
Oleh: Muhar
Jurnalis
Seruan penegakan hukum-hukum Islam (syariah) secara kaffah lebih mewakili kepentingan rakyat Indonesia dibandingkan penerapan sistem kapitalisme yang kini dipertahankan oleh para pengambil kebijakan.
Hal itu dinyatakan oleh Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam program Focus to The Point: Tidak Cocok dengan NKRI, di kanal YouTube UIY Official, pada Kamis (19/6/2025).
Menurut UIY, rakyat Indonesia pada dasarnya mendambakan empat hal dalam aspek ekonomi, yaitu pertumbuhan, keberlanjutan (sustain), stabilitas, dan keadilan. Namun, sistem ekonomi kapitalis dianggap gagal memenuhi semua aspek tersebut.
“Ekonomi kapitalis mungkin tumbuh, mungkin sustain, tapi dia tidak stabil, terbukti ada berulang kali terjadi krisis ekonomi. Menurut penelitian Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, sepanjang 100 tahun terakhir itu ada 20 kali krisis. Itu artinya tiap lima tahun sekali,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti ketimpangan kepemilikan lahan yang ekstrem sebagai bukti ketidakadilan ekonomi saat ini.
“Ada segelintir orang bisa menguasai satu perusahaan seluas lebih dari 5 juta hektar, sementara 14 juta petani tak punya tanah 1 meter persegi sekalipun. Itu kan menunjukkan tidak adil,” ungkapnya.
Maka UIY menegaskan, solusi dari ketimpangan dan krisis ini bukanlah mempertahankan sistem kapitalis yang tegak pada hari ini, melainkan dengan menerapkan sistem ekonomi berdasarkan syariah Islam.
“Melalui seruan penerapan syariah secara kaffah, itu bisa menjelaskan bagaimana sistem ekonomi berdasar syariah akan menghasilkan sistem ekonomi yang tumbuh, sustain, stabil, dan adil sekaligus,” terangnya.
Karena itu, ia menilai bahwa mereka yang mempertahankan sistem kapitalis saat ini justru tidak mewakili kepentingan rakyat Indonesia.
“Jadi dari sinilah kita bisa membaca bahwa justru mereka-mereka yang tetap ingin mempertahankan ekonomi kapitalis itu yang harus dikatakan sebagai tidak mewakili kepentingan rakyat Indonesia, hanya mewakili kepentingan korporat dan itu terbukti,” pungkasnya.
0 Komentar