
Oleh: Amalia Nurul Viqri, S.Pd
Muslimah Peduli Umat
Peran masyarakat hilang saat sistem sekuler tetap dijalani. Kejadian demi kejadian terus terjadi di negara ini. Sekarang beredar berita tentang penemuan bangkai mayat ibu dan anak.
Jasad seorang ibu berinisial GAH (68) serta anak laki-lakinya berinisial DAW (38) ditemukan telah membusuk di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023). (Kompas.com, 8/9/23)
Dua jasad tersebut adalah seorang ibu berinisial GAH (64 tahun) dan anaknya DAW (38 tahun). Mayat keduanya diduga sudah lama membusuk di dalam kamar mandi. (Tempo.co, 9/9/23)
Dikutip dari Tempo.co (10/9/23) diberitakan sebelumnya, rumah tempat temuan mayat ibu dan anak tinggal kerangka berlokasi di kawasan perumahan elit di Cinere, Depok. Kondisi rumah sudah tidak terawat dan aliran listrik diputus PLN.
Dari pantauan di lokasi, rumah 2 lantai yang didominasi warna merah jambu dengan pagar dan jendala putih terlihat berdebu. Rumput di halaman juga sudah berkembang liar.
Pada beberapa bagian dinding catnya sudah mengelupas, plafon di depan rumah sudah ada bagian yang nyaris copot, dan genteng garasi mobil terlihat ada yang menganga. Ketika pintu garasi mobil dibuka terlihat puing reruntuhan atap.
Akibat Sekulerisme
Berita diatas adalah salah satu contoh kehidupan masyarakat yang individual. Penemuan mayat tinggal kerangka di komplek perumahan, mencerminkan masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan.
Sejatinya sebagai hamba tiap perbuatannya haruslah melibatkan Allah ﷻ dan menggunakan aturan Allah ﷻ. Pengecualian dalam sistem sekuler ini agama ya agama, kehidupan ya kehidupan, tidak boleh dicampuri.
Masyarakat dipaksa untuk melawan fitrah kasih sayang, seolah-olah keegoisan nomor 1 ngga peduli dengan orang sekitarnya. Kalau ada yang peduli disebut sok ngatur. Individualisme telah menjadi karakteristik masyarakat dalam peradaban kapitalis sekuler. Padahal Indonesia penduduk muslim terbanyak, tapi hanya label KTP saja yang terpampang sebagai Islam, sungguh miris.
Dalam Pandangan Islam
Tetangga merupakan orang yang hidup di lingkungan tinggal kita. Tetangga juga yang paling mengerti tentang kehidupan kita dibanding dengan keluarga kita. Dalam islam yang disebut dengan tetangga, 40 rumah dari rumahmu baik sebelah timur, barat, selatan dan utara mereka semua itu tetangga kalian.
Maka dari itu, dalam islam memuliakan tetangga dan memiliki kedudukan yang sangat mulia serta sangat diperintahkan dalam islam untuk selalu berbuat baik kepada tetangga kita. Seperti firman Allah ﷻ dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Artinya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,"
Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadits lain mengatakan,
لَيْسَ الْـمُؤْمِنُ الَّذيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلَى جَنْبِهِ
"Bukan mukmin orang yang kenyang perutnya, sedangkan tetangga sebelahnya kelaparan." (HR Baihaqi dalam Sunan al Kubra 18108 yang disahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149)
Sejatinya tetangga yang akan menjadi saksi kehidupan kita dan juga kelak akankah saling memberi syafaat atau tidak? Maka dalam Islam, setiap individu benar-benar dibina agar menjadi muslim yang sesungguhnya, tidak hanya Islam KTP. Tidak ada individualisme lagi, semua saling menyayangi dan peduli terhadap sesama.
Tidak ada lagi berita penemuan mayat dalam kamar mandi karena saking tidak pedulinya masyarakat. Dalam Islam masyarakat akan dididik, diarahkan dan diawasi oleh negara agar menjadi masyarakat yang islami.
Yuk sama-sama belajar Islam dengan kaffah dan mari perjuangkan kehidupan islam kembali. Wallahua'lam bisshawab

0 Komentar