
Oleh: Alex Syahrudin
Jurnalis Lepas
Program Corporate Social Responsibility (CSR) sering diklaim sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Namun, benarkah CSR hanya sekadar upaya mulia untuk membantu rakyat? Ataukah ini hanyalah kedok bagi korporasi untuk menutupi praktik eksploitasi dan perampasan hak rakyat?
Dalam konteks proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK-2), CSR yang diberikan oleh Agung Sedayu Group (ASG) patut dicurigai sebagai modus operandi untuk memperkokoh dominasi kapitalisme di Indonesia. Hal ini diungkap secara kritis oleh Ahmad Khozinudin, S.H., yang menyoroti bagaimana kapitalisme selalu membawa karakteristik dasar berupa penjajahan.
"Karakteristik dasar ideologi kapitalisme adalah penjajahan (isti'mar). Salah satu modus operandi dalam melakukan penjajahan adalah dengan membentuk korporasi bisnis yang akan mengakumulasi modal ekonomi dan kekayaan negeri yang dijajah," ujarnya.
Dari VOC ke ASG: Penjajahan Berganti Wajah
Ahmad menegaskan bahwa praktik penjajahan tidak hilang bersama kepergian Belanda, tetapi hanya berganti wajah. Jika dahulu penjajahan dilakukan melalui Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), kini kapitalisme menggunakannya melalui korporasi besar seperti ASG.
"Belanda telah pergi, tapi karakter penjajahan yang merampas hak, eksploitasi dan menindas dijalankan oleh korporasi era now. Apa yang dilakukan oleh Agung Sedayu Group dalam bisnis propertinya telah merampas tanah dengan dalih jual beli, pembebasan lahan berkedok PSN," tegasnya.
Melalui proyek PIK-2, ASG disebut melakukan eksploitasi terhadap tanah dan laut milik rakyat Banten. Bukan hanya merampas hak atas tanah, tetapi juga menindas para petani dan nelayan yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
CSR: Gula-Gula untuk Mengelabui Rakyat
CSR sering dianggap sebagai bentuk kebaikan hati korporasi, tetapi menurut Ahmad, ini tak lebih dari sekadar suap untuk meredam kritik dan kemarahan rakyat.
"Adapun program CSR sejatinya adalah suap korporasi untuk menutupi kejahatannya. CSR hanyalah 'permen' atau gula-gula yang diberikan korporasi untuk mengelabui rakyat, agar tidak marah dengan praktik kejahatan, penindasan dan perampasan hak yang dilakukan oleh korporasi," jelasnya.
Ahmad memaparkan tiga tujuan utama CSR dari ASG dalam proyek PIK-2 di wilayah Serang:
- Meredam Kritik Rakyat
CSR digulirkan untuk menenangkan rakyat yang marah akibat perampasan tanah mereka. Dengan sedikit "bantuan sosial", perusahaan berharap masyarakat tidak lagi melawan.
- Memecah Belah Rakyat Banten
Ahmad menyebut bahwa CSR digunakan untuk menciptakan kubu pro dan kontra di masyarakat. Mereka yang mendukung proyek diberi "roti", sementara yang menolak dituduh anti-investasi.
- Ekspansi Penindasan ke Wilayah Serang
CSR juga menjadi indikasi bahwa Serang akan menjadi target berikutnya bagi ASG, setelah sebelumnya berhasil menguasai Kabupaten Tangerang. Ini berarti eksploitasi dan perampasan akan semakin meluas.
Sadarlah, Wahai Rakyat Banten!
Ahmad mengingatkan bahwa korporasi seperti ASG bukan sekadar entitas bisnis, tetapi alat penjajahan yang digunakan oleh sistem kapitalisme untuk menguasai negeri ini.
"Sadarlah wahai rakyat Banten. Sadarlah Wahai rakyat Indonesia. Negeri ini sedang dijajah sistem kapitalisme, menggunakan korporasi-korporasi yang mereka dirikan, baik korporasi domestik, asing maupun aseng," serunya.
Penolakan terhadap proyek PIK-2 dan CSR-nya bukan sekadar menolak investasi, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap penjajahan modern yang mengancam kesejahteraan rakyat. Jangan sampai rakyat terlena oleh janji-janji manis CSR, sementara hak-hak mereka terus dirampas.
0 Komentar