
Oleh: Irohima
Zionis kian menjadi-jadi. Perlakuan biadab nan keji itu menunjukkan bahwa mereka tak lagi memiliki nurani. Akal mereka seakan telah mati, seiring dengan dunia yang memilih menutup mata dan hati atas tragedi kemanusiaan di Gaza saat ini.
Kaum Zionis Yahudi sungguh tak punya hati. Apalagi, Menteri Warisan Budaya Israel beranggapan bahwa kelaparan di Gaza bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Politikus sayap kanan dari Otzma Yehudit tersebut bahkan menyatakan bahwa Israel akan berlomba-lomba menghapus Jalur Gaza.
Sementara itu, Otoritas Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa lebih dari 59 ribu warga Palestina telah tewas. Sejak Oktober 2025, sebanyak 113 orang telah meninggal dunia karena kelaparan. “Lempar batu sembunyi tangan” mungkin menjadi ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan Zionis Yahudi, karena mereka justru memfitnah Hamas telah menimbun pasokan dan menyerang warga sipil di titik distribusi (Republika, 26/07/2025).
The Japan Times memberitakan bahwa 21 anak tewas di Rumah Sakit Al-Shifa dan Al-Aqsa Martyrs akibat kekurangan gizi. Kematian datang silih berganti bak tsunami dalam hitungan menit. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, bahkan menyatakan bahwa jalur-jalur terakhir yang menopang kehidupan warga kini tengah runtuh. Dengan dua juta jiwa yang terjebak dalam blokade, Gaza kini merasakan kejahatan yang lebih brutal daripada dentuman rudal, yaitu: dilaparkan.
Sejak upaya perpanjangan gencatan senjata selama enam pekan gagal, Israel menerapkan blokade total pada Maret 2025. Truk-truk bantuan kemanusiaan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Zionis Yahudi sengaja menjadikan kelaparan sebagai alat genosida untuk menguasai Palestina. Ini adalah cara paling keji dan hina yang dilakukan oleh musuh pengecut.
Semakin nyata bahwa kebiadaban Zionis Yahudi tidak akan mampu dihentikan hanya dengan retorika dan bantuan kemanusiaan belaka. Keberadaan PBB pun tak lebih dari formalitas (ada tapi tiada) tidak mampu mengubah realitas yang terjadi atas rakyat Palestina.
Zionis semakin angkuh karena selalu dibela oleh sekutu utamanya, Amerika Serikat, melalui hak veto dan dukungan dana tak terbatas. Ditambah lagi, para pemimpin negeri-negeri Muslim yang mati rasa: mereka lebih peduli pada kekuasaan duniawi ketimbang hisab di hadapan Allah Sang Pencipta. Jerat nasionalisme telah membelenggu, membuat umat termakan propaganda Barat, hingga terpecah-pecah oleh sekat-sekat buatan, menjadikan umat lemah dan sekarat.
Umat hari ini seolah pasrah, tanpa arah dalam memperjuangkan harapan. Terus berputar dalam lingkaran yang sama: kecaman, perundingan, dan bantuan kemanusiaan. Padahal Gaza tak cukup hanya diberi itu semua. Gaza membutuhkan persenjataan dan pasukan militer untuk membebaskannya.
Sesungguhnya, umat memiliki kekuatan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh, yaitu persatuan umat di bawah naungan Khilafah. Setelah segala upaya ditempuh tanpa membuahkan hasil, satu-satunya jalan penyelesaian bagi Palestina adalah melalui jihad dan tegaknya Khilafah.
Sejarah telah menorehkan tinta emasnya. Sepanjang peradaban manusia, hanya Khilafah yang mampu mengirimkan bala tentara sebagaimana yang dilakukan Khalifah Al-Mu’tashim Billah, yang langsung mengirim ribuan pasukan hanya karena mendengar seorang wanita Muslimah dianiaya oleh tentara musuh.
Bayangkan, hanya satu wanita Muslimah, namun mampu menggerakkan seorang kepala negara sebagai bentuk tanggung jawabnya melindungi segenap kaum Muslimin.
Bandingkan dengan kondisi hari ini. Bukan hanya satu, tetapi jutaan wanita Muslimah dan umat Muslim lainnya telah menjadi korban, bahkan meregang nyawa. Namun hingga kini, belum ada satu pun pemimpin yang mampu mengatasinya. Maka, Khilafah adalah kebutuhan nyata jika kita ingin melihat Palestina terbebas. Situasi hari ini lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Khilafah adalah jawaban atas seluruh persoalan.
Oleh karena itu, teruslah berjuang dan berdakwah tanpa lelah. Tetaplah istiqamah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Senantiasa bertaqarrub kepada Allah ﷻ, seraya melayakkan diri untuk menerima pertolongan yang kelak akan Allah turunkan.
Wallāhu a‘lam bish-shawāb.
0 Komentar