
Oleh: Rika Dwi Ningsih
Penulis Lepas
Ahmad Khozinudin, seorang sastrawan politik, menyampaikan pandangannya yang tajam terkait kondisi kekuasaan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam pandangannya, Ahmad mengaitkan nama kecil Jokowi, yaitu "Mulyono," dengan kondisi kekuasaan yang saat ini tampak semakin lemah dan mendekati akhir masa jabatannya.
Menurut cerita Jokowi dalam sebuah wawancara televisi, ia lahir dengan nama Mulyono. Namun, karena sering sakit-sakitan, namanya kemudian diganti menjadi Joko Widodo. Ahmad Khozinudin mengambil analogi ini untuk menggambarkan kondisi kekuasaan Jokowi yang saat ini juga "sakit-sakitan" dan semakin mendekati akhir pada 20 Oktober 2024.
Ahmad juga mengangkat isu seputar kontroversi ijazah Jokowi yang disebut-sebut bukan miliknya, melainkan milik adik iparnya, Hari Mulyono. Meskipun kebenaran dari klaim ini belum terbukti, Ahmad menggunakan isu ini untuk mempertanyakan integritas Jokowi, mengingat banyaknya janji dan klaim yang dianggap tidak terpenuhi selama masa jabatannya.
Ahmad mencatat bahwa berbagai janji Jokowi, seperti produksi mobil Esemka, pembelian kembali Indosat, dan berbagai janji lainnya, belum terealisasi. Ia bahkan menyebut bahwa jika semua kebohongan Jokowi dikumpulkan, maka tumpukan dokumennya bisa menjadi "tangga" yang mencapai bulan.
Ahmad kemudian berpendapat bahwa Jokowi saat ini kembali menjadi sosok "Mulyono" yang lemah. Ia menggambarkan bahwa Jokowi, yang ia sebut sebagai "Mulyono," tampak semakin tidak berdaya menjelang akhir masa jabatannya. Usaha Jokowi untuk memperpanjang masa jabatannya atau menunda Pemilu juga dinilai gagal.
Di akhir pandangannya, Ahmad menggambarkan nasib Jokowi yang menurutnya semakin ditinggalkan oleh para pendukungnya, termasuk oleh partai-partai yang dulu mendukungnya. Bahkan, ia memprediksi bahwa saat masa jabatan Jokowi berakhir pada 20 Oktober 2024, tidak akan ada yang "melayat" kekuasaannya yang sudah berakhir, meninggalkannya sendiri dalam kesepian.
0 Komentar