KELUARGA EPISODE 9: ZIKIR DAN ILMU


Oleh: Diaz
Subscriber Budi Ashari Official

Dalam podcast, Ustadz Budi Azhari membahas topik yang menarik tentang keseimbangan antara zikir dan ilmu dalam kehidupan seorang Muslim. Beliau mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kedua hal ini harus berjalan beriringan agar kita bisa menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi dengan baik. Podcast ini penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga, terutama tentang bagaimana kita harus menyeimbangkan antara ibadah hati (zikir) dan pengembangan akal (ilmu).


Malaikat, Manusia, dan Tugas Khalifah

Ustadz Budi memulai pembahasannya dengan mengutip kisah penciptaan Nabi Adam. Ketika Allah mengumumkan akan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, malaikat sempat bertanya, "Mengapa Engkau hendak menciptakan makhluk yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami selalu bertasbih memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" (QS. Al-Baqarah: 30).

Menariknya, Ustadz Budi menjelaskan bahwa pertanyaan malaikat ini bukanlah bentuk protes, melainkan murni rasa ingin tahu. Malaikat, sebagai makhluk yang selalu taat dan bertasbih, tidak bisa memahami mengapa Allah menciptakan manusia yang memiliki potensi untuk berbuat kerusakan. Namun, Allah menjawab, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30).

Dari sini, Ustadz Budi mengajak kita untuk memahami bahwa manusia diciptakan dengan potensi yang unik. Meskipun manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat kerusakan, mereka juga memiliki kemampuan untuk beribadah, belajar, dan mengembangkan ilmu. Inilah yang membedakan manusia dari malaikat.


Dua Pilar Utama Kehidupan Muslim

Ustadz Budi menekankan bahwa tugas manusia sebagai khalifah di bumi tidak hanya sekadar bertasbih dan bertakdis seperti malaikat, tetapi juga harus dilengkapi dengan ilmu. Beliau mengutip ayat, "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (ilmu) semuanya." (QS. Al-Baqarah: 31). Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah bagian integral dari tugas manusia di bumi.

Namun, Ustadz Budi juga mengingatkan bahwa ilmu saja tidak cukup. Harus ada keseimbangan antara zikir (ibadah hati) dan ilmu (pengembangan akal). Beliau memberikan contoh bagaimana banyak majelis zikir yang ramai dikunjungi, sementara majelis ilmu sering kali sepi. "Ini karena hati manusia butuh ketenangan, dan zikir memberikan ketenangan itu," ujarnya.

Namun, Ustadz Budi mengingatkan bahwa jika kita hanya fokus pada zikir tanpa ilmu, kita akan kehilangan kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan masalah duniawi. Sebaliknya, jika kita hanya fokus pada ilmu tanpa zikir, hati kita akan kering dan kita kehilangan koneksi spiritual dengan Allah.


Keseimbangan dalam Kehidupan Keluarga

Ustadz Budi juga membahas bagaimana keseimbangan antara zikir dan ilmu harus diterapkan dalam kehidupan keluarga. Beliau mencontohkan bagaimana sebagai seorang suami dan ayah, beliau tidak selalu langsung menjawab pertanyaan istri atau anak-anaknya. Kadang-kadang, beliau menunda jawaban untuk memberikan ruang bagi mereka untuk berpikir dan belajar.

"Ini adalah bagian dari metodologi pendidikan," ujar Ustadz Budi. "Kita tidak harus selalu memberikan jawaban langsung. Kadang-kadang, menunda jawaban justru membuat anak atau pasangan kita lebih memahami dan menghargai proses belajar."

Beliau juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan rumah yang kaya dengan zikir dan ilmu. "Rumah kita harus menjadi tempat di mana zikir dan ilmu berjalan seimbang. Anak-anak harus diajarkan untuk mencintai keduanya," pesannya.


Contoh dari Ulama dan Tokoh Islam

Ustadz Budi memberikan contoh dari ulama besar seperti Imam Ibnu Jauzi, yang dikenal sebagai seorang ahli hadis sekaligus ahli zikir. Imam Ibnu Jauzi tidak hanya menguasai ilmu agama dengan mendalam, tetapi juga memiliki hati yang basah dengan zikir. Beliau sering mengadakan majelis zikir yang membuat banyak orang menangis dan bertaubat.

Contoh lain yang diberikan adalah Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Ustadz Budi menceritakan bagaimana Al-Fatih selalu menggabungkan kekuatan ilmu (strategi perang) dengan kekuatan zikir (doa dan ibadah). Ketika dia berhasil menaklukkan Konstantinopel, dia tidak lupa mengingatkan bahwa kemenangannya adalah berkat doa dan zikir para ulama dan ahli ibadah.


Zikir dan Ilmu sebagai Kunci Keberhasilan

Ustadz Budi menutup podcast dengan pesan bahwa keseimbangan antara zikir dan ilmu adalah kunci keberhasilan seorang Muslim dalam menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan zikir tanpa ilmu, dan sebaliknya. Keduanya harus berjalan beriringan," ujarnya.

Beliau mengajak kita untuk menciptakan keseimbangan ini dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di tempat kerja, maupun di masyarakat. Dengan menggabungkan kekuatan zikir dan ilmu, kita akan menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki hati yang tenang dan dekat dengan Allah.

Posting Komentar

0 Komentar