BENARKAH KITA ITU SAMA?


Oleh: Ela Laelasari
Muslimah Peduli Umat

Viral, Disalah satu platform media sosial, potongan video yang menampakan Imam besar Masjid Istiqlal Nasrudin Umar yang bertemu dengan paus fansiskus beberapa hari lalu, Nasrudin mengatakan bahwa kemanusiaan itu adalah satu, tidak ada bedanya antara yang satu dengan yang lainnya. kemudian ia menyisir Quran Surat Al Isra ayat 70. "Dan Sesungguhnya Allah telah memuliakan Bani Adam .....". Ayat tersebut ia jadikan sebagai dalil untuk melandasi pernyataannya. "Allah memuliakan anak cucu Adam. Apapun agamanya, etniknya, warga negaranya, jenis kelaminnya kita sama semuanya". Ujarnya.

Pernyataan "kita adalah sama" tentu memunculkan pertanyaan Benarkah muslim dan non muslim adalah sama? Dikarenakan Nasarudin beragama Islam, sedangkan paus adalah seorang Katolik. Kita perlu menelaah tafsir dari Al-Qur'an surat al-isra ayat 70 terlebih dahulu, karena ayat inilah yang ia pakai sebagai argumentasi untuk sampai pada kesimpulan bawah muslim dan non muslim adalah sama.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman "Sesungguhnya kami telah memuliakan anak cucu Adam dan kami angkat mereka di darat dan di lautan kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna" (TQS. al-isra ayat 70).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kemuliaan manusia terletak pada penciptaan manusia dalam bentuk terbaik dan dibekali akal, akal menjadi alat untuk meraih ilmu, pengetahuan, kemajuan dan peradaban. Penggunaan akal yang bijak dan bertanggung jawab adalah kunci bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ayat tersebut membicarakan kemuliaan manusia dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Para ahli tafsir bersepakat bahwa manusia diciptakan dengan berbagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Allah memberikan berbagai kelebihan kepada manusia yakni akal, untuk berpikir, fisik yang tegak untuk beraktivitas, serta kebebasan berkehendak. Manusia juga diberi kemudahan untuk hidup di muka bumi. Dengan demikian, tidaklah tepat pernyataan Nasrudin tadi yang menyatakan dirinya muslim dengan paus yang non muslim, sebab konteks Ayat tersebut bukanlah tentang Muslim dan non muslim atau manusia dengan manusia lainnya. Akan tetapi konteksnya adalah pembandingan manusia dengann makhluk selain manusia.

Kedudukan muslim dan non muslim tentunya sangat berbeda. Muslim adalah penganut agama yang benar, Sedangkan non muslim adalah penganut agama yang salah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan mereka non muslim dengan kata "kafir" dan menjelaskan kedudukan mereka di akhirat kelak dalam dalam banyak ayat Al-Qur'an salah satunya dalam Quran surat al-bayyinah ayat 6 yang artinya "Sungguh orang-orang yang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang musyrik akan masuk ke neraka jahanam mereka kekal di dalamnya selama-lamanya mereka itu adalah sejahat-jahatnya makhluk".

Sekalipun manusia diciptakan dengan kesamaan, Yakni dengan diberikannya sebaik-baik bentuk dan potensi akal, akan tetapi manusia akan memiliki kedudukan yang berbeda di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala tergantung ketakwaannya. Orang yang bertaqwa tentu memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada yang tidak bertakwa orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya serta tunduk dan patuh pada seluruh perintah dan larangan-larangannya pasti lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beriman dan melaksanakan segala perintah-Nya.

Menghormati non muslim selama mereka tidak memusuhi dan menyerang umat Islam tentunya merupakan bagian dari dari ajaran Islam. Namun, menghormati non muslim tidak boleh dilakukan dengan menganggap muslim sama dengan mereka. Sangat disayangkan toleransi yang kebablasan ala moderasi beragama telah meracuni pikiran bahkan seorang imam besar hingga menjadikan agama sesuai prasangka dan perasaannya, ia larut dalam perasaan yang jelas-jelas salah ketika menganggap Islam sama dengan agama lainnya. Dan umat Islam sama dengan umat yang lainnya.

Sungguh hanya Islam agama yang benar yang diridhoi Allah Subhanahu wa ta'ala, dari sejak dahulu, sekarang, hingga akhir zaman nanti. Hanya umat Islam pula lah yang berhak mendapatkan ridho dan jannah-Nya insya Allah.

Wallohua'lam bisshowab

Posting Komentar

0 Komentar