
Oleh: Apt. Siti Nur Fadillah, S.Farm
Penulis Lepas
Penderitaan rakyat Gaza tak kunjung berakhir. Ancaman kematian selalu mengintai setiap hari, setiap menit, dan setiap detik. Tidak ada jeda, tidak ada istirahat, sekalipun dalam perjanjian gencatan senjata. Israel semakin brutal menghabisi nyawa rakyat Gaza. Tidak peduli anak-anak, wanita, bahkan jurnalis tidak luput dari serangan Israel. Kementerian Kesehatan Gaza pada Jumat (18/04) menyatakan Fatima Hassouna, salah satu jurnalis, wafat bersama tujuh anggota keluarganya di kediaman mereka (CNN, 19/04/2025).
Tidak hanya itu, IDF terus menyerang ‘zona aman’ terakhir rakyat Gaza. Yaitu kamp pengungsian Al-Mawasi, daerah dekat Khan Younis. Mengakibatkan jumlah korban jiwa meningkat pesat (Aljazeera, 20/04/2025). Lagi-lagi daerah yang seharusnya menjadi tempat berlindung pun tidak luput dari serangan Israel. Meski begitu IDF selalu menggunakan dalih lama, yaitu menyerang Hamas untuk melindungi warga sipil. Namun dalih dan tindakan mereka selalu bertolak belakang. Israel tidak pernah peduli siapa saja yang terkena rudal, bom, atau misil mereka.
Dunia Sedang Membunuh Gaza
Israel memang memang melakukan kejahatan genosida. Namun, dunialah yang memperpanjang penderitaan rakyat Gaza. Terhitung sejak Oktober 2023, berapa banyak negeri Muslim yang secara resmi mengirimkan tentara mereka. Tidak ada. Bantuan militer yang datang sejauh ini berasal dari organisasi militer, seperti Houthi Yaman, Hizbullah Lebanon. Bukan militer besar sekelas negara. Padahal jika mereka berani mendatangkan militer negara, Israel sudah jelas tidak mampu melawan.
Lalu di mana negeri-negeri muslim di sekitar Palestina? Arab Saudi, UEA, Turki, dan Mesir? Bukankah jika mereka semua bersatu, Israel bukanlah lawan yang berat. Meski begitu, para pemimpin negeri Muslim hanya mencukupkan diri dengan mengecam Israel dan mengirim bantuan pangan. Hal mudah yang bisa dilakukan semua orang, bahkan orang biasa sekalipun. Padahal kecaman mereka hanya sebatas ucapan tanpa tindakan. Bantuan pangan juga belum tentu sampai tujuan. Lalu apa bedanya seorang pemimpin negara dengan rakyat sipil.
Nihilnya peran pemimpin negeri Muslim disebabkan nasionalisme yang sudah mengakar. Adanya sekat-sekat nasional bukan hanya memisahkan ikatan secara fisik, tetapi juga ikatan akidah antara sesama Muslim. Umat Islam yang dulu bersatu di bawah naungan bendera tauhid, kini harus tunduk dibawah bendera negeri-negeri kecil. Umat Islam yang dulu layaknya satu tubuh, kini acuh satu sama lain. Tidak ada lagi persatuan, tidak ada lagi perlawanan terarah. Dan ketika umat Islam di belahan bumi lain mengalami kemalangan, mereka hanya mampu mengecam.
Hanya Jihad dan Khilafah yang Bisa Menolong Palestina
Padahal Rasulullah ﷺ telah menjelaskan 1400 tahun lalu bahwa:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)
Baik Muslim di Palestina, Arab Saudi, Mesir, hingga Indonesia harus saling peduli dan saling bantu. Apalagi genosida ini juga menyangkut sejarah Islam yang dipelintir sedemikian rupa oleh zionis.
Bentuk bantuan paling realistis yang dibutuhkan Palestina saat ini adalah jihad. Memerangi zionis yahudi secara langsung, bukan hanya dengan jalur perundingan, negosiasi, gencatan senjata, atau solusi dua negara. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam surat At-Taubah ayat 14 agar kita menggalang kekuatan untuk mengusir zionis dari tanah Palestina. Allah juga menjamin akan memberikan kemenangan melalui tangan-tangan kita.
قَاتِلُوْهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللّٰهُ بِاَيْدِيْكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِيْنَۙ
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman”. ( QS. At-Taubah: 14)
Jihad dapat terwujud hanya melalui Khilafah, sistem kepemimpinan Islam secara global. Yaitu ketika kepemimpinan seluruh negeri Muslim, baik Arab Saudi, Mesir, Yaman, Turki, Indonesia, dan negeri Muslim lain bersatu dalam satu kepemimpinan global. Seperti yang dicontohkan Rasulullah ﷺ 1400 tahun lalu di kota Madinah. Tidak ada sekat-sekat nasionalisme, tidak ada lagi negeri-negeri muslim kecil yang lemah. Hanya ada persatuan di bawah bendera tauhid, di bawah akidah yang sama.
Maka teruslah bertanya pada diri sendiri, apakah akan terus ikut berdiam diri dan memperpanjang penderitaan rakyat Gaza. Atau ikut bergerak menyuarakan jihad dan Khilafah sebagai solusi Palestina.
Wallahua’lam bishawab.
0 Komentar