
Oleh: Alia Salsa Rainna
Aktivis Dakwah
Lagi dan lagi, Indonesia kembali dihebohkan dengan berita tawuran antarkelompok remaja di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan. Dikutip dari halaman Facebook Pos Metro Medan pada 22 Agustus 2025, aksi brutal tersebut mengakibatkan dua rumah warga terbakar dan seorang warga mengalami luka tembak di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso, Lingkungan 11.
Tawuran yang berulang kali terjadi tidak hanya merugikan para pelaku, tetapi juga menimbulkan dampak serius bagi masyarakat sekitar. Penggunaan senjata tajam hingga bom molotov menjadikan kekerasan semakin berbahaya. Warga harus menanggung kerugian besar: rumah terbakar, korban luka tembak, hilangnya rasa aman, hingga bertambahnya beban ekonomi masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.
Fenomena ini menunjukkan adanya problem sistemik. Remaja yang mudah terjerumus dalam perilaku menyimpang, seperti tawuran, menjadi bukti lemahnya negara dalam mengurus generasi. Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini terbukti abai terhadap masa depan pemuda. Kurangnya kegiatan positif, lemahnya kontrol sosial, serta minimnya penegakan hukum membuat perilaku kriminal terus berulang.
Ironisnya, meski masyarakat sudah berkali-kali melaporkan kasus tawuran kepada aparat, tindakan yang diambil tidak mampu memberi efek jera. Akibatnya, warga harus terus hidup dalam ketakutan, sementara para pelaku seolah bebas mengulangi perbuatannya.
Berbeda dengan negara yang menerapkan sistem Islam. Dalam Islam, negara memiliki kewajiban menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyatnya. Khalifah harus menindak tegas setiap pelanggaran hukum dengan sanksi yang jelas dan menjerakan, sehingga masyarakat terlindungi dari kejahatan yang berulang.
Lebih dari itu, Islam juga menekankan pentingnya pembinaan generasi muda melalui pendidikan berbasis akidah dan akhlak yang kuat. Anak-anak diarahkan sejak dini untuk tumbuh menjadi pribadi beriman, beradab, dan bertanggung jawab. Dengan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh, masyarakat akan merasakan ketenangan, rasa aman, serta memiliki nilai etika yang selaras dengan wahyu Allah.
Di sinilah letak perbedaan mendasar antara sistem Islam dengan sistem sekuler hari ini. Dalam sistem sekuler, kebijakan negara sering kali hanya bersifat reaktif, baru bertindak setelah muncul masalah, itu pun dengan solusi parsial. Sementara Islam hadir dengan pendekatan preventif, mencegah generasi dari kerusakan sejak awal melalui aturan yang jelas, pendidikan yang bermakna, dan lingkungan sosial yang sehat.
Lebih jauh lagi, sejarah telah membuktikan bahwa ketika syariat Islam diterapkan secara kafah, angka kriminalitas bisa ditekan hingga titik minimal. Bukan karena hukuman yang keras semata, tetapi karena akidah dan ketakwaan ditanamkan dalam diri setiap individu, serta negara konsisten menegakkan hukum Allah tanpa pandang bulu. Inilah yang membuat masyarakat merasakan keamanan sejati, bukan sekadar aman di atas kertas, melainkan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sudah jelas, selama sistem kapitalisme-sekuler tetap dipertahankan, problem tawuran dan kriminalitas remaja tidak akan pernah benar-benar berhenti. Saatnya kembali pada sistem Islam sebagai solusi menyeluruh untuk melahirkan generasi berakhlak mulia sekaligus menjamin keamanan masyarakat.
Wallahu a‘lam bish-shawab.
0 Komentar