Allah Subhanahuwata 'Ala). Apapun jabatannya, meski ia seorang pelajar, guru, kepala sekolah, pedagang, pejabat, atau cleaning servis sekalipun. Senantiasa terikat pada syariat. Sebab itu, seorang hamba dalam setiap aktivitasnya, senantiasa diliputi kesadaran akan hubungan dirinya dengan Allah (idrak sillah billah).
Hasil dari pendidikan Islam tersebut akan melahirkan individu yang hanya berbuat untuk sesuatu yang menghantarkan pada keridhoan Allah semata. Karena ia memahami bahwa setiap perbuatan meski sekecil biji zarrah pun akan ada balasannya. Seperti yang diterangkan didalam Qur'an Surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
7. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ
8. dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Maka pendidikan yang berlandaskan akidah Islam merupakan sesuatu yang sangat penting dan menjadi hak bagi setiap individu. Oleh karena itu, semestinya penguasa memberikan perhatian lebih kepada rakyatnya agar mereka mendapatkan hak pendidikan secara menyeluruh serta tidak memberatkan.
Islam telah memberikan contoh dalam hal ini. Terbukti di masa Kekhilafahan Abbasiyah, saat dipimpin oleh seorang khalifah Harun Ar-Rasyid, Islam mencapai puncak kejayaannya. Yang sering disebut dengan The Golden Age of Islam, di mana saat itu Baghdad sebagai ibukota Daulah Islam, menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.
Begitu besarnya cinta dan perhatian seorang khalifah terhadap ilmu pengetahuan sehingga dimasa itu, dibangun banyak sekali perpustakaan, serta mendirikan lembaga penerjemahan ilmu pengetahuan yang disebut Baitul Hikmah. Baitul Hikmah adalah lembaga penerjemah dari berbagai bahasa Yunani, Sansekerta dan lain-lain kedalam bahasa Arab.
Pantas saja bila saat itu, Daulah Islam mampu melahirkan peradaban yang agung nan mulia. Karena setiap komponen berperan maksimal dalam proses pendidikan.
Beberapa di antaranya adalah ilmuwan muslim yang telah meninggalkan jejak dalam sejarah dengan penemuan-penemuan mereka yang signifikan dan berpengaruh untuk dunia.
Ibnu Sina, merupakan tokoh penting dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat di dunia, dan dikenal karena karyanya yang berjudul Kitab al-Qanun fi al-Tibb (Buku Kanun dalam Kedokteran), yang menjadi buku rujukan penting dalam bidang kedokteran selama berabad-abad.
Al-Khawarizmi, merupakan seorang ahli matematika dan astronomi, dan dianggap sebagai penemu algoritma.
Ibnu Al-Haitsami, dikenal sebagai ahli matematika, astronomi, dan fisika, dan dikenal karena karyanya dalam bidang optik, termasuk Kitab al-Manazir, sebuah karya tentang penglihatan dan optik.
Al-Jazari, ilmuwan ini dikenal sebagai Bapak Robot. Ia merupakan pembuat robot pertama dalam sejarah.
Al-Zahrawi, adalah seorang dokter dan ahli bedah yang melakukan banyak penemuan penting dalam bidang kedokteran dan bedah.
Abbas Ibnu Firnas, adalah Penemu konsep pesawat terbang. Beliau terinspirasi dari Al-Qur'an Surat Al-Mulk, "Tidaklah mereka memperhatikan burung burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya diatas mereka? tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu."
MasyaaAllah... begitu luar biasanya Islam ketika diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Ajaran Islam yang begitu sempurna ini, tak hanya mengantarkan manusia pada kebaikan, tetapi juga menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Lantas, tidakkah kita mengambil pelajaran?
Mari kita kembali kepada aturan Islam yang berasal dari Pencipta Alam. Aturan yang sudah pasti memuaskan akal dan memberikan ketentraman.
Maka tak ada jalan lain, kecuali dengan mengembalikan kehidupan Islam dalam sebuah institusi negara yang menerapkan seluruh syariat Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Wallahu'alam bishowab

0 Komentar