Oleh: Rika Dwi Ningsih
Jurnalis Lepas

Presiden Joko Widodo kembali menuai kritik tajam setelah menyatakan bahwa pembengkakan anggaran untuk perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia yang akan digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah sesuatu yang wajar. Jokowi beralasan bahwa acara tersebut akan dilaksanakan di dua lokasi, yakni di IKN dan di Istana Merdeka, Jakarta, sehingga menyebabkan kenaikan biaya.

Namun, pernyataan Jokowi ini dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk apologi atau dalih belaka. Menurut Ahmad Khozinudin seorang sastrawan politik, tidak ada kewajiban konstitusional yang mengharuskan perayaan HUT RI dilaksanakan di dua tempat. Terlebih lagi, kondisi IKN saat ini dinilai belum siap sepenuhnya untuk menyelenggarakan acara besar. Infrastruktur di IKN masih kacau, termasuk jalan dan bandara yang belum sepenuhnya berfungsi dengan baik.

Jika kondisi cuaca buruk, seperti hujan deras pada hari perayaan, acara di IKN dikhawatirkan tidak akan berjalan khidmat dan justru menjadi bencana politik bagi Jokowi. Ahmad mengungkap bahwa Jokowi tidak peka terhadap kondisi rakyat yang saat ini tengah berjuang dengan kemiskinan dan pengangguran yang semakin meningkat. Dalam situasi ekonomi yang sulit, penggunaan anggaran besar untuk perayaan dianggap sebagai bentuk pemborosan yang tidak perlu.

Ahmad juga menyoroti bahwa perayaan di IKN hanya bertujuan untuk memuaskan ego Jokowi menjelang akhir masa jabatannya. Ia menuduh bahwa selebrasi ini hanya dilakukan untuk mempromosikan proyek IKN sebagai warisan keberhasilan Jokowi, meskipun proyek tersebut masih dalam tahap awal pembangunan dan banyak pihak meragukan keberlanjutannya setelah Jokowi lengser.

Kritik semakin tajam dengan pernyataan bahwa anggaran besar yang digunakan untuk perayaan ini seharusnya bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang lebih mendesak. Sebagai bentuk empati terhadap rakyat, Ahmad berpendapat bahwa Jokowi seharusnya memilih menggelar perayaan di Jakarta, yang lebih hemat biaya.

Kebijakan Jokowi ini dinilai tidak menunjukkan empati terhadap kondisi rakyat yang semakin terpuruk. Ahmad bahkan mendoakan agar hujan deras mengguyur IKN pada hari perayaan, sebagai tanda teguran dari Tuhan atas kesombongan para pemimpin yang zalim.