DUNIA MULAI BERUBAH DENGAN HANCURNYA STANDAR PALSU KEADILAN BARAT


Oleh: Ustadz Amir Abu Ar-Rish
Jurnallis Tanah yang Diberkahi (Palestina)

Dunia tidak pernah menyaksikan seorang tokoh dari kalangan Barat menjadi target penangkapan dari International Criminal Court (ICC). Biasanya, mereka yang menjadi buronan adalah individu yang dikategorikan oleh Barat sebagai penjahat, baik karena masa manfaatnya telah habis atau untuk menjaga citra Barat di mata dunia. Sebagai contoh, meskipun pasukan internasional bersekutu dengan Serbia dalam pembantaian umat Muslim di Bosnia, Barat tetap mengadili Slobodan Milosevic atas kejahatan perangnya. Demikian pula dengan Omar Al-Bashir, yang meskipun berjasa besar dalam membantu Barat memecah Sudan, ICC tetap menjadikannya target Pengadilan Kriminal Internasional.

Selama ini Barat memosisikan dirinya sebagai tolok ukur keadilan global. Siapa yang dinyatakan bersalah oleh Barat adalah penjahat, dan siapa yang dibebaskan adalah pihak yang tidak bersalah atau setidaknya dibiarkan tanpa hukuman. Sangat jarang terjadi orang-orang dari kalangan Barat dapat diadili sebagai penjahat perang oleh hukum ini karena mereka memiliki hak istimewa untuk berada di atas hukum yang dibuatnya sendiri, termasuk di luar jangkauan pengadilan yang mereka dirikan atas nama hukum dan lembaga internasionalnya.

Namun, perubahan mencolok terjadi pada keputusan mereka untuk menangkap Perdana Menteri entitas Zionis, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Perangnya, Yoav Gallant. Perubahan ini terjadi bukan pada institusi pengadilan itu sendiri, atau bahwa pengadilan tersebut akan berlaku adil terhadap umat Islam. Tapi yang berubah adalah fakta bahwa keburukan tindakan entitas Yahudi kini tak lagi dapat disembunyikan. Mengabaikan kejahatan mereka di tengah opini publik global hanya akan membuat siapa pun yang mendukung mereka ikut dianggap sebagai penjahat.

Opini publik dunia telah mengguncang nilai-nilai Barat yang selama ini diklaim sebagai simbol kemajuan, keadilan, dan kemanusiaan. Kini, nilai-nilai tersebut dipertanyakan, bahkan di pusat peradaban Barat itu sendiri. Jika nilai-nilai itu runtuh di tempat kelahirannya, apa yang akan tersisa? Apalagi kini ada pesaing kuat yang tak terbendung mulai bangkit kembali sebagai peradaban yaitu Islam. Agama yang selama ini dicap oleh Barat sebagai agama yang kejam dan penuh darah kini menjadi bahan kajian serius jutaan orang di Barat. Mereka mulai mencari pemahaman tentang Islam setelah menyaksikan keteguhan dan keberanian rakyat Gaza dalam menghadapi kebiadaban entitas Yahudi, yang bersumber dari nilai-nilai Barat itu sendiri.

Namun, meski situasi ini begitu jelas, entitas Yahudi yang dikenal sebagai pembunuh para nabi bersama sekutu mereka, Amerika Serikat, tetap bertahan dalam keyakinan superioritas mereka sebagai ras dan peradaban yang lebih tinggi. Mereka menganggap tuntutan untuk menangkap pemimpin Zionis sebagai tindakan yang "tidak sopan" dan "antisemitisme." Narasi yang penuh kebohongan ini kini telah runtuh dan tak lagi dipercaya dunia.

Zionis mengklaim bahwa pembunuhan, kelaparan, pengusiran, dan perampasan tanah adalah hak yang sah atas nama agama, ras, dan keunggulan mereka. Namun, sejatinya, Barat telah lebih dulu melakukannya sejak lama, mulai dari inkuisisi, pembantaian penduduk asli Amerika, hingga perbudakan di Afrika.

Namun, mentalitas ini kini mulai menggerogoti fondasi mereka sendiri. Ketika dunia menyadari bahwa peradaban Barat telah menciptakan penderitaan, pertumpahan darah, dan kejahatan yang tak dapat diterima, akan muncul dorongan global untuk mencari cara hidup baru yang lebih manusiawi.

Adapun terkait keputusan tersebut, terlepas dari siapa yang mengeluarkannya, apakah dapat dilaksanakan atau tidak, ada satu pelajaran penting bagi umat Islam. Penangkapan atau pengusiran para penjahat Zionis tidak datang dari penguasa Muslim, meskipun seharusnya merekalah pihak yang paling dekat dengan umat. Sebaliknya, beberapa dari mereka justru mungkin mengutuk keputusan tersebut, menunjukkan keberpihakan mereka terhadap Zionis.

Namun, keputusan ini tetap mengajarkan bahwa ketika umat Islam membebaskan tanah Palestina dari tangan Zionis, dunia akan melihat pembebasan ini sebagai sebuah keadilan.

Dunia sedang bergerak menuju perubahan besar. Bumi tengah bersiap untuk dipenuhi dengan keadilan Islam setelah sekian lama dipenuhi dengan ketidakadilan kapitalisme Barat. Bahkan, banyak orang non-Muslim mulai memahami bahwa masa depan dunia adalah milik peradaban Islam.

Posting Komentar

0 Komentar