
Oleh: Darul Al Fatih
Penulis Lepas
Dalam dunia demokrasi, kita seringkali dihadapkan pada realitas yang mengecewakan. Salah satunya adalah kesulitan untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar adil dan bijaksana. Sistem demokrasi yang berlandaskan pada prinsip "one man, one vote" atau satu orang satu suara, sering kali dianggap sebagai cara yang paling adil dalam memilih pemimpin. Namun, di balik itu, muncul pertanyaan besar: benarkah suara setiap individu, tanpa memandang moral dan integritasnya, memiliki nilai yang sama?
Ilustrasinya sederhana: suara seorang preman, yang mungkin hidupnya dipenuhi dengan keburukan, dianggap sama dengan suara seorang ustadz yang selalu berusaha hidup dengan penuh ketaatan kepada Allah. Demikian juga, suara seorang koruptor yang menggerogoti uang negara dianggap setara dengan suara seorang ulama yang setiap hari menyerukan kebenaran. Dalam pandangan Islam, tentunya hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan.
Demokrasi dan Perjuangan Islam
Lebih jauh lagi, demokrasi telah membentuk batasan yang ketat terhadap penerapan Islam dalam ranah publik. Saat seseorang berusaha membawa nilai-nilai Islam ke dalam politik, sering kali ia langsung dicap sebagai pelaku politik identitas, sesuatu yang dianggap tabu dalam tatanan demokrasi sekuler. Islam, yang mengajarkan prinsip-prinsip yang mulia, justru sering dianggap sebagai ancaman dalam sistem ini. Berbicara tentang penerapan syariah sering kali langsung dihubungkan dengan intoleransi, sementara perjuangan untuk menegakkan Khilafah dianggap sebagai radikalisme.
Di sisi lain, demokrasi memberikan hak kepada manusia untuk membuat hukum, yang dalam praktiknya berarti bahwa suara rakyat disamakan dengan suara Tuhan. Padahal, dalam Islam, kedaulatan hukum sepenuhnya milik Allah. Ini menjelaskan mengapa beberapa ulama dan pemikir Islam menyatakan bahwa demokrasi bisa dikategorikan sebagai ide yang musyrik, karena menggeser hak Allah dalam menetapkan hukum kepada manusia.
Mengapa Masih Bertahan pada Demokrasi?
Jika demokrasi secara fundamental tidak akan merestui penerapan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh), lalu mengapa kita terus terjebak dalam siklus yang sama? Mengapa kita terus tergoda untuk ikut serta dalam pesta demokrasi, dengan harapan bahwa hal itu akan memperjuangkan kepentingan Islam? Kenyataannya, demokrasi sering kali menjadi alat untuk menjauhkan umat Islam dari tujuan utama mereka: menerapkan hukum Allah di bumi.
Islam adalah sistem yang sempurna, termasuk dalam hal metode perjuangannya. Nabi Muhammad ﷺ telah memberikan contoh yang jelas tentang bagaimana umat Islam harus berjuang. Beliau menempuh jalan umat (thariqul ummah), yang bukan hanya sekadar perjuangan individu, tetapi membangun kesadaran kolektif umat untuk menegakkan dan membela Islam. Umat yang paham tentang agamanya akan menyadari bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dalam Islam, mereka akan menetapkan mafahim (persepsi), maqayis (standar amal), dan qanaat (keyakinan) mereka berdasarkan ajaran Islam.
Kesempurnaan Hukum Allah
Islam mengajarkan bahwa hukum terbaik adalah hukum Allah, bukan hukum buatan manusia. Allah ﷻ berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)? (QS. Al-Maidah [5]: 50)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak ada hukum yang lebih adil dan sempurna selain hukum Allah. Namun, dalam sistem demokrasi yang ada saat ini, hukum Allah sering kali dikesampingkan dan digantikan dengan hukum buatan manusia yang penuh dengan kelemahan.
Ilustrasi Perbandingan Demokrasi dan Islam
- Demokrasi: Mengandalkan suara rakyat dalam pembuatan hukum, tanpa memandang nilai moral dan religiusitas.
- Islam: Menegaskan bahwa kedaulatan hukum hanya milik Allah, dengan hukum-Nya yang sempurna dan adil.
- Demokrasi: Menyamaratakan semua suara, meskipun ada perbedaan besar dalam moral dan integritas.
- Islam: Menghargai dan membedakan berdasarkan ketakwaan, di mana suara seorang yang bertakwa lebih berat daripada mereka yang hidup dalam keburukan.
- Demokrasi: Sering kali menjauhkan umat dari penerapan syariah dengan dalih kebebasan dan pluralisme.
- Islam: Mengajak umat untuk sepenuhnya tunduk pada hukum Allah, yang membawa kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, umat Islam seharusnya mulai memikirkan kembali posisi mereka dalam sistem demokrasi. Sudah saatnya untuk kembali kepada Islam secara total, dengan menegakkan syariah dan meninggalkan sistem yang jelas-jelas tidak sejalan dengan ajaran Islam.
0 Komentar