
Oleh: Mela amalia
Muslimah peduli umat
"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa", begitulah penggalan lirik yang menggambarkan betapa takan habisnya kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Ibu yang seringkali menjadi garda terdepan yang menjadi tameng yang melindungi anaknya, bahkan seringkali terjadi anak berlaku salahpun ibu tetap membelanya. Namun apa jadinya jika ibu yang seolah malaikat bagi anaknya, justru bak menjadi monster yang membahayakan anaknya?
Mengutip dari bangkapos.com, BELITUNG - Insiden tragis di Desa Membalong, Kabupaten Belitung, di mana seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun diduga membunuh dan membuang bayi yang lahir secara normal di kamar mandi.
Kejadian itu terjadi pada Kamis, 18 Januari 2024, sekitar pukul 21.00 WIB.
Motif dari tindakan mengerikan ini diduga terkait dengan faktor ekonomi, dimana ibu tiga anak tersebut merasa terdesak secara finansial.
Sang suami sangat terkejut karena selama kehamilan, pelaku merahasiakan informasi tersebut baik kepada suami maupun pihak keluarga.
Pihak kepolisian, terutama Jajaran Satreskrim Polres Belitung dengan bantuan Polsek Membalong, bekerja keras untuk mengungkap kasus ini dan menemukan pelaku pembuangan bayi di pondok kebun warga Desa Membalong, Kecamatan Membalong.
Identitas pelaku akhirnya terungkap sebagai seorang ibu rumah tangga berinisial R (38), yang merupakan warga desa setempat.
Bahkan untuk lebih menyakinkan dugaan itu, penyidik meminta dokter melakukan pemeriksaan visum luar dan USG terhadap pelaku.
Sangat naas nasib mu nak selama 9 bulan di kandung ibu setelah terlahir di bunuh dengan kejam, miris memang seharusnya fitrah seorang ibu menjadi ummun warabbatul bayt (penjaga urusan rumah tangga), menjadi pelindung bagi anaknya, namun nyatanya di sistem sekuler ini mampu mengubah fitrah ibu menjadi Malaikat pencabut nyawa (naudzubillaah).
Sebuas-buasnya seekor hewan tidak akan mungkin memangsa anaknya sendiri namun tidak berlaku kepada insan yang di cipatakan Allah dengan kemuliaan yang begitu sempurnanya Allah menciptakan akal untuk manusia berpikir menciptakan hati sebagai naluri untuk melindungi, menjaga mendidik anaknya namun apa mau di kata nyatanya di kehidupan yang semakin modern, maju, demokratis, kejahatan terhadap anak semakin meningkat.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu keluar dari fitrahnya diantaranya beban hidup dan kesulitan ekonomi yang makin meningkat menjadikan seorang ibu menjadi tulang punggung, bahkan tak tanggung-tanggung pekerjaan halal haram mereka lalukan, lebih miris lagi ada yang dengan sukarela menjual harga dirinya, membunuh anaknya demi meringankan perekonomian. Sungguh sistem kapitalis sekuler ini telah merusak fitrah dari seorang ibu (ummun warabbatul bayt dan madrasatul ula bagi anaknya) lantas bagaimana bisa sosok seorang ibu yang rusak mampu mencetak generasi yang berakhlaqul karimah?
Mereka mungkin tidak mengharapkan seperti ini namun karena keterpaksaan hidup di negara yang bersistemkan kapitalis sekuler. Banyak godaan-godaan yang melemahkan keimanan menjadi seorang ibu memang tidaklah mudah, dimana kita dituntut dalam mengurusi rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami oleh karenanya dibutuhkan sekali ilmu karna dengan ilmu kita bisa menguatkan keimanan juga membentengi diri dari hal-hal yang haram serta mampu mencetak generasi yang berakhlaqul karimah.
Peran negara juga tak kalah pentingnya, justru kuncinya disini adalah negara jika negara dapat menjamin kesejahteraan rakyatnya, memenuhi kebutuhan perindividu, menyediakan lapangan pekerjaan bagi para laki-lakinya maka fitrah seorang ibu tidak akan rusak, apabila negeri ini mampu dalam mengelola perekonomian.
Namun karna penerapan sistem yang rusak sehingga pengelolaan perekonomian di kuasai oleh para pemilik modal sehingga yang menikmati hanyalah segelintir elit bukan rakyat yang benar-benar butuh. Maka jadilah seorang ibu menjadi tulang punggung, efeknya banyak ibu-ibu depresi akhirnya membunuh darah dagingnya dengan anggapan bisa meringankan beban hidup.
Berbeda halnya dengan Negara Islam seorang ibu sangatlah di muliakan. Islam memandang peran utama wanita sebagai ibu pengatur rumah tangga dan pengasuh anak-anak, dan laki-laki adalah penjaga dan pencari nafkah bagi keluarganya. Negara Islam berfungsi mengurus urusan ummat sehingga aturan-aturan baik dalam perekonomian maupun sangsi dan lainya dapat tertata, sehingga dapat mencegah perbuatan buruk terjadi.
Maka kehidupan dengan asas aqidah umat senantiasa menguatkan masyarakat dengan keyakian terhadap Alloh, sehingga akan tertanam dalam benak umat keyakinan akan pertolongan Alloh ketika di hadapkan dengan kesulitan. Begitulah rahmat islam yang bukan sekedar mengatur lini ekonomi saja namun menjadi solusi bagi seluruh problematika ummat.
0 Komentar