SURPRISE ULTAH MERENGGUT NYAWA, KOK BISA?


Oleh: Tety Kurniawati
Penulis Lepas

Meski pihak keluarga menganggap insiden kejutan ulang tahun yang berujung maut sebagai musibah namun polisi tetap memeriksa beberapa teman korban yang terlibat. Dari enam orang yang diperiksa, empat orang yang merupakan teman dalam kegiatan OSIS sudah dilakukan klarifikasi.

Menurut Kapolsek Cawas, sebelum kejadian para anggota OSIS mengadakan rapat untuk membahas lomba yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 Juli besok. Kebetulan pada hari yang sama, korban Fajar Nugroho sebagai ketua OSIS sedang berulang tahun.

Lalu korban diberi tepung dan ramai-ramai diceburkan ke kolam taman sedalam 1,75 meter. Saat itu korban yang diduga tidak bisa berenang memegang pralon di atas kolam yang ada kabel listriknya dan tersetrum lalu meninggal dunia. Teman korban yang sempat menolong pun tersetrum namun tidak meninggal dunia. (Kompas.tv, 11/07/2024)


Tren Pembawa Petaka

Merayakan ultah dengan surprise menjadi tren dikalangan remaja. Surprise perayaan bertambahnya usia tersebut umumnya berupa tradisi "mengerjai" teman atau lebih populer dengan istilah prank. Praktik ini lebih merupakan bentuk eksistensi diri. Maka wajar mayoritas remaja merasa perlu menjaga lestarinya tradisi ini.

Dilain sisi, perilaku remaja cenderung spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam. Mudah terpengaruh dan ikut terbawa arus pergaulan. Hal ini disebabkan ketidakpahaman atas kaidah berpikir dan beramal, serta ada pertanggungjawaban atas setiap perbuatan. Namun atas nama bersenang-senang. Mereka abai akan resiko keselamatan. Akibatnya, alih-alih membuat ultah menjadi momen kebahagiaan, surprise ultah malah mendatangkan petaka yang tak terhindarkan.


Kapitalisme Merusak Kepribadian Generasi

Cengkraman kapitalisme telah melahirkan generasi yang cacat kepribadian dan terpapar gaya hidup barat yang syarat kebebasan. Rapuh, latah, mudah terpengaruh, hedonis, rendah kepekaan sosial dan cenderung abai akan resiko keselamatan. Menjadi karakteristik generasi penerus masa depan. Wajar cepat ato lambat sistem rusak nan merusak tersebut akan memakan korban.

Pendidikan ala kapitalisme juga memberi andil besar dalam merusak generasi. Paradigma pendidikan kapitalis yang hanya berorientasi pada pencapaian materi sebagai standard kesuksesan. Menforong generasi menjadikan kesenangan duniawi sebagai sumber kebahagiaan yang terus dipacu tanpa kendali dan batasan. Kerusakan fungsional dalam tiga unsur pelaksana pendidikan menambah pelik keadaan. Yaitu lemahnya lembaga pendidikan formal ( ditandai dengan kacaunya kurikulum dan tidak berfungsinya guru sebagaimana mestinya), kondisi keluarga yang tidak mendukung dan lingkungan masyarakat yang tidak kondusif. Alhasil generasi tumbuh jauh dari ajaran Islam.

Dilain sisi, laju pertumbuhan dunia digital yang pesat. Namun minim kontrol dan pengawasan dari negara. Membuat tayangan yang kontra produktif bagi pembentukan karakter generasi mudah ditemui. Gempuran informasi dan gaya hidup kapitalis sekuler masiv dan tak terkendali. Lantas hendak kemana generasi berlindung diri?


Islam Menjaga Generasi

Ketundukan terhadap syariat mewarnai kehidupan dalam naungan Islam. Sejak dini di lingkungan rumah dan sekolah tiap anak diajarkan tentang hakikat penciptaan dan tujuan kehidupan. Ketakwaan menjadi nafas setiap kegiatan. Amar ma'ruf nahi mungkar senantiasa ditegakkan.Termasuk larangan mengikuti tradisi asing yang berpotensi menghadirkan kemudhorotan. Bagi muslim, tradisi dan budaya yang boleh diikuti semata yang bersendikan kitabullah dan sunnah. Maka surprise ultah yang populer dengan praktik pranknya wajib dihindarkan. Karena kontra produktif terhadap tumbuh kembang iman generasi.

Selain itu, demi menjaga fitrah manusia. Negara akan memberikan perlindungan terhadap paparan racun pemikiran asing. Kontrol dan pengawasan atas konten bermuatan sekuler, hedonis dan materialistis berlaku sangat ketat. Tak ada ruang hidup bagi tumbuhnya bibit kemaksiatan. Kurikulum pendidikan dibuat berdasarkan aqidah Islam. Para pelajar terdidik mencintai ilmu sebagai upaya memberi kontribusi terbaik bagi umat dan mendekatkan diri kepada Allah.

Alhasil, fenomena ini hanya bisa terhenti jika manusia kembali menerapkan aturan Illahi. Melalui negara, Islam akan menjaga umat dari berbagai pandangan yang merusak tatanan kehidupan, melahirkan generasi cemerlang pemimpin peradaban gemilang. Wallahua'lam bis shawwab.

Posting Komentar

0 Komentar