UNDANG INFLUENZER, KIAT UNJUK PENGARUH


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban

Terdengar suara bertanya makan apa malam ini, dari sebuah video yang beredar dan viral. Suara itu tak asing lagi dan pemiliknya biasa dijuluki Sultan Andara, Raffi Ahmad. Dalam video tersebut memperlihatkan aktifitas makan malam dengan menu istimewa. Tak hanya Raffi Ahmad, terlihat juga artis influenzer lainnya seperti Nagita Slavina, Irwansyah, Zaskia Sungkar, Atta Halilintar, Aurel Hermansyah, Ananda Omesh, Sintya Marisca, Ferry Maryadi, Gading Marten, Poppy Sovia, Willie Salim, Meicy Villa, hingga Dian Ayu Lestari.

Tak pelak tayangan itu mendapat respon beragam dari netizen Indonesia, mayoritas menyayangkan acara itu dan menyebut mereka berbahagia di atas penderitaan rakyat. Pertanyaan juga muncul darimana dana acar itu didapat, dari kantong pribadi Sang Presidenkah atau APBN. Jika yang terakhir, kembali terlontar komentar tidak rela, tidak iklas, rakyat diperas mereka yang berfoya-foya.

Namun cukup menarik menelisik apa tujuan presiden mengundang para artis influenzer itu, tentu bukan sekadar menyaksikan peresmian jembatan Pulau Balang di Provinsi Kalimantan Timur. Dimana jembatan ini adalah fasilitas publik yang menghubungkan kota Balikpapan dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) (tempo.co, 28/7/2024).

Atau sekadar cek pembangunan infrastruktur yang lainnya seperti jalan tol. Deputi Protokol dan Media Sekretaris Presiden Yusuf Permana mengatakan bahwa Jokowi dan Ibu Negara akan bermalam di kantor presiden IKN dan esok harinya adalah hari pertama presiden berkantor di Istana IKN.

Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, Sejumlah pengamat politik menilai kehadiran influencer di IKN sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, seharusnya yang menjadi prioritas diundang bukan mereka, tapi para investor. Sekaligus memikirkan bagaimana cara mendatangkan ke IKN (tempo.co, 29/7/2024).

Sedangkan menurut analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menganggap Jokowi mengajak influencer ke IKN hanya untuk memoles citra IKN agar positif. Padahal, pembangunan IKN tahap pertama belum sepenuhnya rampung menjelang akhir jabatan Jokowi.

Menurut Ujang lagi, presiden agak panik dan agak stres di masa kepemimpinan yang tinggal beberapa bulan lagi. Akhirnya terpikirkan cara instan, yaitu memanfaatkan influencer untuk membangun berita positif. Berita baik kepada publik. Meski nanti akan ada gap karena nyatanya IKN mangkrak.


Proyek Penuh Drama Tak Berkorelasi Kepada Rakyat

Proyek IKN sejak dari konsep hingga tataran penerapan memang dipenuhi drama, dari berita investor berdatangan dan siap membangun IKN, ternyata hoak sehingga harus menggunakan dana APBN. Rencana ASN akan dipindahkan ke IKN, nyatanya menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Basuki Hadimuljono enggan berkantor di IKN sebab tak ada air, kemudian muncul Perpres tentang HGU bagi para investor dengan tenor hingga 190 tahun dan boleh digunakan ulang.

Presiden hendak memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-79 secara hybrid nyatanya IKN belum siap, meski di tahap satu sekalipun. Namun dengan santai presiden mengklaim tidak ada kejar target. Pembangunan IKN diproyeksikan 10 hingga 20 tahun ke depan.

Perayaan HUT RI ke-79, menurut pengamat ekonomi dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, bukan untuk kepentingan rakyat melainkan kepentingan Presiden Jokowi. Keberhasilan acara menjadi penentu apakah proyek IKN berlanjut atau tidak. Sehingga acara tetap harus digelar meski proyek belum tuntas (tempo.co, 27/7/2024). Padahal menurut Achmad, bagi rakyat, yang penting adalah merdeka dari beban harga tinggi, utang pinjol, bebas dari pengangguran dan kemiskinan.


Bagaimana Seharusnya?

IKN adalah salah satu proyek pemerintah yang tak berkorelasi dengan kebutuhan rakyat. Negara juga tidak fokus pada target utama pembangunan. Genjot terus proyek strategis nasional, sementara rakyat, akses menuju kemudahan berusaha dan mewujudkan kesejahteraan tertutup. Apalagi sudah bukan rahasia lagi jika dana negara tak ada. Ibarat kata, besar pasak daripada tiang. Apa lantas yang dikejar?

Melanjutkan proyek IKN jelas bentuk kezaliman yang nyata. Maka, kita bisa berkaca, apakah ini yang kita kehendaki dari sebuah pemerintahan atau negara? Rasulullah ï·º bersabda, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Negara nyatanya hanya sibuk unjuk pengaruh di mata investor. Bukan sibuk menempatkan diri di hati rakyat dengan melayani seluruh urusan rakyat.

Demokrasi yang banyak berharap darinya muncul pemimpin yang mencintai rakyat nyatanya hanya tong kosong nyaring bunyinya. Lepas pemilu, lanjut pilkada. Yang kemarin berseteru kini berkoalisi. Yang kemarin bertanding kini bersanding. Kapan untuk rakyat, tidak ada! Kita mesti sadari itu dan mulai bergerak memperjuangkan apa yang seharusnya kita dapat.

Maka, sepanjang kita mengambil sistem demokrasi sebagai jalan untuk mewujudkan kesejahteraan maka sepanjang itu pula kita akan terus dikecewakan. Hanya Islam yang memiliki solusi terbaik, para pemimpin di dalamnya selalu mengedepankan amanah, di atas kepentingan mereka sendiri. Itulah mengapa, di kepala mereka selalu tertutup surban yang melilit. Surban itu mengingatkan bahwa hanya kematian yang menjadi pengingat mereka ketika bekerja untuk rakyat. Surban itu sepanjang kain kafan mereka yang kelak bakal menjadi pembungkus jasad mereka ketika Allah mewafatkan mereka.

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar