
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Dua Tahun yang lalu, tepatnya sebelum diselenggarakan Pilpres 2019, Penulis berkeliling di Jawa Timur untuk mengadakan sejumlah Diskusi. Peserta diskusi sangat heterogen, dari berbagai lintas organisasi, dan keyakinan politik.
Namun saat itu, mayoritas peserta ijma' (sepakat) tak menghendaki Presiden Jokowi kembali memimpin. Makanya, dalam setiap diskusi aura aspirasi perubahan begitu kental terasa.
Saat itu, momentum Pilpres dijadikan sarana perjuangan untuk mewujudkan perubahan. Rata-rata semua mendukung Prabowo, dan berharap Prabowo menang.
Seorang Tokoh Aktivis di Jawa Timur (tidak penulis sebutkan namanya), yang merupakan Kordinator RGP (Relawan Ganti Presiden) begitu gigih untuk meyakinkan Penulis bahwa Prabowo adalah harapan perubahan. Menurut tokoh tersebut, kuncinya tinggal di HTI. Penulis, diminta untuk mendukung Prabowo dan membawa gerbong HTI agar memilih Prabowo saat Pilpres.
Saat itu, penulis sampaikan jawaban yang kurang lebihnya demikian :
"Pak, biar saja kami tetap diluar tidak ikut mendukung Prabowo. Tapi kami tetap konsisten menyuarakan kebenaran dan melawan kezaliman rezim Jokowi. Bukankah, hal itu juga akan mendelegitimasi dan menggerus elektabilitas rezim Jokowi? dan kalau rakyat sadar dan tidak memilih Jokowi, bukankah pilihan yang tersisa adalah Prabowo?"
"Bukankah, dengan demikian secara tak langsung visi dakwah ini juga sejalan dengan kepentingan RGP?"
"Lagipula, biarkan Umat memiliki alternatif. Jika semua gerbong ikut mendukung Prabowo, ketika Prabowo gagal atau bahkan berkhianat, lalu akan kemana arah perjuangan umat ? Biarkan kami, dengan perjuangan Khilafah menjadi alternatif yang akan tetap memberikan harapan kepada Umat", demikian Penulis menjelaskan.
Qadarullah, Prabowo kalah. Bukan karena gerbong penulis tidak ikut memilih, tapi adanya dugaan kecurangan yang terjadi secara sistematis, masif dan brutal. Qadarullah pula, Prabowo Subianto akhirnya merapat ke Jokowi dan menjadi salah satu Menterinya, meninggalkan pemilih dan pendukung setianya.
Andaikan dahulu, penulis dan gerbong pengemban dakwah Khilafah ikur gerbong dukung mendukung Prabowo, apa yang akan terjadi? Semua kecewa, tak ada alternatif Perjuangan yang bisa dijadikan harapan.
Karena itu, saat ini ditengah banyaknya arus perubahan yang diusung, dari yang masih ngotot mengusung perubahan melalui Pilpres 2024 dan menginginkan kembali ke UUD 45 yang asli, biarkan kami tetap konsisten dengan dakwah Khilafah. Kami hanya ingin tetap memberikan alternatif solusi dan ingin agar Umat tetap memiliki harapan dan semangat untuk mewujudkan perubahan.
Mari kita buka seluruh peta jalan perubahan, termasuk melalui perjuangan Khilafah. Jika yang lain yakin akan ada perubahan dengan demokrasi, melalui Pemilu, Pilpres dan Pilkada, kami hanya meyakini perubahan hanya dengan Khilafah yang ditempuh melalui jalan dakwah. [].
0 Komentar