
Oleh: Irohima
Penyakit gagal ginjal memang bisa menimpa siapa saja, namun fenomena banyaknya anak-anak yang mengalami kasus gagal ginjal tentu membuat keprihatinan yang sedemikian rupa, apalagi merebaknya isu anak-anak yang harus melakukan cuci darah akibat gagal ginjal akut, membuat cemas tak terhingga.
Isu anak-anak yang ramai melakukan cuci darah akibat gagal ginjal akut cukup mengejutkan, meski kemudian Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basaroh Yanuarso menegaskan bahwa secara nasional, laporan kasus gagal ginjal pada anak tidak mengalami lonjakan.
Viralnya isu anak-anak cuci darah dipicu oleh banyaknya anak-anak yang menjalani terapi cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, menurut Piprim, terapi cuci darah pada anak telah biasa dilakukan sejak lama, penyebabnya juga bukan hanya karena gaya hidup seperti seringnya mengonsumsi makanan atau minuman dengan kandungan gula yang tinggi, namun juga bisa disebabkan oleh faktor lain seperti kelainan bawaan pada ginjal dan saluran kemih sejak lahir atau bisa juga karena sindrom nefrotik yang memicu terjadinya gangguan pada ginjal. Selain itu, pasien yang datang ke RSCM juga banyak yang merupakan pasien rujukan dari rumah sakit lain dikarenakan tidak semua wilayah memiliki fasilitas hemodialisa ( CNN Indonesia, 26/07/2024 ).
Meski tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal yang berujung cuci darah dan terlepas dari banyaknya faktor yang bisa menyebabkan penyakit gagal ginjal, keberadaan kasus ini perlu menjadi perhatian, karena sebagian besar kasus ini erat kaitannya dengan pola konsumsi yang salah atau tidak sehat dan menjadi faktor dominan penyebab penyakit gagal ginjal.
Dokter mengemukakan bahwa faktor dominan penyebab gagal ginjal seperti pola hidup tidak sehat juga dipicu oleh kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi makanan dan minuman kemasan yang tinggi gula. Faktanya saat ini, produk-produk berpemanis justru banyak kita temukan, mulai di supermarket hingga warung tetangga. Seringkali produk tersebut mengandung gula yang tidak sesuai dengan standar ukuran yang menjadi acuan dalam angka kecukupan Gizi. Banyaknya masyarakat yang kurang memahami akan pentingnya memperhatikan secara teliti sebuah produk menambah parah situasi, mereka kerap abai akan makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Fakta bahwa produk-produk berpemanis banyak yang tersebar bebas di tengah masyarakat adalah hal yang tak bisa dipungkiri. Produk-produk tersebut merupakan produk industri makanan atau minuman yang terkadang mengandung kadar gula yang tinggi dan menyalahi standar baku. Hal yang demikian adalah sebuah kewajaran jika kita hidup di bawah naungan sistem kapitalisme, di mana sistem ini memiliki landasan manfaat, selalu berorientasi pada besarnya keuntungan dan kecilnya biaya produksi serta tak peduli dengan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan keamanan pangan untuk anak.
Jangankan sesuai dengan konsep halal dan thayyib, sesuai dengan standar kesehatan atau gizi saja mereka abaikan. Banyaknya produk-produk yang tidak sesuai standar kesehatan juga merupakan bukti bahwa negara telah abai dalam memberikan jaminan keberadaan makanan yang halal dan thayyib serta keamanan pangan bagi masyarakat terutama anak-anak. Sistem hukum yang tidak tegas juga memberikan pengaruh besar, karena sanksi yang tidak tegas membuat para pelanggar peraturan masih bisa melenggang bebas tanpa jera.
Dalam Islam, makanan dan minuman yang halal dan thayyib adalah hal yang sangat penting karena sudah menjadi tanggung jawab negara untuk memastikan segala sesuatu yang beredar di masyarakat merupakan produk yang sehat dan bermanfaat, maka dari itu Islam sebagai agama yang sempurna akan menjamin keberadaan makanan halal dan thayyib serta menjamin keamanan makanan untuk dikonsumsi.
Negara dalam Islam, juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib, serta melakukan pengawasan yang ketat terkait proses produksi makanan ataupun minuman. Para mujtahid juga akan dikerahkan untuk melakukan penggalian hukum jika menemukan bahan makanan terbaru. Negara juga kan memberlakukan sanksi yang tegas bagi para pelanggar hukum hingga kasus seperti penambahan bahan berbahaya pada suatu produk beredar bisa diatasi.
Dengan penerapan sistem Islam, masyarakat akan merasa aman dalam mengonsumsi makanan atau minuman serta tidak khawatir akan adanya produk yang membahayakan.
Wallahualam bisshawab
0 Komentar