KELUARGA EPISODE 8: PELAJARAN DARI SENJA


Oleh: Diaz
Subscriber Budi Ashari Official

Dalam podcast Ustadz Budi Azhari ini, kita diajak untuk merenungkan makna senja, umur, dan cahaya keturunan melalui kisah Nabi Adam Alaihissalam. Episode ini tidak hanya menyuguhkan cerita yang mendalam, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan, hubungan orang tua dan anak, serta pentingnya menjaga cahaya iman dalam diri.


Senja: Tanda Pergantian Waktu

Ustadz Budi Azhari memulai pembahasan dengan mengungkap keindahan senja, yang sering menjadi inspirasi dalam puisi, lagu, dan karya sastra. Senja, dengan langit yang memerah, menjadi pertanda pergantian siang menuju malam. Ini adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang mengatur pergiliran waktu. “Senja mengingatkan kita bahwa segala sesuatu memiliki akhir, termasuk kehidupan kita di dunia,” ujar Ustadz Budi.

Senja juga menjadi simbol transisi, di mana cahaya siang mulai redup dan malam akan segera tiba. Ini mengingatkan kita bahwa hidup manusia pun memiliki fase-fase tertentu, dari terang menuju gelap, dan akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.


Kisah Nabi Adam: Ayah yang Memberikan Umur untuk Anaknya

Ustadz Budi kemudian mengisahkan tentang Nabi Adam Alaihissalam, yang memiliki usia panjang hingga 1000 tahun. Namun, yang menarik adalah bagaimana Nabi Adam memberikan sebagian umurnya kepada keturunannya, Nabi Daud Alaihissalam. Kisah ini diriwayatkan dalam hadis sahih oleh Imam Tirmidzi.

Ketika Allah menciptakan Adam, seluruh keturunannya, termasuk kita, dikeluarkan dari tulang sulbi (tulang belakang) Adam. Setiap keturunan Adam memiliki tanda cahaya di antara kedua matanya, yang menandakan fitrah manusia yang suci. Namun, Nabi Daud memiliki cahaya yang paling terang di antara semua keturunan Adam. Melihat hal ini, Nabi Adam meminta kepada Allah untuk memberikan 40 tahun dari umurnya kepada Nabi Daud. Allah mengabulkan permintaan ini, sehingga umur Nabi Adam berkurang dari 1000 tahun menjadi 960 tahun.

Ini adalah bentuk cinta dan pengorbanan seorang ayah kepada anaknya,” jelas Ustadz Budi. Nabi Adam rela memberikan sebagian umurnya, sesuatu yang sangat berharga, demi kebahagiaan keturunannya.


Cahaya di Wajah: Tanda Kebaikan dan Kebahagiaan

Ustadz Budi juga menjelaskan makna cahaya di antara kedua mata, yang menjadi tanda fitrah manusia. Cahaya ini bisa menjadi indikator kebahagiaan dan kebaikan seseorang. “Orang tua seharusnya bisa melihat apakah anaknya bercahaya atau tidak. Jika cahayanya redup, mungkin ada masalah dalam hidupnya,” ujarnya.

Cahaya di wajah juga menjadi simbol wibawa dan ketulusan. Nabi Muhammad ï·º, misalnya, memiliki wajah yang begitu bercahaya sehingga para sahabat tidak mampu menggambarkannya. Ini menunjukkan bahwa cahaya di wajah bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga mencerminkan kualitas spiritual dan emosional seseorang.


Pelajaran untuk Orang Tua: Memberikan yang Terbaik untuk Anak

Kisah Nabi Adam memberikan pelajaran berharga bagi para orang tua. Seorang ayah atau ibu rela memberikan yang terbaik, bahkan yang paling berharga dalam hidupnya, untuk kebahagiaan anaknya. “Umur adalah hal yang paling berharga. Memberikan umur kepada anak adalah bentuk cinta yang tulus,” kata Ustadz Budi.

Namun, Ustadz Budi juga mengingatkan bahwa sebagai orang tua, kita harus memastikan bahwa anak-anak kita tumbuh dengan cahaya iman yang terang. “Anak-anak kita adalah generasi penerus. Mereka harus bercahaya, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual,” tegasnya.


Senja Kehidupan: Mempersiapkan Generasi Penerus

Ustadz Budi mengakhiri pembahasan dengan mengingatkan bahwa setiap manusia pasti akan melalui senja kehidupannya. “Seperti senja, hidup kita akan berakhir. Tugas kita adalah memastikan bahwa cahaya kita tidak padam, tetapi diteruskan oleh generasi berikutnya,” ujarnya.

Senja mengajarkan kita untuk mempersiapkan generasi penerus yang lebih baik. “Jangan sampai cahaya kita putus. Pastikan bahwa besok pagi, matahari akan terbit lebih terang daripada kita,” pesan Ustadz Budi.

Posting Komentar

0 Komentar