
Oleh: Darul Iaz
Jurnalis Lepas
Hamas dan Israel telah menyepakati gencatan senjata yang diinisiasi oleh Qatar sebagai mediator. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman, mengumumkan bahwa kesepakatan tersebut akan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025, bersamaan dengan pertukaran sandera dan tahanan. “Kesepakatan itu akan mulai berlaku pada 19 Januari,” ungkapnya, seperti dilansir Reuters, Kamis (16/1/2025).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyatakan bahwa kesepakatan untuk pembebasan para sandera telah tercapai. Presiden AS Joe Biden menambahkan bahwa gencatan senjata ini meliputi penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas. Gencatan senjata ini direncanakan berlangsung selama enam minggu.
Namun, hanya beberapa jam setelah kesepakatan tercapai, Israel kembali melancarkan serangan brutal di Gaza, menewaskan sedikitnya 90 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Serangan tersebut memadamkan kegembiraan sementara warga Gaza yang sempat merayakan pengumuman gencatan senjata.
Detail Kesepakatan Gencatan Senjata
Dilansir Al Arabiya News, gencatan senjata mencakup beberapa poin utama, di antaranya:
- Pertukaran Tahanan dan Sandera;
- Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel;
- Sandera perempuan dan anak-anak di bawah 19 tahun menjadi prioritas pembebasan;
- Sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan dalam 42 hari pertama kesepakatan;
- Israel akan menarik pasukannya secara bertahap dari beberapa wilayah Gaza;
- Pengungsi dari Gaza Utara dapat kembali ke rumah mulai 22 Januari;
- Enam ratus truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama periode gencatan senjata;
- Penyeberangan Rafah akan dibuka untuk mendukung distribusi bantuan.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyambut baik gencatan senjata ini dan menegaskan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan kepada warga Gaza.
Realitas yang Memprihatinkan
Di tengah perjanjian gencatan senjata, serangan Israel di Gaza tetap membabi buta. Serangan udara Israel menargetkan rumah sakit, tempat penampungan, dan pemukiman penduduk, mengubah area yang sempat menjadi panggung perayaan menjadi tempat penuh duka.
Serangan terbaru menewaskan sedikitnya 18 orang di dekat Gedung Serikat Insinyur Kota Gaza. Di lingkungan Sheikh Radwan, 12 jenazah ditemukan. Serangan drone di kamp Bureij menewaskan lima orang lainnya. Jumlah korban terus bertambah, mencerminkan kebiadaban yang tak kunjung usai.
Genosida yang Tak Berujung
Sejak operasi “Badai Al-Aqsa” dimulai 16 bulan lalu, lebih dari 46 ribu warga Gaza dilaporkan meninggal dunia. Korban luka mencapai lebih dari 100 ribu orang, dan sekitar 11 ribu warga hilang, diduga tertimbun reruntuhan bangunan. Meski dikecam banyak negara, Zionis Israel tetap bergeming, mengklaim tindakan mereka sebagai upaya membela diri.
Narasi bahwa serangan Israel adalah bentuk “self-defense” adalah kebohongan besar. Kehadiran Zionis di tanah Palestina sendiri merupakan tindakan ilegal. Mereka adalah penjajah yang didukung oleh konspirasi negara-negara Barat, terutama Inggris melalui Deklarasi Balfour pada 1917.
Zionis Yahudi terus melakukan kejahatan kemanusiaan, termasuk pembantaian, pengusiran, hingga pencurian organ dari jenazah warga Gaza. Anak-anak, perempuan, tenaga medis, dan jurnalis menjadi korban utama dari serangan brutal ini. Setiap jam, satu anak Palestina tewas akibat kebiadaban militer Zionis.
Palestina Tanah Kaum Muslim
Palestina merupakan tanah kharajiyah yang dibebaskan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab pada tahun 637 M. Dalam Perjanjian Umariyah, penduduk Yerusalem ketika itu meminta agar tidak satu pun Yahudi diizinkan tinggal di tanah mereka. Dari sejarah ini menegaskan bahwa klaim Zionis memiliki hak atas Palestina adalah dusta besar.
Dalam Islam Palestina merupakan negeri yang diberkahi, tanah suci kaum Muslim dan kiblat pertama bagi umat ini. Palestina juga adalah negeri yang menjadi tujuan Baginda Nabi melaksanakan perjalanan Isra’ serta melakukan shalat bersama para nabi dan rasul sebelumnya. Karena itu sudah seharusnya muncul perhatian dan pembelaan terhadap Palestina dan para penduduknya.
Persatuan Solusi Palestina
Kekejaman Zionis Yahudi atas Palestina adalah serangan terhadap seluruh umat Islam. Rasulullah ﷺ menggambarkan betapa berharganya nyawa seorang Muslim:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang Muslim (HR an-Nasa’i).
Hari ini, Muslim yang terbunuh bukan hanya satu, tetapi puluhan ribu! Namun demikian, nyaris tak ada pembelaan terhadap mereka dan justru situasi Gaza perlahan seolah di anggap menjadi hal yang biasa. Padahal salah satu ciri Mukmin yang ittibâ’ kepada Rasulullah ﷺ adalah memiliki sifat kasih-sayang kepada sesama Muslim.
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)
Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim No 4685)
Dalam hadits tersebut Rasulullah ﷺ menggambarkan hubungan sesama orang beriman bagaikan satu tubuh. Artinya, jika ada satu yang luka maka harusnya yang lain pun secara otomatis ikut merasakan perihnya luka tersebut.
Saat ibadah haji, umat Islam bisa bersatu karena keimanan dan ketaatan kepada Allah ﷻ. Demikian juga seharusnya di luar ibadah haji. Keimanan kepada Allah ﷻ dan ketaatan secara total pada syariat Islam akan menyatukan kaum muslim bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan.
Di sinilah letak penting keberadaan Khilafah sebagai sistem kenegaraan yang akan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Khilafah dipimpin oleh seorang khalifah (pemimpin seluruh kaum muslim di dunia) jelas akan menjamin persatuan dan kesatuan Umat Islam. Sebab, tidak mungkin umat bisa bersatu di level negara kecuali kaum muslim memiliki seorang pemimpin negara yang satu yaitu seorang khalifah.
Dari persatuan inilah kekuatan militer yang selama ini terpecah dapat bersatu dan menjadi pelaksana untuk membebaskan Palestina yang selama ini terjajah oleh zionis Yahudi.
Penutup
Umat Islam harus bersatu untuk membela Palestina dan melawan kejahatan Zionis. Hanya dengan kekuatan yang terorganisasi dan kepemimpinan yang teguh dalam naungan Khilafah, umat dapat menghentikan genosida ini dan mengembalikan kehormatan Palestina sebagai tanah kaum Muslim.
Wallahualam bissawab.

0 Komentar