
Oleh: Ummu Naufal
Praktisi Pendidikan
Di era globalisasi ini teknologi semakin maju. Hadirnya internet makin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis, dan lain sebagainya. Tidak dapat dimungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang.
Namun menggunakan media sosial tidaklah mudah dan murah. Harga alat teknologi seperti HP ataupun laptop sebagai sarana medsos masih terbilang mahal. Belum lagi keberadaannya harus didukung dengan akses internet yang memadai baik dari ketersediaannya maupun biayanya. Bagi masyarakat tidak mampu/miskin memiliki alat teknologi yang mahal tentu saja dirasa sangat berat. Apalagi bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, keberadaan internet sulit dijangkau dan belum merata ke seluruh pelosok.
Dilansir dari tribunjabar.id, Rabu (31/7/2024), Bupati Bandung, Dadang Supriatna, menerima penghargaan ke-353 selama masa jabatannya sebagai Bupati Bandung. Penghargaan kali ini diraihnya dalam sebuah acara bertajuk Cita dan Cipta 2024 yang digelar di Hotel Shangrila, Jakarta, Rabu (31/7/2024).
Bupati Dadang menyabet Liputan6 Award dalam kategori Tokoh Inspiratif Pegiat Transformasi Inklusi Digital Pedesaan dan Pembangunan Infrastruktur Pariwisata. Dia dinobatkan sebagai tokoh yang sukses menerapkan program Bedas Wifi Sarerea Digital Service (Bewara DS) yang menyediakan layanan internet gratis di 270 desa dan 10 kelurahan di Kabupaten Bandung.
Ia berharap program layanan internet gratis Bewara DS dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat desa, terutama untuk menunjang pendidikan dan meningkatkan perekonomian desa.
DS juga menambahkan bahwa program ini merupakan upaya untuk membangun SDM berkualitas dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Sebagai informasi, program Bewara DS adalah komitmen Pemkab Bandung untuk menyediakan layanan internet melalui WiFi gratis yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat tanpa perlu menggunakan password.
Layanan ini ditempatkan di area publik seperti taman, kantor Posyandu, pasar, dan area publik lainnya yang mudah diakses masyarakat.
Program Bewara DS yang digagas oleh Bupati Kabupaten Bandung memang patut diacungi jempol. Dengan ini masyarakat di Kabupaten Bandung begitu terbantu dengan layanan internet gratis ini. Karena memang sarana internet dan alat medsos merupakan hal yang penting dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Media sosial menjadi bagian yang tidak mudah dipisahkan dari aktivitas kehidupan semua orang. Pelajar, mahasiswa, pegawai kantoran, pebisnis, bahkan ibu rumah tangga sekalipun sangat membutuhkan media sosial dalam kesehariannya
PR Pengurusan Rakyat Masih Banyak
Sangat ironis ketika kebutuhan WiFi dipenuhi, ternyata masih banyak hal lain yang semestinya lebih mendapatkan perhatian. Fakta mengatakan bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Bandung masih belum tuntas. Pada tiga tahun terakhir, tahun 2021 tercatat 7,15%, 2022 6,8% dan 2023 6,6%.
Dalam bidang pendidikan, indeks kemajuan pendidikan di Kabupaten Bandung terbilang masih rendah. Beberapa indikator penunjang pendidikan masih banyak yang kurang dan bermasalah.
PR lainnya adalah dalam bidang ketahanan pangan. Indeks Ketahan Pangan (IKP) Kabupaten Bandung tahun 2020 79, 08. Daya beli rumah tangga pun tercatat menurun. Tentu hal ini akan berdampak pada kurang terpenuhinya asupan gizi bagi warga, khususnya pada anak dan ibu hamil.
Berikutnya prevalensi stunting. Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Kabupaten Bandung masih memiliki prevalensi stunting 31,1%. Angka ini melambung jauh di atas rata-rata prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat yang mencapai 24,5%.
Hal-hal di atas ini menjadi parameter kalau masyarakat belum sejahtera. Tentu lebih urgent untuk menyelesaikan persoalan ini terlebih dahulu.
Di sisi lain banyaknya penghargaan yang didapat oleh penguasa jika tidak sampai mampu mengurusi semua urusan rakyatnya yang urgent, maka bukanlah prestasi yang dibanggakan. Jangan sampai prestasi berupa penghargaan terus dikejar, terlebih hanya ditujukan agar mendapat dukungan kembali di ajang pilkada berikutnya. Mengurus rakyat itu wajib murni dalam rangka menjalankan amanah demi meraih ridha-Nya.
Butuh Totalitas
Seorang pemimpin mempunyai amanah dalam mengurus rakyatnya. Segala macam keperluan rakyat menjadi tanggung jawab pemimpinnya. Tidak cukup hanya perhatian WiFi gratis, ternyata masyarakat perlu perhatian secara totalitas, baik dari segi sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, maupun keamanan.
Jika mau ditelisik lebih mendalam, problem utama kesejahteraan masyarakat yang tidak merata hingga melahirkan bermacam-macam masalah adalah akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler, yakni sistem ekonomi dan politik yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Tujuan sistem ekonomi yang kapitalistik juga mendorong semua elemen yang terlibat di dalamnya hanya memikirkan kesejahteraan diri sendiri, bukan kesejahteraan rakyat.
Dalam sistem ini setiap individu atau swasta boleh dengan bebas memiliki kepemilikan terhadap benda, bisnis, modal, dan prinsip transaksi yang hanya berstandar pada aspek saling menguntungkan saja. Timbul persaingan yang tinggi dalam meraih keuntungan. Sehingga seringnya pemodal yang kuat menguasai masyarakat yang lemah, bahkan bisa juga kelompok yang kuat menguasai yang lemah. Pemerintah cenderung menempatkan diri hanya sebagai regulator. Akhirnya yang timbul adalah ketidak-adilan dalam distribusi kekayaan.
Dalam sistem demokrasi sekuler, penguasa tak membawa agama dalam ranah berpolitik dan bernegara. Maka dari itu pelaksanaan amanah mengurus rakyat dan pemerintahan tak melibatkan halal haram dan bagaimana agama memandang. Yang dikedepankan lebih pada pencapaian hal-hal yang bersifat duniawi, jabatan salah satunya.
Totalitas Pengurusan Rakyat dalam Sistem Islam
Berbeda dengan sistem Islam, dimana penguasa adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Negara hadir sebagai pelaksana dalam pelayanan pengurusan seluruh rakyat. Negara adalah ra’in (pengembala) dan junnah (perisai/pelindung).
Rasullullah ï·º bersabda, “Imam/khalifah adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)
Negara dalam sistem Islam bertanggung jawab atas penyediaan sarana dan prasarana, juga konsep tata kelola masyarakat. Negara tidak menyerahkan urusannya kepada rakyat itu sendiri. Meskipun demikian, rakyat tetap diberi kesempatan untuk hadir berkontribusi saling membantu dan mendukung dengan warga yang lainnya dalam menggapai kemajuan dan kesejahteraan.
Adapun persoalan biaya sarana dan kebutuhan rakyat, penguasa (negara) mengatur anggaran secara tersentral. Dimana seluruh biaya bisa diambil dari Baitulmal (lembaga keuangan negara) yang bersumber dari fai dan kharaj, serta pos kepemilikan umum. Dengan sistem pendanaan ini, negara mampu memenuhi seluruh kebutuhan rakyat dan menjamin pemerataannya ke seluruh wilayah. Fasilitas publik dan keberlangsungannya akan berjalan dengan baik tanpa ada kericuhan.
Islam menetapkan sarana layanan publik menjadi hak setiap warga negara. Atas dasar itu negara wajib memberikan pelayanan terbaik, di antaranya:
Pertama, memberikan semua fasilitas kepada masyarakat, seperti kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan sandang, pangan, papan. Juga menyelenggarakan urusan pendidikan, kesehatan, dan keamanan agar dapat dinikmati gratis.
Kedua, menyiapkan tenaga ahli di berbagai bidang, dimana yang bersangkutan juga memiliki kepribadian Islam yang kokoh. Negara sangat memuliakan peran para ahli dengan memberikan gaji yang memadai dengan tunjangan berikut fasilitasnya, sehingga mampu menyejahterakan mereka beserta keluarganya.
Ketiga, menerapkan aturan syariat Islam pada seluruh kehidupan supaya semua aturan tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang buruk. Hal ini dilakukan bertujuan mencetak generasi berkepribadian Islam.
Itu semua hanya dapat dilakukan oleh negara yang memiliki landasan yang benar sesuai arahan syariat. Pemerataan kebutuhan rakyat akan dimaksimalkan oleh negara, bahkan akan menindak tegas jika ditemukan oknum yang melanggar hak masyarakat dalam berbagai hal. Betapa luar biasanya sistem Islam.
Wallahualam bissawab.
0 Komentar