
Oleh: Lia Herasusanti
Sahabat Surga Cinta Qur'an
Saat ini, yang berkerudung jadi sales judi online, ada! Yang berkerudung makan babi, ada! Yang berkerudung bahkan berjilbab, sudah berumur, tapi ramai-ramai godain cowok brondong, eh ada juga!
Masya Allah ya, zaman kiwari ini, kerudung dan jilbab jadi kehilangan kesakralannya. Kalau dulu untuk berkerudung saja sampai mengorbankan pindah sekolah. Atau jika memiliki power, bertahan membawa kasus ke pengadilan, agar diperbolehkan bersekolah tetap berkerudung.
Hari ini, saking hanya memandang kerudung dan gamis berupa selembar kain saja, jangan heran jika pagi saat kajian berkerudung syar'i, lalu siang nge-mol sudah lepas semua hijabnya tersebut. Semuanya ringan dilakukan tanpa beban.
Kok bisa ya? Ya bisalah. Kita hidup dalam sistem kapitalis sekuler. Banyak diantara kita yang berpikir bahwa dasar melakukan sesuatu adalah karena manfaat. Jadi ketika memakai kerudung atau berjilbab, banyak yang memakainya semata-mata karena manfaat. Tak peduli dengan perintah ikhlas atau terikat dengan aturan Allah ï·».
Mau pengajian, ya pakai. Kan memang dress codenya harus begitu. Rambut beruban dan sudah tipis, mending dikerudung biar ga keliatan. Ngejar supaya konten viral, sambil makan babi, pakai kerudung, kan jadi heboh tuh! Masih banyak aktifitas berkerudung lainnya dengan azas manfaat!
Beginilah dampak hidup dalam sistem sekuler kapitalis. Perbuatan yang didakwahkan dengan maksud agar kaum muslimin menjalankannya semata-mata karena Allah ï·», terjegal dengan yang namanya sekulerisasi. Mulai dari ketakwaan individu yang rendah, masyarakat yang tak peduli, hingga negara yang berlepas tangan dari kemaksiatan. Lengkaplah sudah. Astagfirullah.
Jadi, apakah artinya dakwah tak perlu dilakukan? Ya ga begitu juga kali. Dakwah tetap dijalankan, namun tak cukup hanya pada perbaikan individu. Perlu adanya dakwah yang lebih komprehensif. Tak hanya individu, tapi sistemnya pun perlu dirubah, dari sistem kapitalis menjadi sistem Islam.
Perubahan sistem ini, akan menghasilkan pribadi-pribadi yang memahami Islam secara utuh melalui kurikulum pendidikan Islam yang diajarkan sejak dini. Juga didukung lingkungan yang terjaga dari kemaksiatan, karena masyarakat yang saling menjaga dan mengingatkan. Di saat yang sama, negara menerapkan aturan Islam secara menyeluruh dan sanksi bagi pelanggar aturan yang diterapkan.
Jika diterapkan seperti itu, tak akan ada lagi celah bagi muslimah mempermainkan hijab yang dikenakannya.
Kira-kira, mau atau mau sistem Islam diterapkan?
Aku sih, mau banget!
Dalam surat Al A'raf ayat 26 mengingatkan:
ÙŠَا بَÙ†ِÙŠ آدَÙ…َ Ù‚َدْ Ø£َÙ†ْزَÙ„ْÙ†َا عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù„ِبَاسًا ÙŠُÙˆَارِÙŠ سَÙˆْآتِÙƒُÙ…ْ Ùˆَرِيشًا ۖ ÙˆَÙ„ِبَاسُ التَّÙ‚ْÙˆَÙ‰ٰ ذَٰÙ„ِÙƒَ Ø®َÙŠْرٌ ۚ ذَٰÙ„ِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ آيَاتِ اللَّÙ‡ِ Ù„َعَÙ„َّÙ‡ُÙ…ْ ÙŠَذَّÙƒَّرُونَ
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

0 Komentar