
Oleh: Tazkiya Nur Kamila
Santriwati PPTQ Darul Bayan Sumedang
Hei, Gen Z! Kalian tahu nggak ada loh kebiasaan umum yang dilakukan Gen Z, yang bikin performa kognitif atau kerja otak menurun?
Apa? Apa? Say it louder dong, Gen Z! Yap, jawabannya adalah scroll. Penulis nggak memungkiri, penulis sebagai Gen Z pun juga punya kebiasaan jelek ini, tapi coba deh kita telaah data di bawah. Menurut penelitian di jurnal VICIDI yang berjudul "Pengaruh Media Sosial Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Daya Fokus Masyarakat Indonesia", pengguna yang menghabiskan 5-10 jam/hari di media sosial cenderung terdistraksi dan kurang motivasi untuk mencari informasi mendalam, karena konten instan memberi gratifikasi cepat yang mengurangi fokus dan kedalaman berpikir.
FYI, kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan mengingat, memahami informasi, berpikir logis dan kritis, memecahkan masalah, mengambil keputusan, konsentrasi, dan fokus, juga membuat minat belajar hal baru hilang. Bayangin aja kemampuan-kemampuan yang sudah Allah anugerahkan buat kita ini mengalami penurunan fungsi karena kebiasaan tidak bermanfaat. Ck ck ck, nauzubillah...
Pantesan aja ya, banyak generasi muda yang mudah mengalami gangguan mental, ternyata media sosial yang sudah menjadi separuh hidup Gen Z juga berperan dalam kerusakannya. Serem banget kan dampaknya?! Makanya, kita perlu nih mulai membatasi diri dan bijak menggunakan media sosial. Emang bakal sulit banget, apalagi platform-platform media sosial pasti bakal berusaha menarik kita untuk jadi objek penikmatnya. Di era kapitalisme ini, semua orang kan pasti berusaha cari keuntungan, ye kan? Akal-akalan Barat!
Kenapa sih kita harus peduli soal masalah ini? Sebagai Gen Z, apalagi Muslim, kita adalah generasi yang akan melanjutkan peradaban. Tapi kalau dilihat kehidupan kita akhir-akhir ini, banyak banget yang perlu dibahas. Korupsi, salah guna kekuasaan, kerusakan alam, banyaknya kebijakan yang nggak berpihak ke masyarakat, literasi dan pendidikan rendah, kemiskinan, bencana yang lambat mendapat penanganan, dan banyak lagi deh.
Kita sebagai agen yang bakal melanjutkan estafet perjuangan harus bisa mengadakan perubahan mendasar. Dan langkah pertama untuk melangsungkan perubahan ini adalah dengan berpikir tentang apa sumber masalah dari semua problem yang terjadi, apa yang bisa dilakukan untuk mencapai perubahan, dan solusi mana yang tepat untuk menyelesaikannya.
Untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, tentunya kita harus punya pemikiran yang benar dan menyeluruh. Pemikiran semacam ini bisa kita dapati dalam agama Islam, karena pada dasarnya Islam itu bukan cuma agama yang mengajarkan kita tentang ibadah ritual, tapi juga sebuah ideologi yang mempunyai seperangkat aturan menyeluruh yang mengatur segala hal, dari sepele kita bangun tidur sampai serumit bangun negara.
Maka dari itu, kalau kita masih terjebak dalam algoritma sosial media, pasti bakal mumet karena penurunan fungsi analisis yang tadi dibahas. Wajib bin kudu buat kita membatasi diri, mengendalikan perangkat digital dengan bijak, seperti digunakan untuk menyebarkan pengetahuan ataupun dakwah Islam, jangan malah kita yang dikendalikan.
Dalam proses ini, peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dibutuhkan agar kita bisa makin me-manage diri. Soalnya, kalau kita puasa sosial media tapi lingkungannya nggak mendukung, ya mana tahan?! Lebih afdal lagi kalau negara ikut berperan dalam mengatur penertiban internet dengan aturan dan kekuasaannya. Karena generasi muda sebutuh itu untuk dibina, agar nantinya bisa jadi orang-orang hebat pengisi peradaban kelak. Harus banget nih dimulai sekarang, karena kalau nggak sekarang, kapan lagi? Mikir, kids!

0 Komentar