
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Gelaran Reuni Akbar 212 kembali menjadi momen istimewa yang mempertemukan umat dari berbagai penjuru negeri. Pada Senin, 2 Desember 2024, ribuan jamaah memenuhi kawasan Monas, Jakarta, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang terasa menggetarkan. Dari Solo hingga Sentul, bahkan Kepulauan Riau, semua hadir membawa cerita perjuangan masing-masing.
Kebersamaan dalam Keberagaman
Ditengah keramaian, serombongan jamaah dari Solo menghampiri penulis dengan antusias. Mereka mengaku sebagai pembaca setia dan rutin menyebarkan artikel-artikel yang dibuat. Pertemuan ini diwarnai dengan sesi foto bersama berlatar Monas, ikon ibu kota yang dianggap simbol wajib bagi pengunjung Jakarta.
Tak berselang lama, seorang peserta dari Bogor bernama Dudi datang bersama keluarganya. Mereka hadir untuk menyuarakan aspirasi dan berkontribusi dalam momentum kebangkitan umat Islam. Diskusi ringan dengan Dudi membuka percakapan mendalam tentang kondisi umat, terutama kekecewaan atas kekalahan dalam Pilkada yang dianggap sarat dengan janji-janji palsu.
Refleksi Pilihan Politik Umat
Dudi mengungkapkan kejenuhannya terhadap sistem politik demokrasi. Meski awalnya enggan memilih, arahan ulama membuatnya ikut terlibat. Namun, ketika pilihan yang diambil kalah, ia merasa perlu menyerahkan tanggung jawabnya kepada ulama yang mengarahkan. Baginya, siapapun yang terpilih tidak akan menerapkan hukum Allah ﷻ, sehingga memilih pun terasa sia-sia.
Dalam diskusi, penulis menyampaikan beberapa nasehat penting:
- Taklif Individu dalam Islam
Setiap muslim bertanggung jawab atas amal perbuatannya secara individu. Tidak ada yang dapat memikul beban dosa orang lain, bahkan dalam amal jamaah sekalipun. Kelak, hisab di hadapan Allah ﷻ bersifat personal.
- Akal sebagai Dasar Pertimbangan Amal
Akal digunakan untuk memahami wahyu dan membimbing tindakan. Taklid buta pada sosok atau kelompok tanpa mempertimbangkan wahyu adalah keliru. Hanya akal yang mempertimbangkan syariat Allah yang dapat mengarahkan kepada amal yang benar.
- Ketaatan yang Tidak Mutlak
Dalam Islam, ketaatan kepada pemimpin dibatasi pada hal-hal yang ma'ruf. Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan, termasuk dalam sistem yang tidak menerapkan hukum Allah. Memilih pemimpin yang mendukung hukum selain syariat adalah bentuk kemaksiatan yang tidak layak ditaati.
- Kembali pada Dakwah Rasulullah ﷺ
Penulis menegaskan pentingnya umat kembali pada dakwah Rasulullah ﷺ. Fokusnya adalah menyampaikan syariat Islam, melawan kezaliman penguasa, dan membela umat yang terzalimi, seperti kasus rakyat Rempang dan Banten yang tanahnya dirampas. Aktivitas ini menyatukan umat dibandingkan Pilkada yang justru memecah belah.
Umat perlu mengarahkan perjuangan pada penegakan syariah dan khilafah. Janji Rasulullah ﷺ adalah kembalinya Khilafah, bukan kemenangan dalam Pemilu, Pilpres, atau Pilkada. Hanya dengan tegaknya Khilafah, umat Islam dapat meraih kemuliaan sejati.
Silaturahmi yang Penuh Berkah
Acara ini bukan sekadar reuni, tetapi ajang silaturahmi yang menguatkan ukhuwah Islamiyah. Pertemuan dengan peserta dari berbagai daerah menjadi momen berharga yang menyemangati perjuangan umat. Kehadiran para aktivis dari Kepri yang meminta foto bersama menjadi bukti indahnya persatuan dalam keberagaman.
MasyaAllah, Reuni 212 kembali menjadi saksi atas semangat perjuangan umat Islam. Semoga momentum ini terus menguatkan tekad umat untuk bersatu dalam perjuangan menegakkan syariat Islam dan mewujudkan janji Rasulullah ﷺ.
0 Komentar