KETIKA ASIA TENGAH MEDAN MENJADI PEREBUTAN KEPENTINGAN GLOBAL


Oleh: Ustaz Abdul Aziz Al-Uzbeki
Penulis Surat Kabar Al-Rayah

Ketidakstabilan dunia, kebijakan sembrono Trump dan guncangnya keseimbangan kekuatan global telah memaksa negara-negara adidaya untuk mengambil tindakan mendesak dan radikal demi mempertahankan kepentingan mereka. Asia Tengah kini menjadi medan panas akibat benturan kepentingan berbagai kekuatan ini. Penyebab utamanya adalah pentingnya posisi geopolitik kawasan tersebut. Kekayaan Asia Tengah merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah Teluk Arab. Dari segi geografis, kawasan ini menjadi titik pertemuan strategis antara Timur dan Barat. Karena itu, Asia Tengah memainkan peran besar dalam politik global, strategi militer, dan hubungan internasional.

Diketahui bahwa faktor utama penggerak kekuatan global adalah kekayaan dan keamanan. Keduanya menjadi landasan kebijakan penjajahan (kolonialisme), kekayaan sebagai tujuan utama kolonialisme dan keamanan sebagai motif utama pertahanan. Maka tak heran jika Asia Tengah menjadi wilayah benturan berbagai kepentingan negara-negara penjajah. Terkait keamanan, kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah merupakan dua wilayah utama di mana Islam muncul sebagai kekuatan politik ideologis yang berpengaruh secara global. Oleh karena itu, wajar jika kedua kawasan ini menjadi pusat perhatian militer dan pertahanan bagi para penjajah yang menganggap Islam sebagai musuh utama mereka.

Karena itu pula, kekuatan global berupaya menguasai jalur-jalur internasional di Asia Tengah yang merupakan titik pertemuan berbagai rute global demi melancarkan kebijakan kolonial dan strategi pertahanan mereka. Kawasan ini merupakan jembatan strategis antara Timur dan Barat, serta antara Utara dan Selatan dari sudut pandang geopolitik.

Pernyataan Resmi Menguatkan Fakta Ini:
  • Antony Blinken, mantan Menteri Luar Negeri AS, dalam pernyataan resmi tahun 2023 mengatakan: “Koridor transportasi yang stabil dan efisien di Asia Tengah tidak hanya akan membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi kawasan, tetapi juga akan menghubungkannya dengan pasar global.
  • Xi Jinping, Presiden China, menyatakan: “China ingin memperdalam hubungan transportasi dengan Asia Tengah. Kami mendukung pengembangan koridor transportasi internasional lintas Laut Kaspia dan mendorong pembangunan jalur kereta api antara China, Kirgistan, dan Uzbekistan.
  • Vladimir Putin, Presiden Rusia, dalam pernyataan resmi tahun 2023 menyebut: “Pembangunan koridor transportasi di Asia Tengah adalah salah satu elemen utama dalam membentuk ruang ekonomi bersama di Eurasia.
  • Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, mengatakan: “Kami melihat Asia Tengah sebagai titik kunci dalam konektivitas transportasi berkelanjutan dan ramah lingkungan antara Eropa dan Asia.

Dalam kondisi penuh persaingan dan ancaman, baik yang sudah nyata maupun potensial, wajar jika ada banyak pilihan jalur internasional. Namun, memilih jalur terbaik tidaklah mudah. Meski demikian, kekuatan penjajah merasa lebih tenang karena rezim-rezim di kawasan membuka “gerbang” mereka untuk proyek-proyek tersebut.

Sebagai contoh:
  • Shavkat Mirziyoyev, Presiden Uzbekistan, menyatakan tentang jalur kereta api China–Kirgistan–Uzbekistan: “Ini benar-benar peristiwa bersejarah yang telah diupayakan negara-negara sahabat kita selama hampir 30 tahun. Jalur ini akan menghubungkan Asia Tengah ke China melalui jalur darat yang pendek serta memperluas kerja sama multilateral dan memperkuat kemitraan strategis di antara negara-negara kita.
  • Tentang koridor transportasi lintas benua, ia berkata: “Kita perlu memanfaatkan sepenuhnya potensi jalur lintas benua yang menghubungkan kita dengan pasar besar di Asia-Pasifik, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa melalui wilayah kita.
  • Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan, berkata tentang jalur melalui Afghanistan: “Saat ini sedang dibahas pembukaan jalur transportasi melalui wilayah Afghanistan. Langkah ini akan membuka akses ke pelabuhan-pelabuhan di Asia Selatan dan Samudra Hindia. Semua negara di kawasan ini tertarik dengan proyek ini.
  • Ia juga menegaskan pentingnya pengembangan infrastruktur: “Kita perlu meningkatkan konektivitas transportasi secara menyeluruh, menambah frekuensi penerbangan, membuka jalur udara dan kereta api baru, memperbarui pos perbatasan, serta mengembangkan infrastruktur transportasi dengan teknologi inovatif untuk mendukung logistik kendaraan dan angkutan lintas negara.
  • Sadyr Japarov, Presiden Kirgistan, menyatakan: “Jalur kereta api China–Kirgistan–Uzbekistan sangat penting bagi Kirgistan. Jalur ini akan menciptakan koridor transit antara Eropa dan negara-negara lain, termasuk China, melalui Asia Tengah.
  • Emomali Rahmon, Presiden Tajikistan, menegaskan: “Negara-negara Asia Tengah harus sungguh-sungguh mewujudkan proyek-proyek besar transportasi dan infrastruktur. Untuk itu, kami telah menentukan jalur transit prioritas yang melintasi wilayah kami dari timur ke barat dan dari utara ke selatan. Kami juga mengusulkan pengembangan konsep yang tepat agar pengangkutan barang internasional bisa memberikan hasil maksimal.


Apa yang bisa kita harapkan dari rezim-rezim boneka di kawasan ini?!

Afghanistan, yang seharusnya menjadi penghalang atau pelindung terakhir, kini justru menjadi “gerbang” bagi jalur-jalur internasional tersebut. Karena alasan inilah, musuh kemarin kini berusaha tampil sebagai “sahabat hari ini”!

Pada 20 Maret 2025, Zalmay Khalilzad, mantan utusan khusus AS untuk Afghanistan, mengunjungi Kabul. Ia bersama Adam Boehler, utusan khusus Presiden AS untuk urusan sandera, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi.

Sementara itu, pada 4 Juni 2024, Zamir Kabulov, Direktur Departemen Asia Kedua di Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan dalam wawancara dengan "Russia Today":

Moskow mendukung keanggotaan penuh Afghanistan di Organisasi Kerja Sama Shanghai setelah Taliban dihapus dari daftar organisasi terlarang.

Saat ini, Afghanistan berstatus sebagai negara pengamat di organisasi tersebut. Pada November 2024, delegasi Rusia yang dipimpin oleh Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Sergei Shoigu mengunjungi Kabul, bertemu dengan para pemimpin Taliban, dan membahas kerja sama politik, ekonomi, perdagangan, serta transportasi lintas negara. Shoigu juga menyatakan kesiapan Rusia untuk mempererat hubungan dengan Afghanistan.

Presiden Putin pun berkata:

Rusia bermaksud membangun hubungan dengan pemerintahan Afghanistan saat ini karena situasi di negara itu mulai stabil.

Menurut laporan Bloomberg, beberapa negara Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk membuka kedutaan mereka di Afghanistan yang kini dikuasai Taliban. Tindakan ini berarti pengakuan diplomatik terhadap status politik Taliban. Salah satunya adalah Italia. Bloomberg melaporkan bahwa Roma telah mengirimkan misi khusus bersama intelijennya ke Kabul dalam beberapa pekan terakhir. Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani pun mengonfirmasi bahwa duta besar mereka telah mengunjungi Kabul. Ia mengatakan dalam wawancara di sela-sela KTT NATO di Washington:

Kami sedang mengupayakannya. Duta besar kami telah menyelesaikan tugasnya. Masih ada persoalan hak asasi manusia. Keputusan ini sangat sulit dan membutuhkan waktu.


Kesimpulan:

Ketegangan di panggung internasional telah meningkatkan persaingan dalam memperebutkan jalur-jalur global, yang akhirnya memaksa negara-negara untuk membangun ulang jaringan transportasi utama. Asia Tengah, dengan posisi geopolitiknya yang sangat penting, kini menjadi salah satu pusat pertarungan tersebut.

Proyek India–Timur Tengah–Uni Eropa yang diumumkan dalam KTT G20 dan mati seketika setelah diluncurkan merupakan salah satu contohnya. Jalur ini dirancang menghubungkan India ke Eropa melalui Arab Saudi dan pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai oleh entitas Zionis, lalu ke Eropa, sambil menghindari Rusia dan China. Artinya, proyek ini secara terbuka menantang proyek “One Belt One Road” China dan “jalur utara” Rusia. Namun, setelah pecahnya ketegangan di Timur Tengah akibat Operasi “Badai Al-Aqsa” pada 7 Oktober 2023, proyek ini dibungkam.

Satu-satunya jalan untuk membungkam proyek-proyek kolonial kafir ini di Timur Tengah dan Asia Tengah adalah dengan menegakkan Khilafah Rasyidah. Itulah satu-satunya cara untuk mengembalikan hak-hak umat.

Allah ﷻ berfirman:

 ۨالَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ اَيَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَاِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ
(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah. (QS. An-Nisa: 139)

Posting Komentar

0 Komentar