
Oleh: Aisah
Muslimah Peduli Umat
Dunia saat ini kembali menyoroti kebangkitan Gaza, Palestina. Penderitaan panjang yang mereka alami menyedot perhatian manusia di berbagai penjuru dunia. Rasa kemanusiaan menggugah simpati atas penjajahan yang dilakukan Zionis Israel. Derita ini menjadi saksi nyata betapa ketidakadilan terus dibiarkan berlangsung di hadapan mata dunia. Meski kecaman datang silih berganti, kekejaman Zionis tetap berlanjut tanpa henti.
Pengkhianatan demi pengkhianatan terus terjadi. Serangan membabi buta dilancarkan tanpa mengindahkan aturan perang. Bahkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati pun dilanggar. Berbagai fasilitas, termasuk medis, dihancurkan, mengakibatkan banyak tenaga medis yang gugur. Cara-cara keji ini semakin menambah derita panjang penduduk Gaza. Kehidupan sehari-hari berubah menjadi perjuangan untuk bertahan hidup di tengah reruntuhan dan dentuman ledakan.
Ironisnya, negeri-negeri Muslim saat ini tidak mampu berbuat banyak karena terhalang sekat nasionalisme yang diciptakan musuh-musuh Islam. Negara-negara Arab yang dahulu pernah menjadi pusat pemerintahan Islam pun kini tak sanggup membela saudara seimannya. Mereka lebih takut kepada musuh daripada membela Palestina yang semakin terpuruk. Seakan menutup mata dan telinga, seolah-olah tragedi ini bukan beban mereka. Padahal, persaudaraan iman seharusnya menjadi ikatan yang mempersatukan sekaligus mendorong untuk membela tanpa ragu.
Kondisi Gaza kian memburuk. Kelaparan melanda tanpa kepastian kapan akan berakhir. Bantuan makanan terhalang karena akses masuk ditutup. Negara-negara mayoritas Muslim pun tak mampu berbuat banyak, termasuk Indonesia, sebab semuanya dikendalikan oleh Zionis yang jelas tidak menginginkan Palestina merdeka. Maka penjajahan terus berlanjut hingga tujuan mereka tercapai. Setiap hari yang berlalu menjadi ujian kesabaran bagi rakyat Gaza untuk bertahan dari kelaparan, kehilangan, dan penderitaan.
Namun, rakyat Palestina tidak pernah menyerah. Hingga titik darah penghabisan, mereka akan terus berjuang agar tanah Palestina tidak dirampas, walau hanya sejengkal. Selama pembantaian berlangsung, mereka tetap melakukan perlawanan demi mempertahankan bumi Palestina dengan darah dan nyawa. Semangat perlawanan inilah yang seharusnya menjadi inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia untuk tidak tinggal diam.
Tragedi pembantaian Gaza harus kita jadikan cambuk untuk menguatkan persatuan umat hingga kembali tegak Khilafah yang dipimpin seorang khalifah. Saat itulah, satu komando jihad dapat digerakkan untuk melawan para penjajah. Hanya dengan persatuan dan kepemimpinan Islam yang kokoh, penjajahan bisa diakhiri, dan bumi Palestina kembali merdeka sepenuhnya.
Allahu Akbar.
Wallahu a’lam bish-shawab.
0 Komentar