
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Mohon maaf, saya tidak ingin mengungkit luka lampau, atau mengingatkan pikiran akan rasa betapa sakitnya dikhianati dan ditinggalkan. Tapi faktanya, rasa itu, yakni rasa sedih, kecewa, dan marah karena Pilpres 2019, memang nyata adanya.
Saya mampu mendengar, tangisan itu meraung dalam keheningan. Tapi segera sirna, dan berubah menjadi 'bongkahan dendam' yang menggumpal di dada.
Betapa tidak, bagi orang yang membela dan berkorban segalanya, orang yang membela dan tak perhitungan akan kerugian harta, orang yang membela hingga di penjara bahkan kehilangan nyawa anggota keluarga, tentu tak mudah melupakan. Dulu, mimpi perubahan lah yang mengantarkan pada visi bersama memberikan pembelaan dan pengorbanan.
Namun, tak cukup dengan rasa kecewa, sedih, marah apalagi dendam. Sejak mula, memang begitulah politik demokrasi. Hanya berburu kekuasaan dan harta.
Jika rasa kecewa, sedih dan marah itu harus serius, sudah waktunya umat ini marah pada Demokrasi. Sebab, Demokrasi lah pangkal masalahnya. Sementara tokoh yang terlibat, hanyalah pernak perniknya.
Dari kedalaman hati, dengan segala kerendahan dan penuh penghormatan, saya mengajak umat ini untuk meninggalkan Demokrasi dan segera beralih memperjuangkan Khilafah. Hanya Khilafah, yang benar-benat akan amanah dan mampu merealisasikan visi perubahan.
Visi perubahan sejati, mewujudkan kemerdekaan sejati dari menghamba kepada makhluk menuju menghamba kepada Allah SWT. Visi menegakkan hukum Allah SWT, agar terwujud kesejahteraan dan Rahmat bagi semesta alam.
Sudah cukup, pengorbanan umat untuk petualang politik demokrasi baik dalam Pemilu, Pilpres maupun Pilkada. Mari berazam bahwa kita hanya akan berjuang dan berkorban, hanya untuk Islam. [].
0 Komentar