OPTIMISME DIBALIK INDONESIA TANGGUH INDONESIA TUMBUH, WACANA SEMATA


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban

17 Agustus 2021 telah berlalu, pada peringatan hari kemerdekaan RI ke-76 ini pemerintah mengambil tema 'Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh'. Menurut Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono ada pesan optimisme di balik tema tersebut, "Indonesia Tangguh menghadapi berbagai krisis yang selama ini menempa," (detikNews, 17/6/2021). "Dengan ketangguhan dan berbagai upaya yang dilakukan di masa pandemi maka Indonesia akan tumbuh," tambahnya.

Logo HUT Ke-76 RI sendiri merupakan visualisasi dari tema Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh. Tema ini berisi pesan tentang ketangguhan dan semangat pantang menyerah untuk terus maju menyongsong masa depan. Hal itu digambarkan dalam komposisi dinamis antar bentuk geometris yang sederhana tetapi kokoh dan dalam perpaduannya bergeliat dengan energi yang lincah.

Pandemi tidak menyebabkan peringatan dan hari liburnya diundur, tidak sebagaimana peringatan tahun baru Islam, 1 Muharram lalu, yang jatuh tanggal 10 Agustus 2021, namun hari libur digeser ke tanggal 11 Agustus. Menteri Sekretaris Negara, Pratikno tahun ini mengajak seluruh masyarakat untuk menghentikan kegiatan sejenak dan mengambil sikap sempurna pada upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI Selasa, 17 Agustus 2021 pukul 10.17 WIB. Ini untuk menjaga kekhidmatan acara dan menghormati peringatan tersebut.

"Hentikan semua kegiatan dan aktivitas Saudara selama tiga menit saja pada tanggal 17 Agustus 2021 pukul 10 lewat 17 menit Waktu Indonesia Bagian Barat. Ambil sikap sempurna, berdiri tegak, untuk menghormati Peringatan Detik-Detik Proklamasi," katanya dalam video yang diunggah (merdeka.com, 15/8/2021)

Apa yang selama ini dilakukan pemerintah sungguh klise. Selain upacara bendera, atraksi paskibraka, lomba kampung atau desa, semarak memang, namun hanya sehari dan seruan peringatan detik proklamasi kemerdekaan berikut slogan HUT RI ke 76 Indonesia Tangguh dan tumbuh tidak memiliki makna apapun.

Rakyat bahkan tidak antusias memperingatinya. Ditengah suasana tidak ada kepastian, kehidupan makin berat, kebutuhan pokok kian sulit sulit, tanpa terlebih di masa pandemi kali ini terasa ironi ketika masih lantang menyerukan kemerdekaan. Lagi-lagi kemerdekaan hanyalah suara sumir tanpa ada bukti.

Terlebih ketika diklaim kemerdekaan yang kita peroleh ini telah menghasilkan pertumbuhan, tumbuh kemana? Secara mencengangkan memang Jumlah orang kaya di Indonesia tetap terus bertambah di tengah pandemi. Data terbaru yang dilansir Credit Suisse dan Financial Times mencatat bahwa jumlah orang kaya di berbagai negara termasuk Indonesia mengalami peningkatan.

Jumlah orang Indonesia yang memiliki kekayaan lebih dari USD 1 juta atau setara Rp14,49 miliar ada sebanyak 172.000 orang pada tahun 2020. Angka itu bertambah sebanyak 62,3 persen dibandingkan tahun 2019 yang hanya 106.215 orang. Dari Sementara jumlah orang Indonesia dengan kekayaan lebih dari USD 100 juta pada 2020 mencapai 417 orang atau naik 22,29 persen dari tahun 2019. Jumlah kekayaan tersebut melonjak signifikan selama pandemi Covid-19 hingga mencapai lebih dari 50 persen, seperti bos Djarum Budi Hartono dan Michael Hartono, Prajogo Pangestu, Sri Prakash Lohia, dan Chairul Tanjung (merdeka.com, 16/7/2021).

Artinya pertambahan kekayaan itu tidak merata, ekslusif, bahkan ironi sebab jika dibandingkan dengan rakyat miskin yang benar-benar susah makan dan mendapatkan penghasilan sangatlah dalam jurang berbedaannya. Terlebih faktanya negara Indonesia justru lebih banyak impor untuk barang-barang kebutuhan pokok, sungguh sebuah ironi di tengah besarnya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya.

Belum dengan utang yang kian menumpuk, iuran pajak yang makin beragam berikut tarifnya. Rakyat yang bunuh diri karena tekanan batin yang tak kunjung mendapatkan solusi pun kian bertambah jumlahnya. Ini bukan permaian, nyata, sama nyatanya dengan meninggalnya ribuan rakyat yang positif Covid-19, karena isolasi mandiri, rumah sakit penuh, gas oksigen yang langka bahkan ada yang sengaja mengoplos isiannya. Bukankah ini artinya sakit? Penguasa hanya berani bersembunyi di balik kebijakan PPKM hingga perpanjangan beberapa kali hanya karena sejatinya tidak mendapati solusi yang tepat.

Saatnya bermuhasabah, bukti bobroknya kapitalisme telah nyata, tapi masih saja fokus pemerintah bukan di situ, padahal secara akal sehat, selama belum ada perubahan sistem, maka kemerdekaan hakiki tak akan pernah tercapai. Negeri ini membutuhkan penerapan Islam secara utuh dan sistemik untuk merdeka, tangguh dan tumbuh. Wallahu a' lam bish showab.

Posting Komentar

0 Komentar