
Oleh: Abu Jannah
Sahabat Gudang Opini
Wapres RI, Gibran Rakabuming Raka mengumumkan bahwa mulai tahun ajaran baru, mata pelajaran artificial intelligence (AI) akan masuk ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.
"Beberapa hari lalu kita ratas dengan Pak Menteri Pendidikan juga. Nanti di tahun ajaran baru kita mulai memasukkan kurikulum AI, pelajaran AI di SD, SMP, SMA, SMK juga," ujar Gibran di kampus Binus University, Jumat (2/5/2025), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Mungkin ada yang menilai ini sebagai langkah progresif (kemajuan) dalam menyesuaikan dunia pendidikan dengan perkembangan teknologi mutakhir. Namun, dari sudut pandang Islam, kebijakan ini menyimpan problem mendasar yang sangat serius, sebab pengembangan ilmu pengetahuan yang lepas dari kendali akidah Islam justru dapat menjadi ancaman bagi kemanusiaan, bukan kemajuan.
Dalam sistem sekuler kapitalisme yang kini membelenggu negeri ini, tanpa bimbingan agama yang tak mengenal batasan halal dan haram, ilmu pengetahuan diposisikan sebagai alat untuk mengejar efisiensi, produktivitas, dan keuntungan materi semata. Nilai kebenaran dan kebermanfaatan ilmu tidak lagi diukur dengan standar akhirat terkait pahala dan dosa, melainkan dengan standar manfaat duniawi. Maka wajar, jika teknologi secanggih AI pun diarahkan untuk melayani kepentingan pasar, industri, atau bahkan kepentingan politik elit tertentu, bukan untuk menyejahterakan umat secara hakiki.
Dalam Islam, ilmu pengetahuan bukanlah entitas bebas nilai. Ilmu harus berpijak pada akidah Islam sebagai fondasi. Ketika Rasulullah ï·º membangun peradaban Islam, ilmu dikembangkan bukan demi kemegahan dunia, melainkan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah ï·» dan memakmurkan bumi sesuai syariat-Nya. Oleh karena itu, kurikulum Islam tidak akan mengajarkan AI dalam ruang hampa nilai. tetapi akan menanamkan akidah Islam sebagai asas, lalu membimbing siswa agar memanfaatkan AI hanya dalam batasan syariat dan demi kemaslahatan umat.
Sayangnya, dalam sistem pendidikan sekuler yang memisahkan tuntunan Allah ï·» (Islam) dalam mengatur kehidupan masyarakat saat ini, tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan dibekali dengan panduan moral dan spiritual yang benar dalam menggunakan teknologi.
Itu artinya, tanpa kontrol akidah Islam, AI justru bisa menjadi alat untuk mempercepat kerusakan sosial, penyebaran ideologi (pandangan hidup) sesat, eksploitasi ekonomi digital, bahkan dominasi budaya asing.
Bukankah kita sudah menyaksikan bagaimana media sosial yang digerakkan oleh AI mampu menciptakan polarisasi, hoaks, konflik sosial dan gangguan kesehatan mental generasi muda?
Karenanya, kita tidak bisa begitu saja menganggap masuknya AI ke kurikulum sebagai terobosan positif. Ini justru menambah panjang daftar masalah pendidikan kita yang telah kehilangan arah. Solusinya bukan sekadar menambahkan mata pelajaran baru, tapi merevolusi total sistem pendidikan dan menggantinya dengan sistem pendidikan Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai pondasi setiap ilmu.
Islam tidak menolak AI atau teknologi modern. Namun Islam menegaskan bahwa semua ilmu harus diabdikan untuk mewujudkan peradaban yang tunduk kepada hukum Allah, bukan peradaban yang memperbudak manusia dengan nafsu dan kepentingan dunia.
0 Komentar