MENJADI IBU GENERASI MUSLIM IDEOLOGIS


Oleh: Hany Handayani Primantara, S.P
Pendidik Generasi

Peringatan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember kemarin telah terlewati, namun pengaruhnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Aktivitas seorang ibu masih tetap sama, dianggap sebagai bagian yang bertanggung jawab penuh mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangganya. Mulai dari kesehatan anak-anak, kerapihan rumah, ketersediaan makanan, kelayakan pakaian, hingga mengatur sistem keuangan rumah tangga agar tidak jebol dan menjadi beban berat bagi para ibu di seluruh wilayah.

Betul bahwa figur seorang ibu adalah magnet bagi rumah tangganya. Ketika kondisi ibu melemah atau bahkan padam, rumah seperti kehilangan ruh-nya. Dari sini, bisa kita lihat bahwa posisi seorang ibu dalam rumah tangga amatlah penting bagi setiap anggota keluarga. Bukan hanya diandalkan untuk urusan sumur, dapur, dan kasur semata. Namun, seorang ibu dalam Islam memiliki peran penting bagi terwujudnya sebuah generasi tangguh, cemerlang, dan mampu membangkitkan negeri.


Peran Seorang Ibu Ideologis

Peran ibu dalam Islam sangatlah besar bagi kelangsungan hidup sebuah negara. Mereka bertugas mencetak generasi pemimpin dan penakluk yang tidak takut akan apapun selain dari kemurkaan Allah ﷻ. Mampu memimpin dengan standar syara’ sebagai pedomannya, dan berani dalam menghadapi tantangan zaman, termasuk musuh yang dapat menggoyahkan negeri kaum muslim.

Generasi tersebut merupakan generasi visioner, generasi yang memiliki visi misi jauh ke depan dengan analogi mampu menembus langit menuju surga. Jadi, visi misinya bukan lagi sekadar urusan sukses dari sisi duniawi, namun mampu menjalin kesuksesan dari sisi akhirat yang sifatnya kekal.

Menjadi ibu bagi generasi ideologis secara otomatis harus mampu memadukan perannya sebagai ibu dalam keluarga dan kewajiban berdakwah di ranah publik atas dasar kesadaran politik yang tinggi. Harapannya, dengan kemampuan menyeimbangkan dua tugas tadi, seorang ibu bisa menyiapkan generasi ideologis, yakni generasi yang matang dari sisi pemikiran serta perasaannya sebagai hamba Allah ﷻ.

Sebab, hanya dengan kesadaran politik yang tinggi, seorang ibu baru bisa dikatakan mampu memberi nyawa serta menghiasi perannya dengan cita-cita besar memimpin umat secara umum.

Dari ibunda para ulama kita bisa petik banyak pelajaran. Di antaranya melalui Ummu Sulaim, yakni ibu dari Anas bin Malik, beliau konsisten mengajar anaknya sendiri sejak dini. Mulai dari membaca dan menulis, melalui tangan ibundanya pula ia bisa belajar langsung dari baginda Nabi Muhammad ﷺ sebagai pelayan Rasul ﷺ. Beliau selalu mendorong Anas untuk berkhidmat dengan ikhlas kepada Rasulullah ﷺ.

Melalui ibunda Imam Syafi’i, kita belajar tentang kesabaran, keteguhan, dan ketekunan ibadah serta dukungan beliau dari sisi pendidikan yang menghantarkan Imam Syafi’i menjadi seorang ulama besar.


Tantangan dan Hambatan Para Ibu Saat Ini

Pemaksaan penerapan sistem sekuler pada masyarakat Indonesia yang didominasi Muslim adalah tindakan berbahaya. Sebab, serangan pemikiran dan budaya Barat sebagai pencetus sistem sekuler mampu menciptakan lingkungan yang rusak bagi generasi Muslim. Seorang Muslim justru bisa menjadi pejuang kesetaraan gender, HAM, serta moderasi beragama yang bertentangan dengan Islam. Hal ini akan sulit dicounter seorang ibu sendiri tanpa bantuan berbagai pihak terkait.

Belum lagi serangan dari dunia digital yang begitu masif membuat generasi Muslim ideologis menjadi terlenakan dan mempunyai pola berulang yang sulit dirubah. Ditambah lagi kondisi ekonomi yang serba sulit, membuat peran perempuan semakin berat karena harus mampu membantu kondisi ekonomi keluarga. Inilah yang kemudian dijadikan dasar bagi kaum feminis untuk mengajukan penolakan terhadap beban ganda yang diterima kaum perempuan ketika ingin berkiprah di ranah publik dalam rangka produktif.


Upaya Kaum Ibu Bagi Generasi

Upaya yang mesti dilakukan seorang ibu, di antaranya adalah menetapkan visi pendidikan bagi anak-anaknya sebagai abdullah, yakni hamba Allah. Ketika ia sadar akan posisinya, maka secara otomatis ia pun akan mudah menerima segala perintah dan larangan Allah ﷻ. Kemudian memahamkan bahwa mereka adalah bagian dari khalifah fil ardh dan khairu ummah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

انِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
"Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 110)

Seorang ibu ideologis pun harus mampu menjadi teladan bagi anak-anak mereka. Sebab, keteladanan merupakan pelajaran yang bisa dengan mudah ditiru oleh anak. Allah sudah memberikan contoh keteladanan dari diri Rasul ﷺ. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)

Langkah terakhir dan paling penting adalah harus dibarengi upaya mengubah sistem kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak saat ini dengan sistem yang benar dan menyejahterakan, yakni sistem Islam yang sudah Allah janjikan bagi hamba yang beriman. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 97)

Wallahu alam bishowab.

Posting Komentar

0 Komentar