
Oleh: Diaz
Jurnalis Lepas
Kerusuhan melanda beberapa kota di Inggris selama beberapa hari terakhir, dipicu oleh insiden penikaman massal yang menewaskan tiga anak-anak minggu lalu. Kerusuhan ini pertama kali meletus pada Selasa, 30 Juli 2024, dan kini memasuki hari keenam pada Minggu, 4 Agustus 2024 tanpa tanda-tanda mereda.
Latar Belakang dan Pemicu
Pada 29 Juli 2024, sebuah insiden tragis terjadi di sebuah kelas dance dan yoga di Southport, Inggris, di mana tiga anak perempuan Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), dan Alice Dasilva Aguiar (9) meninggal akibat penikaman. Sepuluh orang lainnya terluka, termasuk delapan anak-anak. Pelakunya adalah seorang remaja berusia 17 tahun bernama Axel Rudakubana, ditangkap di lokasi kejadian. Axel, yang lahir di Wales, langsung ditangkap oleh polisi, namun identitasnya tidak dirilis karena usianya yang masih di bawah umur.
Insiden ini memicu gelombang hoax dan klaim palsu di media sosial, termasuk tuduhan bahwa pelakunya adalah seorang imigran dan beragama Islam. Klaim-klaim ini memicu sentimen anti-imigran dan Islamofobia yang meluas.
Kota-Kota yang Terdampak
Kerusuhan tidak hanya terjadi di Southport. Demonstrasi dan kekerasan meluas ke berbagai kota di Inggris seperti Manchester, Hartlepool, Liverpool, Bristol, dan London. Di Rotherham, sekitar 700 perusuh menyerang Holiday Inn Express yang dikenal sebagai tempat tinggal para pencari suaka. Mereka merusak jendela dan melemparkan tempat sampah yang terbakar ke gedung tersebut. Di Belfast, Irlandia Utara, sebuah kafe, supermarket, dan beberapa mobil dibakar setelah protes pada Sabtu malam.
Kerusuhan di Whitehall, dekat Downing Street, mengakibatkan penangkapan 111 orang pada Rabu malam, dengan beberapa petugas mengalami cedera akibat lemparan botol dan benda-benda lainnya.
Respons Pemerintah
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengecam keras kerusuhan ini sebagai tindakan premanisme sayap kanan yang tidak dapat ditoleransi. "Ini bukan protes," kata Starmer di platform media sosial X. "Ini adalah tindakan premanisme yang terorganisir, penuh kekerasan, dan tidak memiliki tempat di jalan-jalan atau di dunia maya."
Menteri Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, mendukung tindakan tegas terhadap para perusuh, termasuk hukuman penjara dan larangan bepergian.
Solidaritas dan Kerjasama Warga
Di tengah kekacauan, terlihat juga aksi solidaritas dari masyarakat. Di Southport, warga membantu membersihkan jalan-jalan dan membagikan makanan gratis sehari setelah protes. Aksi ini menjadi simbol kerjasama dan kekuatan komunitas dalam menghadapi tantangan berat.
Hasbara Terlibat Dalam Menyebar Hoax
Hasbara adalah program hubungan masyarakat yang bertujuan menyebarkan informasi positif tentang Israel ke seluruh dunia. Gerakan ini secara aktif terlibat dalam menggiring opini dengan menyebarkan hoax melalui Tommy Robinson yang bernama asli Stephen Christopher Yaxley-Lennon yang aktif dan giat menyalahkan Hamas atas kerusuhan tersebut dengan mengatakan "Mengapa orang-orang marah? Saya sampaikan mengapa mereka marah? Karena Hamas dibiarkan mengambil alih London, mengambil alih ibukota kita".
Tommy sendiri adalah tokoh kelompok ekstrin kanan Inggris yang memprovokasi penyerangan terhadap masjid, Dia merupakan pendukung sejati penajah zionis yang aktif membela Israel dalam setiap aksinya. Ketika kerusuhan terjadi dan meluas di Inggris, Tommy langsung kabur dari Inggris dan tertangkap kamera sedang asik berjemur di Cyprus dengan menggunakan biaya donasi yang terkumpul dari pendukung fanatiknya.
0 Komentar