80 TAHUN INDONESIA MERDEKA, RAKYAT TETAP SENGSARA


Oleh: Ummu Zaid
Penulis Lepas

Dari dunia pendidikan, banyak gedung sekolah yang sudah rusak dan tidak layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data BPS tahun ajaran 2023/2024, mulai jenjang SD hingga SMK, 119.876 bangunan sekolah mengalami kerusakan ringan hingga berat. Sekolah-sekolah yang ada di daerah terpencil kondisinya sungguh memprihatinkan, seperti di Papua Barat. Tingkat kerusakan ringan atau sedang di SMA mencapai 62,84%, dan di SMK juga 62,84%.

Akhirnya, terjadi kesenjangan sekolah antara kota dan daerah terpencil. Hal ini dapat dilihat dari segi kualitas bangunan, perpustakaan, dan laboratorium. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, pada tahun 2025 pemerintah mengalokasikan Rp17,15 triliun untuk rehabilitasi dan renovasi sekolah dengan target 10.440 sekolah di seluruh Indonesia, tetapi hanya sebagian yang terselesaikan, meninggalkan masalah yang belum teratasi sepenuhnya.

Pendidikan yang layak dan merata belum dapat dinikmati oleh semua. Sekolah-sekolah di daerah terpencil masih minim fasilitas, tenaga pendidik, dan akses transportasi. Anak-anak yang ingin bersekolah harus menempuh jarak puluhan kilometer dengan jalan rusak, tidak ada listrik atau internet, dan warga miskin yang anaknya terpaksa putus sekolah untuk membantu orang tua bekerja. Sehingga, muncullah sindiran bahwa hanya orang kaya yang bisa bersekolah.

Di bidang kesehatan, biaya rumah sakit yang sangat mahal menjadi beban berat bagi warga miskin. Meskipun ada BPJS sebagai solusi, kenyataannya banyak orang yang tidak mampu membayar premi setiap bulan, sehingga layanan kesehatan yang seharusnya bisa dijangkau menjadi tidak terakses dengan baik. Kondisi ini memunculkan sebuah sindiran yang menggambarkan ketidakadilan dalam sistem kesehatan kita: "Orang miskin dilarang sakit."

Anak-anak Indonesia yang menderita gizi buruk juga menjadi masalah serius. Hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan bahwa provinsi dengan jumlah balita stunting terbanyak adalah Jawa Barat (638.000), Jawa Tengah (485.893), Jawa Timur (430.780), Sumatera Utara (316.456), dan NTT (214.143). Faktor penyebab stunting sangat kompleks, dilihat dari aspek kemiskinan, krisis ketahanan pangan, tata kelola, dan kebijakan yang belum mampu menyelesaikan masalah ini, sehingga penyelesaiannya harus dilakukan secara sistematis.

Kebobrokan sistem kapitalisme tidak akan bisa menyediakan pendidikan dan kesehatan yang gratis serta merata karena pelayanannya diserahkan kepada pihak swasta, dengan negara hanya berperan sebagai regulator. Untuk daerah terpencil yang tidak menguntungkan dari segi ekonomi, negara akan memberikan layanan pendidikan dan kesehatan dengan kurang serius serta setengah-setengah. Ditambah lagi, kemampuan materi rakyat sangat diperhitungkan dalam layanan pendidikan dan kesehatan. Warga yang mampu membayar akan mendapatkan layanan yang berkualitas dan fasilitas yang lengkap.

Islam memberikan amanah kepada negara sebagai pelayan rakyat, sehingga sudah menjadi tanggung jawab negara untuk menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang merata untuk setiap individu. Bagi Islam, ini termasuk kebutuhan mendasar untuk mencerdaskan generasi yang akan memimpin peradaban Islam. Negara tidak akan diskriminatif terhadap rakyat, baik kaya maupun miskin, dan akan memberikan layanan yang sama. Untuk daerah terpencil, akses pendidikan dan kesehatan akan dibenahi, diperbaiki, serta dibangun akses listrik, internet, jalan, dan jembatan yang menghubungkan rumah ke sekolah, serta transportasi bagi warga daerah terpencil.

Kekayaan alam yang dimiliki negara akan dikelola berdasarkan aturan Allah ﷻ, yang memungkinkan negara untuk menyediakan pendidikan dan kesehatan secara gratis dan merata. Dengan pengelolaan yang bijak dan adil, hal ini menjadi sangat mungkin untuk diwujudkan, memastikan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, bisa mendapatkan akses yang setara terhadap kebutuhan dasar ini.

Keberhasilan pendidikan pada masa peradaban Islam dapat dilihat melalui keberadaan Universitas Al-Azhar di Mesir, yang hingga saat ini tetap menjadi pusat pendidikan Islam Sunni terkemuka. Di bidang kesehatan, ada Rumah Sakit Bimaristan Al-Adusi di Baghdad, yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap, mulai dari ruang operasi, apotek, tempat rehabilitasi, hingga menjadi pusat pelatihan kedokteran. Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana peradaban Islam tidak hanya maju dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Negara Islam akan memberikan perhatian tidak hanya pada aspek fisik pendidikan dan kesehatan, tetapi juga pada aspek nonfisik, seperti kualitas moral dan spiritual. Lebih dari itu, negara akan menjadikan pendidikan dan kesehatan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, pelayanan masyarakat, dan kemajuan peradaban, untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan beradab.

Dalam surat An-Nisa ayat 65 menerangkan:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan."

Posting Komentar

0 Komentar