KEADILAN DALAM SISTEM SELAIN ISLAM HANYA ILUSI


Oleh: Lilik Solekah, SHI.
Ibu Peduli Generasi

Sesungguhnya sudah menjadi rahasia umum bahwa keadilan di negeri ini untuk masyarakat itu nihil adanya. Sehingga ini sudah menjadi hal yang wajar terjadi. Telah di beritakan di Surabayapostnews, bahwa Apa yang diungkap oleh Dimas Yemahura seorang penasehat hukum keluarga mendiang Dini Sera Afrianti bahwa “Keputusan hukum ini menunjukkan betapa sulitnya mencari keadilan di Indonesia” pasalnya hakim ketua Erentua Damanik menjatuhkan vonis bebas untuk Gregorius Ronald Tannur dari dakwaan kasus pembunuhan terhadap Dini Sera Afrianti. Seharusnya mereka semua sudah menyadari sejak demokrasi ini ada.

Kita bisa saksikan sejak dahulu terdapat berbagai kasus kriminalitas yang terjadi di negeri ini tidak mendapatkan sanksi tegas sehingga mengoyak nurani keadilan masyarakat, di antaranya kasus asusila ketua KPU Hasyim asyari dan kasus Ronald tannur ini.

Dan tidak hanya di perkotaan, bahkan kasus-kasus di daerah mana ada keadilan untuk si papa? Si miskin bahkan saat haknya tercerabut oleh si kaya pun tidak ada tindakan yang tegas. Pencurian terjadi dimana-mana ketika terlaporkan dan pencuri telah tertangkap justru berakhir dilepas dengan dalih bahwa itu dibawah umur dan lain sebagainya.

Sehingga seharusnya masyarakat sudah melek akan timpangnya penegakkan hukum sedari awal ketika penasehat hukum menangani kasus tersebut, kenapa baru sekarang mengukapkan rasa terdzalimi? Kemana saja perhatianya selama ini?

Selain itu, hal ini justru menggambarkan bahwa sistem hukum yang ada pada demokrasi kapitalis ini jauh dari keadilan, dan tidak memberikan efek jera. Bahkan hukum di sini bisa dikatakan tajam ke bawah dan tumpul ke atas, serta ini bisa menjadi bukti betapa lemahnya hukum buatan akal manusia yang diterapkan saat ini.

Hal ini pun merupakan sebuah kewajaran karena manusia adalah makhluk yang lemah, terbatas, dan sering terjebak pada konflik kepentingan. Inilah gambaran sistem hukum dalam demokrasi, yang bahkan juga membuka celah terjadinya kejahatan. Asal ada uang dia bisa menang. Asal ada uang kesalahan sebesar apapun bisa bebas berkeliaran.

Koruptor milyaran yang sudah terbukti nyata bisa healing keluar negara sesukanya. Sedang Si miskin selalu berada di posisi yang salah, mengambil satu buah semangka karena kelaparan pun bisa dipenjarakan. Orang-orang lurus yang tidak sepemahaman dengan oknum penguasa bisa dipenjarakan semaunya. Lagi-lagi ini kewajaran dalam sistem demokrasi kapitalisme.

Sungguh jauh berbeda dengan sistem Islam. Bagaikan langit dan bumi. Bahkan saking gamblangnya adil dan tidak adilnya dua sistem tersebut bagai siang dan malam. Dalam sistem Islam penegakkan keadilan selalu berpedoman pada aturan Allah ï·», Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Adil.

Islam memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan, yang berfungsi sebagai jawabir dan zawajir (mencegah serta menjerakan. Dalam Islam juga memiliki definisi kejahatan dan sanksi yang jelas, juga upaya pencegahan yang menyeluruh, serta para penegak hukumnya adalah orang-orang yang betul-betul amanah dan bertakwa pada Allah ï·». Ingat riwayat yang menyebutkan bahwa Rosululloh ï·º berkhutbah di hadapan kaum muslimin hingga sampai pada sabdanya:

Sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!” (HR. Aisyah RA.)

Maka tunggu apalagi? Karena keadilan yang hakiki hanya ada pada sistem Islam, maka mari bahu membahu untuk menegakkan sistem itu.

Wallahu A'lam bishowab

Posting Komentar

0 Komentar