
Oleh: Ummu Mubarok
Pengasuh Majelis Taklim
Kemarahan umat Islam dunia atas tragedi kemanusiaan di Gaza kembali mengemuka melalui gerakan Global March To Gaza (GMTG). Ribuan orang dari berbagai negara berupaya menembus blokade menuju Rafah untuk membawa bantuan dan menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina. Namun, realitas pahit kembali terulang. Mereka tertahan di perbatasan, dihentikan bukan oleh Zionis Israel langsung, melainkan oleh rezim di negeri-negeri kaum muslim sendiri.
Puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Lebih dari 30 aktivis di hotel dan Bandara Internasional Kairo di deportasi. Pejabat menyebut, para aktivis tersebut tidak mengantongi izin yang diperlukan. (Kompas.com, 12/6/2025)
Kondisi di atas jelas, bukan sekadar soal teknis logistik atau koordinasi diplomatik. Ini adalah cermin dari satu masalah mendasar: nasionalisme dan konsep negara bangsa yang telah menjadi tembok penghalang terbesar bagi pembebasan Palestina. Ikatan akidah yang mengikat kaum muslimin kini semakin rapuh, ditambah lagi pengkhianatan para penguasa muslim sungguh telah menyesakkan dada. Mereka tega menyaksikan saudara-saudaranya dibantai di depan mata. Sungguh ironis, nasib umat Rasulullah ﷺ ketika perisai mereka tidak ada saat ini.
Konsep negara bangsa yang lahir dari rahim kolonialisme telah menceraiberaikan umat Islam ke dalam batas-batas artifisial yang tidak pernah dikenal dalam sejarah Islam. Paham ini menumbuhkan loyalitas sempit pada wilayah, bukan pada akidah dan umat. Ia berhasil mengubah para pemimpin negeri-negeri Muslim dari pembela umat menjadi penjaga kepentingan asing. Bahkan tentara-tentara yang seharusnya menjadi perisai umat, kini lebih sibuk menjaga perbatasan daripada membela saudara-saudara mereka yang disembelih di Gaza.
Lebih menyakitkan, nasionalisme ini telah mematikan hati nurani para penguasa, membuat mereka rela tunduk pada tekanan negara-negara adidaya, terutama Amerika Serikat, ketimbang mengindahkan jeritan umat dan sabda Rasulullah ﷺ.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit juga, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Butuh Penyadaran
Umat Islam harus menyadari bahwa tidak ada jalan keluar sejati bagi Palestina (dan negeri-negeri muslim lainnya) selama umat masih berpikir dalam kerangka nasionalisme, setiap tangisan dari Gaza dibalas dengan diplomasi kosong dan aksi kemanusiaan yang dibatasi garis perbatasan. Justru hal inilah yang digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan institusi pemersatu umat yaitu Khilafah Islamiyah.
Padahal, khilafah satu-satunya yang bisa menyatukan seluruh kekuatan umat hingga terwujud sebuah negara adidaya dan mandiri. Khilafah yang akan memobilisasi tentara dan senjata untuk menolong Palestina dan membebaskan Palestina dengan memimpin jihad fisabilillah. Khilafah yang akan melindungi Palestina khususnya dan negeri-negeri kaum muslimin yang hari ini sedang terzalimi dan terjajah. Umat harus yakin bahwa khilafah adalah janji Allah ﷻ dan bisyarahnya Rasulullah ﷺ yang pasti kebenarannya.
Oleh karena itu, keyakinan Barat dan sekutunya akan tegaknya khilafah sudah melampaui batas akal mereka, Barat mengerahkan segala upaya untuk menghalangi tegaknya khilafah. Hal ini tercermin dari berbagai pernyataan mereka soal khilafah. Seperti pernyataan Netanyahu, pada 23 April 2025, yang berkata, "Kami bertekad untuk membebaskan para tawanan dan kami tidak akan membiarkan berdirinya khilafah Islam (kekhilafahan) mana pun, baik di Utara maupun di Selatan atau di tempat lain mana pun. Jika para ekstremis mengalahkan kamu, dunia Barat akan menjadi target mereka berikutnya."
Barat juga telah mengerahkan daya dan upaya, mulai dari ekonomi, kekuatan politik, budaya, hingga media massa untuk membendung tegaknya khilafah, termasuk mengiming-imingi para penguasa muslim dan para tokoh umat yang sudah terbeli akidahnya.
Dakwah Jamaah
Sudah saatnya arah perjuangan umat dialihkan dari sekadar aksi kemanusiaan menuju gerakan politik yang ideologis. Kita butuh perjuangan yang tak mengenal batas negara, tak tunduk pada tekanan asing, dan memiliki visi jelas: menegakkan kembali kepemimpinan Islam global (khilafah) yang akan menjadi pelindung sejati kaum muslim dan pembebas Palestina secara total.
Maka, mendukung dan bergabung dengan gerakan politik Islam yang konsisten memperjuangkan tegaknya khilafah adalah keniscayaan. Sebab hanya dengan sistem Islam, kekuatan umat dapat disatukan, tentara-tentara umat dapat digerakkan, dan Palestina benar-benar bisa dibebaskan secara hakiki.
Wallahu a'lam bishshawwab
0 Komentar