
Oleh: Ilma Kurnia P., S.P
Pemerhati Generasi
Kemajuan teknologi digital adalah keniscayaan zaman. Internet, media sosial, dan kecerdasan buatan telah mengubah cara manusia belajar, berkomunikasi, dan bekerja. Namun, di balik manfaatnya yang besar, kemajuan digital juga menyimpan ancaman serius terhadap kesehatan mental dan akhlak generasi muda. Dalam perspektif Islam, persoalan ini bukan sekadar isu teknologi, tetapi juga berkaitan dengan penjagaan akal (hifzh al-‘aql) dan moral umat.
Generasi hari ini hidup dalam arus informasi tanpa batas. Gawai menjadi teman setia mereka sejak bangun tidur hingga menjelang tidur kembali. Tanpa disadari, hal ini melahirkan ketergantungan digital, menurunkan kemampuan fokus, serta melemahkan interaksi sosial yang sehat. Islam mengajarkan keseimbangan (wasathiyah), sementara dunia digital justru sering mendorong sikap berlebihan (israf).
خير الأمور أوسطها
"Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan." (HR. Baihaqi).
Lebih jauh, konten digital yang tidak terfilter (pornografi, kekerasan, ujaran kebencian, dan budaya hedonisme) secara perlahan merusak mental dan akhlak generasi. Anak-anak dan remaja menjadi mudah cemas, rendah empati, bahkan kehilangan tujuan hidup. Padahal, Islam menempatkan pendidikan akhlak sebagai fondasi utama pembentukan manusia. Allah ﷻ berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya." (QS. Asy-Syams: 9).
Kemajuan digital juga berpotensi menjauhkan generasi dari nilai-nilai spiritual. Waktu yang seharusnya digunakan untuk tilawah, shalat khusyuk, dan refleksi diri, tersita oleh notifikasi dan hiburan tanpa henti. Hati menjadi keras, lalai dari dzikir, dan kehilangan ketenangan. Padahal hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS. Ar-Ra’d: 28).
Namun, Islam tidak menolak teknologi. Yang ditolak adalah penyalahgunaannya. Teknologi sejatinya adalah alat, bukan tujuan. Jika diarahkan dengan iman dan ilmu, kemajuan digital justru bisa menjadi sarana dakwah, pendidikan, dan penguatan peradaban Islam. Tanggung jawab ini terletak pada orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk membimbing generasi agar bijak dalam bermedia digital.
Sebagai penutup, kemajuan digital dapat menjadi perusak mental generasi apabila dibiarkan tanpa kontrol nilai. Islam menawarkan solusi melalui penguatan iman, akhlak, dan keseimbangan hidup. Sudah saatnya umat Islam tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga penjaga nilai di tengah derasnya arus digitalisasi, demi menyelamatkan mental dan masa depan generasi.

0 Komentar