DAMPAK MODERASI BERAGAMA


Oleh: Lia Herasusanti
Sahabat Surga Cinta Qur'an

Wanita di video itu berselfi sambil menunjukkan suasana disekitarnya. Ada wanita dan pria duduk bercampur baur sambil menonton panggung megah. Kabarnya menampilkan sholawat, tapi tak terdengar sholawatannya, yang terdengar musik yang jedag jedug saja.

Wajah-wajah yang tersorot kamera itu terlihat sangat bahagia. Tak ada beban rasa bersalah atau merasa risih dengan suasana yang ada di sekelilingnya. Walaupun para wanitanya berkerudung dan para prianya bersarung dan berpeci, sebagai ciri khas santri, namun bisa disimpulkan mereka menganggap apa yang terjadi saat itu bukan sesuatu yang keliru menurut pandangan mereka.

Miris, pergeseran pemahaman Islam di tengah kaum muslimin saat ini semakin jauh. Jika dulu yang tak paham Islam di kalangan masyarakat awam, maka saat ini, di kalangan santripun mulai bergeser pemahaman benar salahnya. Al-Qur'an dan sunnah tak lagi menjadi patokan.

Dulu, santri wanita akan malu jika bertemu dengan santri pria. Karena mereka memang terbiasa hidup terpisah. Karena begitulah tuntunannya. Wanita hanya berkumpul bersama sesama wanita dan mahromnya saja, kecuali dalam aktifitas yang dibolehkan syara', itupun tetap dijaga keterpisahannya. Dan panggung musik seperti dalam video bukan kondisi yang memperbolehkan pria wanita campur baur.

Namun pemahaman itu perlahan mulai ditinggalkan. Berganti dengan pemahaman Moderasi Beragama. Istilah yang lebih halus dari JIL (Jaringan Islam Liberal) atau Islam Nusantara. Labelnya sekarang tanpa Islam. Tapi targetnya adalah agar umat Islam memahami agamanya sesuai kacamata barat. Hasilnya, campur baur, konser musik dan doa bersama berbagai tokoh agama, dikalangan santri yang sudah terpengaruh ide ini pun dianggap hal yang biasa.

Jika dulu serangan JIL masuk ke kalangan kampus yang memakai label Islam, maka Moderasi Beragama masuk ke semua kalangan. Dari mulai kurikulum pesantren, sekolah, instansi pemerintah sampai struktur masyarakat. Bahkan sudah ada kampung Moderasi Beragama.

Padahal Al-Qur'an surat Al Kahfi ayat 57 telah mengingatkan:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۖ وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا
"Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya,"

Sudah sejauh itu upaya orang kafir menjauhkan kaum muslimin dari ajarannya. Dan menjadi sangat efektif karena didukung sistem. Sistem yang menginginkan negara ini tetap sekuler, memisahkan agama dari kehidupan.

Tapi kesadaran kaum muslimin saat ini pun tak bisa dianggap enteng. Dakwah Islam kaffah yang terus dilakukan, semoga menyadarkan umat untuk peka pada penyimpangan-penyimpangan ajaran agamanya dan menumbuhkan keinginan untuk mau berislam kaffah.

Ayo para pengemban dakwah jangan kasih kendor. Jika musuh-musuh Islam begitu serius merancang strategi menjauhkan umat dari Islam, maka kita harus lebih gencar dan serius menyadarkan umat agar hanya mau diatur dengan aturan Islam dalam bingkai sistem Islam.

100 tahun masa kebangkitan Islam di depan mata, semoga kita menjadi bagian yang istiqomah memperjuangkannya.

Allahu Akbar!

Posting Komentar

0 Komentar