
Oleh: Diaz
Jurnalis Lepas
Anak adalah anugrah terindah yang Allah ï·» berikan kepada pasangan. Dimana dari sanalah sumber amal jariyah kita dapatkan, karena itu metode pendidikan anak harus dilakukan dengan cara yang benar agar kelak anak tidak menjadi penyesalan di akhirat.
Pada pertemuan orang tua santri di Kuttab, Sabtu, 05 Agustus 2023, Ustadz Elvin Sasmita menerangkan bahwa banyak dari orang tua yang salah dalam melakukan tahapan pendidikan atau folosofi keilmuan, dimana saharusnya kedudukan pertama yaitu ilmu syar'i yang paling tinggi, yang kedua ilmu tentang alam, lalu ketiga ilmu pengetahuan yang mendukung kehidupan manusia.
"Masalahnya itu kita memahami prioritas filosofi ilmu kebalik," ungkapnya.
Ustadz Elvin juga melanjutkan bahwa dalam Islam tingkatan pendidikan itu hanya ada dua, yaitu:
- Kuttab (5-12 tahun)
- Madrasah (lanjutan selama 4 tahun)
Kecerdasan emosi dibangun umur 0-5 tahun, bagaimana anak mendahulukan abangnya, bagaimana menghargai adiknya bagaimana sabar, mau berbagi dan sebagainya.
"Kita selalu menguji faktor intelektual anak namun sering lalai menguji faktor emosionalnya, seperti berbagi (mendahulukan saudaranya), agar tidak marah, sabar, tidak sombong, tidak egois dan sebagainya. Jadi anak umur 0-5 tahun tidak butuh cerdas secara intelektual namun harus cerdas secara emosional," ucapnya.
Beliau menyambungkan, jika anak 10 tahun masih masalah sholatnya yang salah orang tuanya, karena jika metode pendidikan dijalankan sesuai tahapan hal itu tidak akan terjadi menurut Ustadz Elvin, dan pada umur 15 tahun pemahaman terkait fiqih seharusnya sudah selesai.
Ketika sesi tanya-jawab ada pertanyaan:
Bagaimana menanamkan kedisiplinan ke anak? Karena saya selalu gagal sehingga menerapkan reward and punishment. Bagaimana tips-tipsnya agar menanamkan kedisiplinan tanpa paksaan?
Jawaban:
Memberikan reward and punishment misal berupa mainan jika menurut dan hukuman ketika membangkang adalah hal biasa, Allah ï·» juga menggambarkan reward and punishment dengan pahala dan dosa dengan ganjaran surga dan neraka. Jadi biasa saja reward and punishment itu tidak masalah tinggal nanti dibetulkan niatnya dengan memberikan pemahaman ganjaran pahala dari Allah ï·» yaitu surga dimana segala keinginkan akan terwujud disana.Punishment atau hukuman tertinggi yang kita bisa laksanakan adalah pukulan, namun pukulan tersebut tidak boleh dilakukan di wajah, serta tidak boleh meninggalkan bekas, dan pukulan itu dilakukan tidak dalam keadaan marah. Karena itu sangat penting orang tua menjadi model kebaikan, contohnya seperti sholat, jika orang tuanya melaksanakan niscaya anak akan mencontoh.Punishment itu dalam rangka pendidikan bukan menyakiti.Ada seorang anak muda minta izin berzina pada Rasulullah ï·º di majelis beliau, anak muda ini tau hati Rasulullah ï·º lapang dalam menerima pertanyaan, sehingga ia mau curhat pada Rasulullah ï·º, lalu Rasulullah ï·º menyuruhnya mendekat, dan Rasulullah bertanya, kamu punya seorang ibu? Maukah ibumu dizinahi orang lain? Tidak ya Rasulullah (jawab pemuda itu). Kamu punya bibi, maukah bibimu dizinahi oleh orang lain? Tidak ya Rasulullah. Kamu punya saudara perempuan, mauka saudaramu dizinahi oleh orang lain? Tidak ya Rasulullah. Begitupu orang lain tidak mau seperti itu.Terkait kedisiplinan, Allah ï·» menghargai seseorang yang sholat di masjid tanpa ketinggalan takbiratul ihram dengan kedudukan yang tinggi. Begitulah cara mendidik kedisiplinan tanpa melakukan paksaan, yaitu dengan memberikan ilmu sehingga ilmu itu menumbuhkan kesadaran. Jadi, salah jika memberikan pendidikan kedisiplinan dengan paksaan seperti ala militer.Seharusnya kita sebagai orang tua harus dekat dengan anak jangan justru malah orang lain.
Pendidikan anak ideal itu dimulai dari suami-istri saat bertemu atau mencari pasangan, hingga sampai sang anak dapat meneteskan air mata bahagia orang tuanya karena membuatnya bangga.
Lingkungan pertama seorang anak itu rahim, inilah yang kita sering gagal faham, lihatlah Nabi Isa sebelum lahir, Allah ï·» mempersiapkan rahim yang menampungnya dengan memberikan buah-buahan kepada Maryam.
Allah ï·» berfirman:
ÙƒُÙ„َّÙ…َا دَØ®َÙ„َ عَÙ„َÙŠْÙ‡َا زَÙƒَرِÙŠَّا الْÙ…ِØْرَابَ Ùˆَجَدَ عِÙ†ْدَÙ‡َا رِزْÙ‚ًا ۖ Ù‚َالَ ÙŠَا Ù…َرْÙŠَÙ…ُ Ø£َÙ†َّÙ‰ٰ Ù„َÙƒِ Ù‡َٰذَا ۖ Ù‚َالَتْ Ù‡ُÙˆَ Ù…ِÙ†ْ عِÙ†ْدِ اللَّÙ‡ِ ۖ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ ÙŠَرْزُÙ‚ُ Ù…َÙ†ْ ÙŠَØ´َاءُ بِغَÙŠْرِ Øِسَابٍ
“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37).
Para pakar tafsir mengatakan, “Zakariya menempatkan Maryam di tempat yang mulia yang terletak di dalam masjid. Tidak ada yang dapat menemuinya selain Zakariya. Maryam beribadah kepada Allah di tempat itu dan ia pun melakukan kewajibannya. Ia senantiasa melaksanakan ibadah siang ataupun malam hari. Maryam pun dijadikan permisalan oleh Bani Israil karena ibadahnya. Ia dikenal memiliki kondisi yang mulia dan sifat yang baik. Ketika Nabi Zakariya masuk di tempat ibadahnya (disebut: mihrab), ia mendapati di sisi Maryam ada rezeki yang di luar dari kebiasaan. Ia dapati buah yang seharusnya ada pada musim panas, ternyata ada pada musim dingin. Sebaliknya ia dapati buah yang seharusnya ada pada musim dingin, ternyata ada pada musim panas.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2:422-423)
"Namun dalam prosesnya suami hanya melepaskan sperma dan istri hanya melepas sel telur, disini kita hanya melepaskan, ada peran Allah disini, karena itu pentingnya berdo'a," pungkasnya.

0 Komentar