JOKOWI TAKUT ATAS TUNTUTAN RAKYAT JELANG AKHIR MASA JABATANNYA?


Oleh: Rika Dwi Ningsih
Penulis Lepas

Menjelang akhir masa jabatannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin sering dikabarkan melakukan perjalanan keliling daerah. Beredar kabar bahwa Jokowi akan bekerja di Ibu Kota Nusantara (IKN) selama 40 hari, namun ketika dikonfirmasi oleh wartawan, ia membantah. Jokowi menegaskan bahwa dirinya hanya berkeliling daerah, bukan menetap di IKN.

Namun, tidak semua daerah menyambutnya dengan tangan terbuka. Salah satu penolakan keras datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di mana massa yang tergabung dalam Aksi Gerakan Rakyat Indonesia Berdaulat dengan tegas meminta Jokowi tidak lagi menginjakkan kaki di sana. Penolakan ini menggambarkan gelombang keresahan yang mulai meluas terhadap kepemimpinannya di beberapa wilayah Indonesia.

Jika fenomena ini terus berkembang dan semua daerah menolak kedatangannya, kemungkinan besar hanya IKN yang akan menjadi tempat berlindung bagi Jokowi. Sayangnya, IKN sendiri dihadapkan pada masa depan yang suram, di mana banyak pihak menyebutnya sebagai "kota hantu" yang akan segera kosong jika tidak ada dukungan kuat. Di sisi lain, pengamat politik berspekulasi bahwa Jokowi mungkin masih merancang skenario untuk menggagalkan pelantikan Prabowo Subianto sebagai presiden berikutnya. Status Ibu Kota Jakarta yang kini berubah menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) sementara IKN belum resmi ditetapkan sebagai ibu kota dinilai sebagai taktik untuk memperlambat proses pelantikan.

Situasi ini semakin memperkeruh keadaan, terutama dengan munculnya sorotan publik terhadap keluarga Jokowi. Putranya, Kaesang, dikritik karena memamerkan kemewahan, sementara akun FUFUFAFA yang dikaitkan dengan putra lainnya, Gibran, juga menjadi bahan perbincangan. Hubungan Jokowi dengan lingkaran dekatnya juga disebut semakin renggang, di mana beberapa di antaranya dikabarkan mulai menjaga jarak, bahkan siap untuk menyelamatkan diri dari potensi krisis yang dihadapi setelah lengser.

Yang memperburuk keadaan, ada tuntutan kuat dari masyarakat yang menuntut agar Jokowi diadili pasca-lengser. Tekanan ini datang hanya beberapa bulan sebelum masa jabatannya berakhir, semakin membuat posisi Jokowi terjepit. Tuntutan rakyat agar Jokowi segera turun dari jabatannya sebelum Oktober 2024 kian menguat, membuat suasana politik semakin tegang.

Di sisi lain, euforia masyarakat terus meningkat seiring dengan mendekatnya masa lengser Jokowi. Sorak-sorai mahasiswa dan rakyat yang selama ini merasa dirugikan oleh kebijakan-kebijakannya semakin lantang terdengar. Kegembiraan ini juga disertai tuntutan agar Jokowi segera melepaskan kekuasaan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.

Ketakutan Jokowi mencerminkan semakin dekatnya akhir dari masa jabatannya yang penuh kontroversi. Ia kini berada dalam situasi yang sulit, dengan kekuasaan yang kian lemah dan dinasti politik yang terlalu rapuh untuk menopang atau melindungi dirinya dari tuntutan hukum yang mungkin muncul setelah ia tak lagi menjabat.

Rakyat kini lebih berani bersuara, menyadari bahwa kekuasaan Jokowi semakin tidak berdaya. Pesta rakyat yang akan merayakan berakhirnya era Jokowi semakin mendekat. Perayaan atas tumbangnya rezim yang dianggap penuh dengan kesewenang-wenangan akan segera dimulai, diiringi dengan kebahagiaan besar dari mereka yang merasa dirugikan oleh kebijakannya.

Posting Komentar

0 Komentar