KASUS RAYA, NEGARA HARUS BUKA MATA


Oleh: Ledy Ummu Zaid
Penulis Lepas

Viralnya kasus seorang balita bernama Raya yang meninggal lantaran puluhan cacing keluar dari tubuhnya sungguh memprihatinkan. Apa yang sebenarnya terjadi di balik peristiwa memilukan ini?


Raya Jadi Korban Abainya Negara

Dilansir dari laman Berita Satu, kematian Raya di Sukabumi, Jawa Barat menggegerkan masyarakat. Anak berusia tiga tahun tersebut meninggal dengan kondisi cacing gelang yang telah menyebar ke seluruh organ tubuhnya, termasuk otak. Tak hanya itu, Raya juga diduga telah lama mengidap tuberkulosis (TBC) dan meningitis yang memperburuk infeksi di tubuhnya.

Raya berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan mental. Ayahnya, Rizaludin, sakit-sakitan karena mengidap TBC. Sementara itu, ibunya adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Mereka hidup serba kekurangan, bahkan rumah panggung yang ditempati sempat hancur hingga akhirnya diperbaiki warga.

Akibat kondisi tersebut, Raya tumbuh dalam lingkungan yang memprihatinkan. Ia kerap bermain di kolong rumah yang kotor dengan kotoran ayam. Walhasil, ia mengidap penyakit cacingan akut, sementara pengobatannya terkendala birokrasi.

Saat proses evakuasi ke rumah sakit, Yayasan Sosial Rumah Teduh Sahabat Iin menghadapi persoalan administrasi karena Raya tidak memiliki identitas. Jelas, Raya kecil tidak memiliki jaminan kesehatan dari BPJS. Tak heran, pihak rumah sakit meminta kejelasan status administrasi. Jika dalam tiga hari tidak dapat diurus, maka Raya dianggap pasien mandiri.

Pihak Rumah Teduh Sahabat Iin terus berjuang. Kantor BPJS setempat dan dinas-dinas terkait didesak, namun hingga batas waktu habis, administrasi tetap nihil. Rumah sakit akhirnya menagih biaya mandiri perawatan Raya yang jumlahnya mencapai puluhan juta untuk sembilan hari perawatan. Sayangnya, Raya menghembuskan napas terakhir pada 22 Juli 2025, setelah 10 hari dirawat di rumah sakit.

Berkaca dari kasus ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), yang mencakup skrining penyakit menular seperti TBC dan infeksi cacing. Harapannya, 280 juta penduduk Indonesia dapat memanfaatkan program ini sehingga deteksi dini dapat menurunkan risiko kematian. Ia memastikan obat cacing di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat diperoleh secara gratis.

Di sisi lain, Budi juga menyelidiki dugaan kurang optimalnya pelayanan kesehatan di daerah tempat tinggal Raya. Puskesmas setempat dan Dinkes Sukabumi akan dievaluasi kinerjanya. Seharusnya, puskesmas mampu mendeteksi dini penyakit cacingan serta memberikan pendampingan rutin, termasuk bagi penderita TBC. Dengan demikian, tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban abainya negara.


Negara Tidak Serius Mengurus Rakyat

Kendati demikian, negara tetap terbukti tidak serius mengurus rakyat. Sistem kesehatan di negeri ini nyatanya belum sehat. Negara belum mampu memberikan jaminan kesehatan menyeluruh. Administrasi yang berbelit layaknya benang kusut justru menghambat pasien untuk berobat. Sejauh ini, prosedur layanan kesehatan tampak hanya formalitas belaka yang tidak berpihak pada masyarakat.

Sudah menjadi ciri khas sistem kapitalisme yang menjalankan segalanya berdasarkan asas manfaat. Tujuannya tidak lain mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan kerugian sekecil mungkin. Tak heran, kesejahteraan rakyat terabaikan. Sebagai contoh, kasus pasien yang ditolak rumah sakit karena terkendala biaya sering kita dengar.

Pihak rumah sakit tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena operasional membutuhkan biaya besar. Namun, di mana peran negara yang seharusnya menyediakan fasilitas kesehatan gratis untuk seluruh rakyat? Padahal, rakyat sudah dibebani berbagai macam pajak, tetapi hasilnya tidak dikembalikan untuk kepentingan masyarakat.

Tak dapat dipungkiri, sistem kapitalisme sekuler menempatkan penguasa dan pemilik modal hidup nyaman, sementara rakyat hidup susah tanpa jaminan kebutuhan dasar. Aturan kerap dibuat demi kepentingan kapitalis, baik swasta maupun asing.

Sebagai contoh, salah kelola sumber daya alam (SDA) Indonesia. Negeri kaya raya ini memiliki tambang emas di Papua, tetapi pembangunan di sana masih jauh dari kata layak. Lantas, di mana letak keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia?


Islam Mencegah Berulangnya Kasus Raya

Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam menempatkan negara (daulah) untuk menerapkan syariat Islam secara kāffah dalam mengatur kehidupan rakyat. Kesehatan dan pendidikan dijamin gratis untuk setiap individu, dengan sumber dana berasal dari pengelolaan SDA oleh negara. Kekayaan alam tidak boleh jatuh ke tangan swasta apalagi asing.

Rasulullah ﷺ bersabda:

الإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Imam adalah penggembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang digembalakannya.” (HR. Bukhari).

Dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, peradaban mulia akan tercipta. Kaum muslimin dapat hidup sejahtera berdampingan dengan non-Muslim yang tidak memusuhi Islam. Dengan kata lain, keadilan ditegakkan dan ukhuwah Islamiyah terbentuk di tengah umat.

Lebih dari itu, kehidupan umat Islam harus berasaskan syariat dengan keyakinan penuh kepada Allah ﷻ. Akidah Islamiyyah menjadi landasan setiap perbuatan seorang muslim. Hukum halal dan haram senantiasa dijaga karena orientasinya adalah meraih rida Allah semata.

Ketika individu taat berkumpul membentuk keluarga muslim yang kuat, lahirlah masyarakat islami. Semua ini berawal dari kepemimpinan Islam yang agung sebagaimana pada masa Khulafaur Rasyidin.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum muslimin dalam kasih sayang dan cinta bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota sakit, seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Dalam sistem Islam, rakyat terbiasa saling menolong, sementara penguasa bertanggung jawab penuh terhadap rakyat. Negara akan membangun banyak bīmāristān (rumah sakit) dengan fasilitas lengkap dan tenaga medis profesional. Seluruh masyarakat berhak mendapat pelayanan tanpa perbedaan kaya atau miskin, serta tanpa prosedur administrasi yang berbelit.


Khatimah

Sayangnya, hari ini umat masih hidup di bawah sistem kapitalisme sekuler yang kufur. Asas sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan semakin merusak tatanan masyarakat. Individualisme yang tinggi menutup mata, sementara negara pun abai hingga kasus Raya ini muncul. Inilah potret masyarakat yang tidak sehat. Oleh karena itu, umat hanya dapat diselamatkan dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam naungan khilafah Islamiyyah ‘ala minhāj an-nubuwwah.

Wallāhu a‘lam bish-shawāb.

Referensi:
  • https://www.beritasatu.com/jabar/2915080/kisah-pilu-raya-balita-sukabumi-yang-tewas-dengan-tubuh-penuh-cacing 
  • https://kumparan.com/kumparannews/25i9GRHdVOC?utm_source=Mobile&utm_medium=copy-to-clipboard&shareID=aVXhBnayryJE
  • https://www.malangtimes.com/baca/344645/20250828/015500/cegah-salah-data-adminduk-dinas-kesehatan-kabupaten-blitar-tekankan-validasi-di-faskes
  • https://muslimahnews.net/2024/01/20/26507/
  • https://muslim.or.id/57064-memiliki-perhatian-terhadap-islam-dan-kaum-muslimin.html
  • https://github.com/Yoast/wordpress-seo/blob/trunk/packages/yoastseo/src/languageProcessing/languages/id/config/transitionWords.js
  • https://www.youtube.com/watch?v=FN3NHCw3LPA

Posting Komentar

0 Komentar