BERSEGERA KEMBALI PADA ATURAN ALLAH


Oleh: Lia Herasusanti
Sahabat Surga Cinta Qur'an

Hari ini saya melihat video Mbak Nazwa Shihab yang menggambarkan kondisi dunia tahun 2050. Beliau menggambarkan bahwa saat itu suhu bisa mencapai 60 derajat. Sehingga dampaknya selain panas yang sangat menyengat dan mengganggu aktifitas manusia, juga naiknya permukaan laut, sehingga banyak wilayah pesisir yang hilang.

Sementara dampak dari kekeringan panjang, setiap negara menyimpan bahan produksi makanannya hanya untuk penduduk di negaranya saja. Dampaknya, bagi negara yang tak bisa memproduksi bahan makanan sendiri pasti menjadi masalah besar. Belum lagi hubungan perpolitikan antar negara yang mudah tersulut perang. Intinya, membayangkan kondisi di tahun 2050 itu, rasanya kehidupan akan semakin sulit dari berbagai aspek.

Apa yang digambarkan Mbak Nazwa bukan sesuatu yang mustahil. Saat ini kita sudah merasakan kerusakan diberbagai aspek itu. Sistem kapitalis sekuler yang mengabaikan aturan Allah dan menyerahkan aturan dibuat oleh manusia mengakibatkan manusia-manusia serakah berkuasa. Dengan kekayaannya, ia seolah-olah menjadi wakil rakyat dan membuat aturan sesuai keinginannya tanpa memikirkan kepentingan umum.

Aturannya yang penuh dengan ambisi memperkaya diri sendiri berdampak pada pengerukan kekayaan sumber daya alam tanpa memperhatikan Analisa Dampak Lingkungan. Ini terjadi bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia, karena sistem kapitalis sekuler saat ini sedang menguasai dunia. Dan hasilnya, terjadilah kerusakan alam yang juga mempengaruhi iklim global. Belum lagi bicara pada kerusakan moral yang berdampak pada tatanan kehidupan sosial.

Jika ini dibiarkan terus, maka gambaran tahun 2050 versi Mbak Nazwa sangat mungkin terjadi. Berbeda jika kita sebagai muslim berusaha merubah keadaan sesuai tuntunan Sang Pencipta alam semesta. Sebagai muslim kita meyakini, tak mungkin Allah membiarkan hambanya kesulitan jika ia tunduk patuh pada aturannya.

Dan ketundukan itu bukan hanya terbatas pada masalah ibadah ritual saja. Saat ini, ketika sholat, puasa, haji, seseorang terlihat begitu sholih mengikuti aturan Allah, namun saat beraktifitas sehari-hari membelakangi aturan-Nya. Seharusnya ketundukan itu betul-betul dijalankan di semua aspek kehidupan. Baik di ranah individu, masyarakat maupun negara. Baik masalah ibadah, ekonomi, politik, sosial hingga keamanan.

Pengaturan politik sesuai Islam akan menjadikan manusia tunduk pada aturan Allah, bukan mengikuti hawa nafsu serakahnya. Semuanya diletakkan adil pada porsinya. Hal ini berdampak pada pengaturan sistem ekonominya. Dimana sistem ekonomi Islam tidak memberi peluang si kaya makin kaya dan si miskin makin miskin. Namun harta berputar pada semua secara adil.

Tak ada eksploitasi sumber daya alam tanpa aturan, karena sumberdaya alam adalah milik umat, dikelola oleh negara dengan bijak dan hasilnya dikembalikan untuk kepentingan umat. Demikian juga dalam sistem sosialnya. Semuanya diterapkan sesuai fitrah manusia, memuaskan akal dan menenangkan hati, sehingga kehidupan terjaga dari hal-hal yang menjatuhkan manusia pada derajat binatang.

Jika ketaatan dan ketundukan kita sempurna, maka Allah akan menurunkan barokah-Nya dari langit dan mengeluarkannya dari bumi sesuai janji-Nya dalam surat Al A'raf ayat 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Jika Allah sudah mengabarkan demikian, masihkah kita ragu untuk bersegera kembali pada aturan Allah?

Posting Komentar

0 Komentar