CINTA INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Oleh: Hamzah Al Fatih
Penulis Lepas

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, pembaca yang dirahmati Allah. Kali ini kita akan membahas topik menarik dari buku Ustaz Ismail Yusanto, Tapak Dakwah Menyemai Perjuangan Melanjutkan Kehidupan Islam. Topiknya adalah mengenai Cinta Indonesia, sebuah tema yang sering diperdebatkan, terutama ketika berkaitan dengan dakwah dan penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh).

Seringkali, gerakan atau aktivis yang memperjuangkan penerapan syariat Islam dituduh tidak cinta Indonesia. Seolah-olah, menerapkan ajaran Islam dianggap sebagai ancaman bagi negara. Namun, bagaimana sebenarnya kita memandang cinta terhadap Indonesia ini?

Ustaz Ismail Yusanto menegaskan bahwa cinta adalah keinginan agar yang dicintai menjadi baik, bukan buruk. Seseorang yang benar-benar mencintai negaranya tentu ingin melihat negara itu menjadi lebih baik, bukan justru membiarkannya terjebak dalam masalah. Bagi seorang Muslim, kebaikan itu hanya bisa diraih dengan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Allah ï·». Ustaz Ismail menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi Indonesia sebenarnya berakar dari tidak diterapkannya syariat Allah dalam mengatur negeri ini.

Dalam keyakinan Islam, Allah ï·» adalah pencipta alam semesta yang menurunkan aturan untuk kebaikan seluruh makhluk-Nya. Oleh karena itu, aturan-aturan Allah, termasuk syariat, pasti akan membawa kebaikan, bukan keburukan. Dengan menerapkan syariat, kita sedang berusaha untuk memperbaiki negara ini, dan itu adalah bentuk cinta yang sejati terhadap Indonesia.

Sebagai contoh, sistem ekonomi ribawi yang diterapkan di banyak negara, termasuk Indonesia, telah terbukti menimbulkan berbagai masalah. Banyak riset menunjukkan bahwa sistem riba menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, di mana negara yang menggunakannya akan mengalami krisis secara berulang. Indonesia, misalnya, mengalami lebih dari 20 krisis ekonomi dalam 100 tahun terakhir, yang membuktikan bahwa sistem ribawi ini tidak baik bagi negara.

Jadi, ketika kita memperjuangkan syariat Islam, sesungguhnya kita sedang memperjuangkan solusi yang sudah terbukti baik secara empiris dan berdasarkan keyakinan kita sebagai Muslim. Ini adalah bukti nyata cinta terhadap Indonesia. Ustaz Ismail bahkan menambahkan bahwa mereka yang mempertahankan sistem sekularisme dan kapitalisme sebenarnya yang tidak benar-benar mencintai negeri ini, karena sistem-sistem tersebut hanya akan memperburuk keadaan negara.

Ustaz Ismail juga mengutip contoh dari Nabi Muhammad ï·º, yang sangat mencintai Makkah, tempat kelahirannya. Namun, ketika Allah memerintahkannya untuk meninggalkan Makkah, Nabi mengikuti perintah tersebut karena ketaatan kepada Allah adalah bentuk cinta yang paling tinggi. Jadi, cinta kepada negara harus sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Allah, bukan cinta yang buta dan hanya berdasarkan emosi.

Dalam konteks Indonesia, meskipun mayoritas penduduknya adalah Muslim, penerapan Islam masih sering ditolak. Ini menunjukkan adanya masalah dalam cara berpikir sebagian masyarakat yang justru lebih menerima hukum peninggalan kolonial daripada hukum Islam. Namun, dalam jangka panjang, hanya dengan penerapan syariat Islam, negeri ini akan mencapai kebaikan yang hakiki.

Posting Komentar

0 Komentar