
Oleh: Zaid Fatih
Penulis Lepas
Belakangan ini, nama Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi, tengah menjadi sorotan publik. Bukan hanya karena pencalonannya sebagai Cawapres mendampingi Prabowo Subianto, namun juga terkait dugaan keterlibatannya dengan akun kontroversial bernama FUFUFAFA. Akun ini ramai diperbincangkan karena sejumlah komentar yang dinilai sadis, jorok, dan sarkastis, yang secara signifikan merusak citra Gibran di mata publik.
Fenomena ini dianggap sebagai ancaman bagi kelangsungan dinasti politik keluarga Jokowi. Skandal akun FUFUFAFA tidak hanya menyerang nama baik Gibran, tetapi juga memperburuk posisi politiknya. Sebagai calon wakil presiden, kasus ini dapat menjadi penghambat serius yang mengancam posisinya dalam kancah politik nasional.
Klarifikasi yang Membebani
Berbagai upaya untuk mengklarifikasi keterkaitan Gibran dengan akun FUFUFAFA justru semakin memperkeruh suasana. Contoh terbaru adalah pernyataan dari Menkominfo Budi Arie Setiadi, yang menyatakan bahwa akun FUFUFAFA bukan milik Gibran. Namun, klarifikasi ini dinilai tidak relevan dan malah memperkuat kecurigaan publik. Seperti pepatah, semakin ular melilit gergaji, semakin ia terluka dan berdarah.
Berikut beberapa alasan mengapa klarifikasi ini justru semakin membebani Gibran:
- Klarifikasi Tidak Tepat Sasaran: Yang seharusnya memberikan klarifikasi adalah pemilik akun, bukan pihak luar seperti Menkominfo. Budi Arie tidak memiliki keterkaitan langsung dengan akun tersebut, sehingga pernyataannya tidak berdaya di mata publik.
- Kredibilitas Diragukan: Budi Arie bukanlah seorang ahli di bidang IT. Perannya sebagai Menkominfo karena dukungannya terhadap Jokowi, dan klarifikasi yang ia berikan dianggap bias, karena posisinya sebagai bagian dari pemerintahan Jokowi.
- Keterlibatan Jokowi: Karena Gibran adalah putra Presiden, Budi Arie dinilai memiliki kepentingan untuk melindungi keluarga Jokowi. Jika akun FUFUFAFA tidak dikaitkan dengan Gibran, klarifikasi tersebut tidak akan pernah muncul.
- Tindakan yang Mencurigakan: Akun FUFUFAFA baru-baru ini kedapatan menghapus sekitar 2.100 postingan setelah viral di media sosial. Ini memunculkan pertanyaan di kalangan netizen: Jika akun itu tidak terkait Gibran, mengapa ada kepanikan dan penghapusan postingan?
Netizen vs Dinasti Politik
Kasus ini memberikan pelajaran besar bagi mereka yang mencoba melawan netizen. Seperti perumpamaan ular melilit gergaji, semakin seseorang mencoba melawan netizen, semakin mereka akan terluka. Netizen dikenal kritis dan tajam dalam mengungkap kebenaran, dan upaya menutupi atau membela diri dari kritik mereka justru dapat memperburuk situasi.
Dalam kasus Gibran, keterlibatan akun FUFUFAFA dan segala upaya klarifikasi yang dilakukan tampaknya hanya menambah beban bagi dirinya dan keluarganya. Jika masalah ini terus berkembang, bukan tidak mungkin dinasti politik yang dibangun oleh Jokowi akan runtuh. Skandal ini bisa saja menjadi akhir dari perjalanan politik Gibran, dan sekaligus menutup peluang keluarga Jokowi untuk tetap berada di puncak panggung politik nasional.
Situasi ini menjadi bukti bahwa di era digital, reputasi dapat hancur sekejap mata jika tidak dikelola dengan bijaksana. Melawan netizen, seperti yang terjadi pada Gibran, hanya akan mempercepat keruntuhan dinasti politik yang selama ini mereka bangun.
0 Komentar