
Oleh: Lathifa Rohmani
Muslimah Peduli Umat
Fenomena tagar #KaburAjaDulu yang ramai diperbincangkan di media sosial mencerminkan kondisi kegelisahan generasi muda terhadap masa depan mereka di tanah air. Banyak anak muda merasa bahwa kesempatan yang lebih baik justru ada di luar negeri, baik dalam hal pendidikan maupun pekerjaan. Digitalisasi dan media sosial semakin memperkuat anggapan bahwa hidup di negara lain lebih menjanjikan, dengan sistem pendidikan berkualitas dan gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan di Indonesia (CNN Indonesia, 7 Februari 2025).
Fenomena ini erat kaitannya dengan brain drain, yaitu migrasi tenaga terampil dari negara berkembang ke negara maju demi peluang yang lebih baik. Tingginya jumlah beasiswa ke luar negeri serta banyaknya tawaran pekerjaan di negara maju semakin mendorong gelombang migrasi ini. Sayangnya, pemerintah belum mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tenaga muda untuk berkembang dan berkontribusi di dalam negeri. Kesulitan mencari pekerjaan dengan gaji layak serta minimnya penghargaan terhadap keahlian membuat banyak generasi muda lebih memilih untuk meninggalkan negaranya (Beautynesia, 2025).
Kapitalisme: Akar Kesenjangan Ekonomi Dunia
Fenomena #KaburAjaDulu tidak bisa dilepaskan dari realitas kesenjangan ekonomi yang dihasilkan oleh sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, keuntungan menjadi prioritas utama, sementara kesejahteraan rakyat sering kali diabaikan. Kapitalisme membentuk struktur ekonomi yang tidak adil, di mana sumber daya dan peluang ekonomi lebih banyak dikuasai oleh segelintir elit dan korporasi besar. Akibatnya, masyarakat yang berada di kelas bawah harus berjuang keras untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
Di Indonesia, misalnya, banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang sesuai. Sementara itu, perusahaan besar justru lebih memilih tenaga kerja murah atau bahkan mengimpor tenaga kerja asing demi efisiensi biaya produksi. Hal ini semakin memperburuk kondisi tenaga kerja lokal yang harus bersaing dengan standar upah rendah dan kesempatan kerja yang terbatas. Di sisi lain, negara maju menawarkan lingkungan kerja yang lebih stabil, upah lebih tinggi, serta fasilitas sosial yang lebih baik. Tidak heran jika banyak anak muda Indonesia lebih memilih untuk "kabur" dan membangun karier di luar negeri daripada bertahan di tanah air yang penuh ketidakpastian ekonomi.
Selain menciptakan kesenjangan di dalam negeri, kapitalisme juga memperlebar jurang antara negara maju dan negara berkembang. Negara-negara berkembang dipaksa untuk mengikuti sistem ekonomi global yang dikendalikan oleh negara maju, termasuk dalam hal kebijakan perdagangan, investasi, dan pengelolaan sumber daya alam. Akibatnya, negara berkembang sering kali hanya menjadi penyedia tenaga kerja murah dan bahan baku bagi negara maju, tanpa mendapatkan keuntungan yang sepadan. Dalam kondisi seperti ini, generasi muda di negara berkembang semakin sulit untuk berkembang dan berkontribusi bagi bangsanya sendiri, karena sistem yang ada justru mendorong mereka untuk mencari peluang di luar negeri.
Islam: Menjamin Kesejahteraan dan Masa Depan Generasi Muda
Berbeda dengan kapitalisme yang membiarkan kesenjangan ekonomi terus terjadi, Islam menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai tanggung jawab utama negara. Dalam Islam, negara wajib memenuhi kebutuhan dasar setiap individu, baik dalam hal pangan, sandang, papan, pendidikan, maupun kesehatan. Tidak ada ruang bagi eksploitasi tenaga kerja atau ketimpangan distribusi kekayaan seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Setiap individu berhak mendapatkan akses terhadap kehidupan yang layak tanpa harus bergantung pada mekanisme pasar yang tidak adil.
Salah satu cara Islam memastikan kesejahteraan rakyat adalah melalui pengelolaan sumber daya alam yang adil dan merata. Dalam sistem Khilafah, kekayaan alam seperti minyak, gas, tambang, serta hasil bumi lainnya tidak boleh dikuasai oleh individu atau korporasi swasta, melainkan dikelola oleh negara untuk kepentingan seluruh rakyat. Hasil dari pengelolaan ini digunakan untuk membangun infrastruktur, menciptakan lapangan kerja, serta membiayai pendidikan dan layanan kesehatan secara gratis bagi masyarakat. Dengan demikian, rakyat tidak perlu mencari kesejahteraan di negara lain karena negaranya sendiri telah memberikan kehidupan yang layak bagi mereka.
Selain itu, Islam juga memiliki sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada keterampilan, tetapi juga membangun karakter dan visi peradaban. Pendidikan dalam Islam tidak sekadar bertujuan mencetak individu yang siap bekerja, tetapi juga membentuk generasi yang beriman, cerdas, dan memiliki kesadaran untuk membangun bangsa. Dalam sistem Khilafah, setiap lulusan akan disiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja atau mengembangkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Tidak ada ketimpangan antara sekolah negeri dan swasta, karena seluruh institusi pendidikan dikelola secara merata dan bebas biaya.
Lebih dari itu, Islam juga memastikan bahwa setiap laki-laki baligh mendapatkan pekerjaan yang layak. Negara memiliki kewajiban untuk membuka lapangan kerja yang cukup di berbagai sektor, termasuk pertanian, perdagangan, industri, dan jasa. Negara juga harus menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan agar rakyat dapat berwirausaha tanpa hambatan dari monopoli atau regulasi yang merugikan mereka. Dengan sistem ini, tidak akan ada generasi muda yang merasa terpaksa untuk meninggalkan negaranya demi mencari pekerjaan atau pendidikan yang lebih baik, karena semua itu sudah dijamin oleh negara.
Khatimah
Tagar #KaburAjaDulu menunjukkan betapa banyak anak muda yang kehilangan harapan terhadap masa depan di negeri sendiri. Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini justru memperparah kesenjangan ekonomi dan menciptakan ketidakadilan global, di mana negara berkembang semakin tertinggal sementara negara maju terus menguasai sumber daya dan kesempatan.
Islam memberikan solusi dengan mewajibkan negara untuk membangun kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, menyediakan lapangan kerja, serta memastikan sistem pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga mencetak generasi yang siap membangun bangsa. Dengan tegaknya Khilafah, kesejahteraan dan keadilan akan terwujud, bukan hanya untuk satu bangsa, tetapi bagi seluruh umat manusia.
Wallahu a'lam bissh-shawwab.
0 Komentar