
Oleh: Amalia Nurul Viqri, S.Pd
Muslimah Peduli Umat
Harga BBM naik lagi, berita itu membuat rakyat tidak tenang. Bagaimana tidak? Karena BBM salah satu kebutuhan pokok bagi kendaraan pribadi ataupun umum. Dan bisa saja berimbas pada perputaran roda ekonomi masyarakat.
PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga sejumlah Bahan Bakar Minyak Nonsubsidi mulai 1 September 2023. Kenaikan harga BBM Pertamina ini untuk jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex dan Dexlite. (Liputan6.com, 4/9/2023)
Penyesuaian harga tersebut dilakukan dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui SPBU. (Databoks, 1/9/23)
Seperti yang dikutip dalam Bisnis.com (1/9/2023) bahwa kenaikan harga tidak hanya dilakukan terhadap Pertamax, tetapi juga mencakup BBM nonsubsidi lainnya, seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Harga Pertamax Turbo masih melanjutkan tren kenaikan dari bulan sebelumnya. BBM jenis bensin dengan nilai oktan 98 (RON 98) tersebut dibanderol seharga Rp15.900 per liter, naik Rp1.500 dari Agustus 2023 yang dipatok seharga Rp14.400 per liter.
Untuk BBM jenis diesel, kenaikan harga cukup signifikan. Misalnya, harga Dexlite mengalami kenaikan Rp2.400 menjadi Rp16.350 per liter per September 2023. Pada bulan sebelumnya, Dexlite dipatok seharga Rp13.950 per liter.
Kemudian, Pertamina Dex dipatok seharga Rp16.900 per liter atau naik Rp2.550 dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp14.350 per liter.
Sistem Kapitalisme
Harga BBM naik sebagai implementasi Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 . Meski yang naik BBM Nonsubsidi, tetap saja kebijakan ini memberatkan rakyat yang menggunakan kendaraan pribadi.
BBM adalah salah satu kebutuhan pokok yang seharusnya disediakan dengan murah atau bahkan gratis. Namun hal ini tidak mungkin terwujud ketika negara menjalankan sistem kapitalisme.
Sistem kapitalisme ini membuat rakyat yang kaya semakin kaya dan rakyat miskin semakin miskin. Kebijakan naiknya harga BBM hanya menguntungkan para pemilik modal, sedangkan bagi rakyat sangat dirugikan. Karena dengan naiknya harga BBM maka akan berimbas pada perputaran roda ekonomi, misalnya para pengangkut barang dagangan dan yang lainnya.
Indonesia kaya akan SDA, salah satunya minyak. Minyak adalah kekayaan alam milik umum, siapa pun, baik orang kaya atau miskin, berhak mengaksesnya dengan murah, bahkan gratis.
Namun, sistem pemerintahan 'ala kapitalisme mustahil akan memberi harga BBM secara murah atau gratis. Ini karena paradigma kepemimpinan kapitalisme selalu mempertimbangkan untung dan rugi dalam menetapkan kebijakan. Hubungan penguasa dengan rakyatnya ibarat penjual dan pembeli. Padahal, jika SDA Indonesia dikelola dengan baik maka rakyat pasti bisa merasakan nikmat dari kekayaan sumber daya ini. Apakah bisa?
Islam Solusinya
Dalam Islam ada beberapa prinsip yang pasti diterapkan. Pertama, tugas penguasa adalah melayani dan mengurusi setiap kebutuhan rakyat. Artinya, negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyat dengan baik, seperti kemudahan mendapatkan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan hajat publik lainnya semisal BBM. Negara dapat menjalankan perannya sebagai raa’in dengan totalitas, tanpa tercampuri kepentingan tertentu.
Kedua, migas adalah kekayaan milik umum. Segala sesuatu yang bersifat harta kepemilikan umum tidak boleh dikuasai individu, swasta, asing, ataupun korporasi. Negara Islam bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan hingga pendistribusiannya.
Ketiga, dengan kepemimpinan sistem Islam secara kaffah, pengelolaan migas dan harta milik umum lainnya murni dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kemaslahatan rakyat. Negara tidak boleh berjual beli dengan harta rakyat. Tidak akan ada lagi hubungan penguasa dengan rakyatnya ibarat penjual dan pembeli. Semua kalangan akan mendapatkannya secara andil.
Maka hanya Islam-lah satu-satunya solusi problematika ummat saat ini, wallahua'lam bisshawab.

0 Komentar