
Oleh: Alex Syahrudin
Pengamat Politik dan Perubahan
Situasi politik di Indonesia kian memanas, terutama setelah kegagalan Anies maju dalam Pilkada Jakarta akibat pengaruh oligarki dan partai politik. Reaksi warga pun terbagi, sebagian memilih gerakan Golpis (Golongan Pilih Semua), sementara lainnya memilih Golput (Golongan Putih), sebagai bentuk protes terhadap sistem demokrasi yang mereka anggap cacat.
Golput adalah aksi menolak datang ke TPS, sebuah bentuk perlawanan terhadap Pilkada dan Pemilu yang dianggap tidak mewakili aspirasi rakyat. Sementara itu, Golpis adalah upaya datang ke TPS dan mencoblos semua calon, dengan harapan bahwa suara yang rusak dapat mencegah manipulasi hasil pemilihan.
Namun, kedua gerakan ini memiliki kelemahan yang mendasar. Golpis, meskipun bermaksud melawan, tetap melegitimasi Pilkada karena kehadiran mereka dicatat sebagai partisipasi. Bahkan jika semua calon dicoblos, suaranya tetap dihitung sebagai suara tidak sah, bukan suara protes terhadap ketidakadilan. Di sisi lain, Golput, meski lebih berkarakter, juga tidak cukup kuat untuk mengubah sistem yang sudah korup.
Di tengah kebuntuan ini, umat Islam berada di persimpangan jalan. Demokrasi, yang awalnya dipuja sebagai sistem yang mengedepankan kedaulatan rakyat, kini terbukti hanya menjadi alat bagi oligarki dan partai politik untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Rakyat hanya menjadi penonton, terjebak dalam ilusi kedaulatan yang sebenarnya tidak pernah mereka miliki.
Dalam situasi yang semakin buntu ini, jalan keluar tidak mungkin datang dari sistem demokrasi yang sudah rusak. Upaya mendirikan partai politik baru atau merombak sistem dari dalam hanya akan memperpanjang penderitaan rakyat. Sebaliknya, umat Islam perlu mencari solusi yang lebih mendasar, yang keluar dari lingkaran setan demokrasi.
Hizbut Tahrir muncul sebagai alternatif yang menawarkan perubahan sejati. Sebagai partai politik Islam, Hizbut Tahrir tidak bergerak dalam kerangka demokrasi, melainkan memperjuangkan penerapan hukum Allah ï·» melalui dakwah politik. Hizbut Tahrir menolak demokrasi dan mengajak umat untuk kembali pada Syariah Islam secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah.
Perjuangan Hizbut Tahrir mengingatkan kita pada jalan yang ditempuh oleh Rasulullah ï·º dalam mendirikan Negara Islam pertama di Madinah. Dengan dakwah pemikiran dan politik yang konsisten, Hizbut Tahrir berusaha menyadarkan umat Islam akan pentingnya menegakkan Syariah dan Khilafah sebagai satu-satunya solusi untuk mengakhiri kezaliman sistem sekuler yang telah mencengkeram dunia.
Kini, saatnya umat Islam bersatu dan mendukung perjuangan ini. Golput atau Golpis, meski merupakan bentuk protes, tidak akan mampu menghadirkan perubahan yang nyata. Hanya dengan menegakkan Syariah dan Khilafah, umat Islam dapat meraih kembali kejayaan dan keadilan yang hakiki. Saatnya bersatu, melawan sistem yang menindas, dan memperjuangkan kedaulatan Allah ï·» di bumi ini.

0 Komentar